Program Timbang dan Samara Course Nasyiatul 'Aisyiyah Perkuat Ketahanan Keluarga Muda Atasi Stunting di Desa Tieng

WONOSOBO – Nasyiatul 'Aisyiyah (NA) sebagai organisasi perempuan muda Muhammadiyah terus bergerak di bidang perempuan, keluarga, dan anak-anak demi terwujudnya ketahanan keluarga yang kuat. 

Terbaru, Pimpinan Cabang Nasyiatul 'Aisyiyah (PCNA) Desa Tieng mengadakan Program Timbang dan Samara Course pada Ahad (8/9) di Kantor Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini dihadiri oleh para suami dan istri di Desa Tieng. 

Sebagai informasi, program Timbang ini adalah program yang diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul 'Aisyiyah dan LAZISMU Pusat dalam komitmennya melakukan pencegahan stunting.

Diadakannya kegiatan ini adalah upaya Nasyiatul 'Aisyiyah dalam mengatasi stunting anak melalui kesadaran dari para orang tua. Apalagi, Desa Tieng masih masuk dalam locus stunting untuk Kabupaten Wonosobo dengan prevalensi-nya di atas 30%, jauh dari standar internasional yaitu di bawah 20℅.

Sehingga, dengan diadakannya Program Timbang dan Samara Course bagi para keluarga di Desa Tieng, diharapkan akan meningkatkan kesadaran untuk mencegah stunting melalui ketahanan keluarga yang solid. Terlebih, pada Sabtu (7/9), program Timbang telah dilakukan dengan agenda pemeriksaan ibu hamil dan sosialisasi psikologi kehamilan. 

Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Kepala Desa Tieng, Farhan, yang mengapresiasi dan mendukung adanya program Timbang dan Samara Course ini. Ia mengharapkan dengan program ini, kesadaran terhadap stunting akan meningkat dan menjadikan Desa Tieng bebas stunting. 

Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi terkait keluarga dan stunting. Materi pertama adalah Konsep Perkawinan dan Manajemen Keluarga dalam Islam dari Nur Arina Hidayati, Ketua Bidang Dakwah PP Nasyiatul ‘Aisyiyah. 

Dalam materinya, Arina menjelaskan bahwa keluarga adalah pondasi utama dalam Islam dan keluarga ideal dibentuk oleh nilai-nilai luhur dalam Islam. Dengan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang, saling menghormati, dan mendukung satu sama lain. 

Adapun, asas keluarga samara dalam Islam bisa terwujud dengan tiga hal utama. Mulai dari keharmonisan dimana keluarga bisa terbentuk dengan kasih sayang, menghormati, dan kerjasama dengan suami sebagai pemimpin, istri sebagai pendamping, dan anak sebagai amanah. 

Lalu, keadilan dalam perlakuan terhadap suami-istri dan anak merupakan prinsip penting, dimana keutaman diberikan kepada yang lebih membutuhkan. Sementara, kesalingan dan kesetaraan dengan keluarga adalah satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi maupun bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang sakinah. 

Berlanjut ke materi kedua yang disampaikan oleh Roro Farighoh dari DPKBP3A Kabupaten Wonosobo yang menjelaskan peran-peran pemerintah dalam menguatkan ketahanan keluarga dan pengentasan stunting. 

Ia menekankan bahwa pembangunan keluarga sebagai pondasi awal dalam membangun karakter bangsa. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Wonosobo menyampaikan Gerakan Cinta Keluarga, diantaranya Cintai sebelum merasa dicintai, Kenali Potensi anggota keluarga, Luangkan dua jam senja keluarga untuk beribadah, belajar, dan bercengkrama bersama dengan anggota keluarga.

Lalu, Arus utamakan pengetahuan keluarga sebagai bekal menghadapi tantangan hidup, serta Ganti gaya hidup keluarga dengan pola hidup bersih sehat dan peduli lingkungan. 

Menariknya dari kegiatan ini, tak berhenti di materi saja, bahkan ada permainan mencari kata-kata terkait keluarga dan stunting oleh para suami dan istri serta ibu-ibu yang hadir. Tiga pemenang dari permainan ini mendapatkan hadiah berupa kebutuhan pokok rumah tangga, serta bagi peserta yang aktif mendapatkan doorprize satu bungkus telur. (*)