Lingkungan Rusak karena Krisis Spiritualitas

Lingkungan Rusak karena Krisis Spiritualitas

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Fenomena alam semakin tidak kompatibel dengan kehidupan makluk. Manusia cenderung melakukan eksplotiasi terhadap lingkungan alam. Mengutip pendapat Hossein Nasr, David Effendi mengatakan, Islam menganjurkan penganutnya untuk tidak menaklukkan alam, dalam arti mengeksplorasi sumber daya alam secara brutal. Manusia dapat memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan perintah Allah.

Penegasan David Effendi, S.I.P., M.A., dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, itu disampaikan pada Tausyiah Online yang diselenggarakan Majelis Tabligh PWM DIY, Sabtu 30 April 2021, dengan tema Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Bidang Ekologi.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

”Kita boleh menggunakan alam, namun harus dibarengi dengan upaya menjaga keseimbangan dan kelestariannya,” kata David.

Menurutnya, Nasr juga melakukan otokritik dengan menyebutkan bahwa kaum muslim dalam menghadapi lingkungan ibarat “orang tidur berjalan”. Mereka hanya memberikan perhatian kecil terhadap kerusakan lingkungan. Padahal Islam secara doktrin, tradisi, dan kebudayaan telah menyediakan basis pengetahuan pentingnya peran kaum muslimin dalam menyelamatkan bumi dari kerusakan.

David yang juga penggerak Kader Hijau Muhammadiyah ini mengingatkan, rahmatan lil ‘alamin selama ini bersifat atroposentris. Lebih kepada menolong kesesangsaraan masyarakat, menolong kesulitan-kesulitan  manusia.

Rahmatan lil ‘alamin mempunyai dimensi kesemestaan. Untuk semua makhluk, untuk flora dan fauna. Karena dalam konsep Islam, gunung itu makhluk, sungai itu makhluk, laut juga makhluk. Mereka punya kedaulatan dan hak untuk dihargai. Alam tidak bisa mengadu kepada DPR. Alam butuh manusia tercerahkan untuk mendengar suaranya,” tegasnya

Dalam konteks ekonomi politik telah terjadi moral teknokratis dimana pembangunan terlalu berorientasi kepada profit. Ada penciptaan dan penggunaan teknologi yang merusak manusia dan alam sehingga mengakibatkan bencana. Bumi tidak bisa lagi menyangga kebutuhan manusia karena telah terjadi kerusakan ekosistem.

Transformasi menuju moral ekologis diperlukan sehingga pembangunan berorientasi pada masa depan generasi, memastikan generasi masih bisa hidup. David mengajak umat beragama untuk percaya diri dalam bergerak menjaga lingkungan hidup.

Mengutip pandangan Muhammadiyah dalam akhlak lingkungan, bahwa memelihara lingkungan sebagai kewajiban setara dengan ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. “Kita  harus percaya diri bahwa memelihara lingkungan hidup itu tindakan mulia,” ujar David.

Untuk menguatkan pandangan itu, dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ada banyak poin, enam di antaranya adalah 1) lingkungan hidup merupakan anugerah Allah yang harus dipelihara, 2) warga Muhammadiyah wajib melakukan konservasi sumber daya alam, 3) warga Muhammadiyah dilarang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup dan bencana, 4) mempraktikkan budaya bersih, sehat, dan indah, 5) melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam menghadapi ketidakadilan lingkungan hidup akibat rekayasa kebijakan pemerintah, dan 6) melakukan aksi-aksi praksis untuk menjaga keseimbangan, kelestarian, dan keselamatan lingkungan.

Krisis ekologi sebagai bukti adanya krisis spiritualitas, manusia dan alam terpisah dalam imajinasi dan perilaku. “Kita seharusnya sadar sebagai bagian dari manusia lain, bagian dari eksosistem dan alam semesta. Ajaran Islam mendorong umat menjadi sholeh secara ekologis, problemnya ekoliterasi umat rendah,” tuturnya.  (sc)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
MediaMu Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow