Umat Katolik Solo Raya Akan Ikut Mensukseskan Muktamar 48

SEMARANG — Penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke – 48 tinggal satu bulan. Panitia pusat hingga daerah telah berupaya mempersiapkan berbagai hal guna memastikan Muktamar dapat berjalan dengan sukses, menggembirakan, dan mencerahkan.

Tak hanya warga Muhammadiyah saja yang sibuk menyiapkan Muktamar, umat Katolik se – Solo Raya juga sudah mengambil ancang-ancang untuk ikut menyukseskan Muktamar kali ini. Melalui penuturan Dr. KH. Tafsir, M.Ag. selaku Ketua PWM Jawa Tengah sekaligus Penanggung Jawab Panitia Muktamar, umat Katolik di Solo Raya siap untuk mensukseskan Muktamar sekaligus menyambut penggembira.

“Umat Katolik se – Solo Raya melalui Romo Didik yang ada di Keuskupan Semarang menyampaikan bahwa siap menyambut dan melayani para penggembira Muktamar,” ucap Tafsir.

Mantapkan Persiapan Muktamar ke-48, Panitia Gelar Simulasi

Ia juga menambahkan umat Katolik se – Solo Raya rencananya akan menyiapkan berbagai makanan untuk penggembira Muktamar di gereja-gereja Katolik se Solo Raya.

“Ada kemarin yang menelpon saya, “boleh nggak Pak Tafsir nanti di halaman gereja kami siapkan makanan dan sebagainya untuk penggembira Muktamar?” Lalu saya menjawab makanan itu halal, jadi sah-sah saja,” imbuhnya.

Kiai Tafsir juga menyampaikan umat Katolik sudah meminta waktunya untuk bertemu dalam rangka membahas niat baik mereka.

UMS Gelar World Peace Forum Sebagai Pendamping Muktamar

“Selagi itu menyangkut muamalah bisa bekerjasama dengan siapapun. Sebagaimana kaidah fikih : Al Ashlu Fil Mua’malati Al Ibahah Hatta Yadullu Ad Daliilu Ala Tahrimiha (Hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Tidak ada dalil yang melarang kita memakan makanan dari orang non-muslim, selagi makanan itu dzatnya halal,” tegas Tafsir.

Selain umat Katolik, terdapat umat non-muslim lainnya yang siap menyukseskan Muktamar. Maka dari itu, Kiai Tafsir berpesan kepada warga Muhammadiyah agar tidak khawatir dan galau ketika nantinya ingin menikmati hidangan yang diberikan oleh umat non-muslim dan harus senantiasa berprasangka baik. (*)