Inilah Makna Syawalan Bagi Cabang Ranting dan Masjid Berkemajuan

Inilah Makna Syawalan Bagi Cabang Ranting dan Masjid Berkemajuan

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN - Bagi umat Islam, melepas Ramadhan yang penuh berkah tentu akan merasakan kehilangan. Betapa banyak keistimewaan Bulan Suci Ramadhan yang Allah berikan bagi umatnya yang beriman.

Mulai dari pahala ibadah yang berlipat sampai suasana yang membawa psikologi kaum mukimin merasa lebih tenang dan khusyuk dalam menjalankan ibadah.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Pergeseran waktu tidak mungkin ditolak. Ramadhan harus kita relakan meninggalkan kita semua. Namun, bagi Wakil Ketua PWM DIY, Dr. Yayan Suryana, M.Ag., nilai dan semangat positif yang telah diajarkan selama Ramadhan, jangan sampai turut meninggalkan kehidupan kita.

"Justru pasca Ramadhan, kita diminta untuk terus menguatkan dan meningkatkan kapasitas kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial kita," jelas Yayan dalam tausiahnya di Syawalan PCM Ngaglik, Ahad (21/4). 

Sesuai nama bulan setela bulan Ramadhan, yaitu Bulan Syawal yang artinya meningkat. Maka, lanjut Yayan, bulan Syawal identik dengan hari-hari diadakan acara syawalan atau nama lain yang juga populer, yaitu halal-bihalal.

Syawalan dan halal bihalal merupakan tradisi yang hidup di tengah-tengah ummat Islam Indonesia yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idulfitri. Menurutnya, tradisi tersebut mengandung nilai-nilai fundamental yang dibutuhkan oleh manusia.

Di antara nilai-nilai fundamental itu, pertama adalah nilai ukhuwah. Yaitu, nilai-nilai persaudaraan yang mengandung semangat kesamaan dan menjalin ikatan silaturahmi.  

Kedua, saling menghormati dan menghargai orang lain (tasamuh) yang dilandasi dengan jiwa pemaaf dan besar hati. Sikap memaafkan atas kekurangan dan kelemahan orang lain merupakan modal dasar dalam mewujudkan keberhasilan kerjasama dalam kehidupan manusia. 

Ketiga, husnudzan atau baik sangka yang dilandasi oleh semangat saling percaya dan menjauhi sikap khianat. Baik sangka membantu membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat antara individu karena menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain.

"Berbaik sangka akan menciptakan sikap terbuka untuk berkolaborasi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan," ujar Yayan. 

Jika nilai dan semangat tersebut diimplentasikan dalam tubuh persyatikatan khususnya dalam memajukan Cabang, Ranting dan Masjid tentu menjadi modal yang sangat berharga. Karena keberhasilan institusi hanya bisa dicapai dengan kualitas sumber daya yang baik. Ada pun, kualitas dimaksud adalah sumberdaya yang memiliki nilai-nilai ukhuwah, tasamuh dan husnudzan tersebut. 

Misi dakwah amar makruf nahi munkar Persyarikatan Muhammadiyah selama ini mampu diwujudkan dengan kekuatan sumber daya dan kader yang menjunjung tinggi ketiga nilai tersebut. Cabang dan ranting yang kuat pasti ditopang oleh sumberdaya dan kader yang kuat.

"Tidak sukup dengan kuat secara ideologi dan intelektual, tetapi juga harus kuat secara etika dan sosial. Syawalan ini memberi penguatan pada kedua hal tersebut," ungkap Yayan. 

Selain itu, semangat tajdid juga tentu menjadi perhatian penting. Agar gerak dakwah amar makruf nahi munkar dapat sejalan dengan kondii zamannya. Semangat pemurnian tidak boleh mematikan semangat pembaharuan yang juga menjadi misi persyarikatan.

Sebab, pembaharuan menuntut keterbukaan, kreativitas dan responsif terhadap kondisi zaman. 

"Tajdid bisa kita hadirkan dalam konten atau isi kegiatan dakwah bisa juga dalam konteks methode. Keduanya bisa berjalan seiring untuk mewujudkan dakwah Persyarikatan yang berkemajuan," tandas Yayan. (*) 

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    1
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow