Milad 61 IPM, PW DIY Gencarkan Riset di Kalangan Pelajar
YOGYA – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada 18 Juli 2022 genap berusia 61 tahun. Mengusung tema “Arus Utama Pelajar Indonesia”, IPM sebagai sebuah organisasi pelajar tentu mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Dengan zaman yang berubah cepat, maka IPM juga harus berubah cepat serta tepat agar tetap relevan dengan basis massa pelajar.
Dalam setiap milad IPM, menjadi momentum untuk merefleksikan banyak hal, seperti apakah gerakannya sudah sesuai kebutuhan pelajar dan perlukah pelajar akan keberadaan IPM. Terlebih usia ke-61 tahun untuk ukuran sebuah organisasi pelajar, IPM harus lebih dewasa dalam menyusun gerakannya.
Hal ini disadari oleh Ketua Umum Pimpinan Wilayah IPM Daerah Istimewa Yogyakarta (PW IPM DIY), Racha Julian Chairurrizal. Ia menilai, IPM saat ini telah banyak memulai program secara bottom up, salah satunya dengan digalakkannya riset terkait pembuatan materi musyawarah dan sebagainya.
“Dewasa itu salah satu cerminannya adalah gerakan-gerakan yang ada di IPM didasari oleh potensi dan sumber permasalahan di lapangan,” jelasnya ketika dihubungi melalui WhatsApp, Senin (18/7).
Terkait tema milad pada tahun 2022 ini, Racha menanggapinya dengan baik. Menurutnya, tema “Arus Utama Pelajar Indonesia” merupakan wacana sangat bagus dari Pimpinan Pusat IPM. IPM sebagai gerakan positif, diharapkan dapat menjadi arus utama gerakan, pikiran, dan kreasi pelajar Indonesia.
Hal ini bisa menjadi semangat amar ma’ruf nahi munkar. Sebab, yang menjadi arus utama adalah gerakan memiliki kecenderungan nilai-nilai negatif, IPM sebagai organisasi yang memiliki gerakan yang terbukti bernilai positif, sudah seharusnya memiliki inisiasi menjadi arus utama gerakan pelajar Indonesia.
Meskipun demikian, langkah IPM untuk dapat menjadi rumah kreatif dan inspirasi pelajar Indonesia masih sangat jauh. Hal tersebut berhubungan dengan eksistensi IPM di kalangan pelajar yang masih minim.
Salah satu contoh, saat kegiatan Forum Ta’aruf dan Orientasi (FORTASI), ketika mengenalkan IPM kepada para siswa baru, selalu disamakan dengan OSIS, semisal di sekolah negeri.
“Padahal, ketika IPM sudah eksis, tidak perlu lagi membawa nama OSIS dalam mengenalkan identitas kita,” tegas Racha. Hal ini tentunya membutuhkan gerakan kreasi dan inspirasi serta kampanye kolektif di tubuh IPM se-Indonesia.
Upaya dari PW IPM DIY dalam mengawal pelajar telah dilakukan. Pengawalan yang dimaksud adalah proses memahami pelajar di DIY dan tentunya hal ini tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Proses ini memerlukan database yang kuat agar bisa memahami para manusia yang menjadi objek perkaderan.
Maka dari itu, ia sering menginstruksikan kepada setiap ketua bidang untuk gencar melakukan riset ke pelajar di DIY, khususnya yang berada di Muhammadiyah dan kader IPM se-DIY. Sebab, riset menjadi alat yang ampuh untuk memahami seseorang.
“Gerakan riset ini harus menjadi gerakan basic bagi IPM dan ini sedang digencarkan PW IPM DIY, karena tentu kita tidak bisa membuat program asal-asalan. Bagaimana kita mau mengawal orang, tetapi tidak bisa memahami orang tersebut?” ujar Racha.
Oleh karena itu, Racha mengungkapkan bahwa ke depan, PW IPM DIY akan melakukan riset terkait database kader, pimpinan, dan pembina IPM se-DIY. Hal ini dilakukan untuk membedah sedikit demi sedikit profil kader yang diampu, serta juga akan dilakukan riset oleh tiap bidang untuk memetakan potensi, permasalahan, dan kondisi pelajar yang ada di DIY.
Sehingga, dalam merancang program, PW IPM DIY memiliki database yang jelas, bukan asumsi dari para pimpinan. “Mereka (para pelajar) butuhnya apa, senangnya apa, akan kami beri, dan jika mereka punya potensi, akan kami fasilitasi juga serta kalau ada masalah, akan kami selesaikan,” katanya.
Dalam momentum Milad 61 IPM, Racha berharap tema yang diusung bisa segera terwujud. Ia memandang urusan internal antarpimpinan seharusnya sudah selesai dan tidak perlu lagi adanya persaingan tidak sehat.
Jika IPM ingin menjadi arus utama pelajar Indonesia, maka diperlukan gerakan kolektif kebersamaan yang kuat. Dengan demikian, nilai-nilai positif yang dibawa oleh IPM ini bisa menjadi arus utama pelajar Indonesia kedepannya.
Selain itu, PW IPM DIY sebagai tuan rumah juga berharap milad ini bisa menjadi syiar yang besar dan menjadi kegiatan yang sukses. “Serta menjadi cerminan bagaimana mengelola IPM di tempat kita masing-masing,” pungkas Racha. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow