ads
Ustadz Anhar Anshori: Mulailah dengan Mencari Pasangan yang Baik

Ustadz Anhar Anshori: Mulailah dengan Mencari Pasangan yang Baik

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah cita-cita setiap insan yang memberanikan diri memasuki bahtera rumah tangga. “Masyarakat akan baik secara keseluruhan tergantung sel-sel masyarakat itu sendiri,” kata Ustadz Drs. H. Anhar Anshori, M.S.I, Ph.D., dari Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Sel-sel yang ia maksud adalah keluarga. Sel keluarga akan menularkan nilai-nilai kebaikannya kepada sel tetangga hingga membentuk sel-sel dalam masyarakat.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)

Dalam Kajian Rutin Ba’da Maghrib Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kamis (16/12), Ustadz Anhar menyebut tips untuk mengupayakan hingga mencapai keluarga sakinnah, mawaddah, warrahmah.

“Harus dimulai dengan proses yang cermat,” katanya. Ini diawali dengan usaha mencari pasangan hidup yang tidak boleh dilakukan secara gegabah. Sebab sepasang suami istri akan menjadi pilar penting dalam sebuah keluarga.

Rasulullah SAW mengingatkan: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR Bukhari)

“Kalau di Jawa, cari pasangan itu harus jelas bibit, bebet, dan bobotnya,” imbuhnya.

Perlu untuk mengenal calon pasangan. Selain persoalan agama, kategori lain tidaklah mutlak. Agama menjadi pertimbangan utama karena apabila agama telah selaras, maka akan membawa ketenangan dalam keluarga.

Di samping itu, pastikan bahwa kedua pasangan sama-sama menerima pernikahan dan saling suka. Terdapat cerita tentang salah seorang saudari ipar Rasulullah Muhammad SAW yang harus bercerai dengan suaminya setelah dua bulan menikah karena mereka tidak benar-benar saling mencintai.

Anhar juga berbagi cerita tentang salah seorang temannya yang menurutnya dapat menjadi contoh. Teman itu dan calon istrinya sebelum menikah telah terlebih dahulu mendiskusikan kesepakatan tentang bagaimana keluarga mereka ke depan akan dibangun. Pertama, mereka membahas tentang tauhid sebagai dasar utama dalam berkeluarga.

Kedua, mereka juga bersepakat, “Kita kalau bisa tinggalnya jangan bersatu dengan orangtua, kita harus mandiri.” Ini menarik. Sebagaimana banyak studi mengatakan bahwa banyak keluarga yang mengalami broken home, salah satu sebab terbesarnya adalah campur tangan orangtua yang terlalu jauh dalam pernikahan anak.

Demi meraih cita-cita keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, Anhar menyatakan, “Itu hanya akan menjadi utopia, menjadi mimpi, kalau tidak disusun langkah-langkah strateginya.” Beberapa hal yang diulas selanjutnya ialah bagaimana menjaga ibadah dalam keluarga, memenuhi kewajiban dan memberikan hak satu sama lain, serta bersikap jujur dan terbuka.

Pertama-tama tentang ibadah, “Dalam keluarga, harus membangun ibadah secara kualitatif dan kuantitatif,” jelasnya. Dimana ibadah tidak hanya menjadi rutinitas, juga kebutuhan yang disadari anggota keluarga.

Dengan adanya kesadaran itu, kewajiban selanjutnya dapat dipenuhi karena sejatinya ibadah, khususnya shalat, akan menjauhkan dari perbuatan munkar. Sikap seorang suami kepada istri maupun istri kepada suami sudah sepatutnya sama-sama baik.

Terkait kewajiban, tidak hanya persoalan mencari nafkah yang disinggung oleh Anhar, namun juga kewajiban memenuhi kebutuhan biologis pasangan. Sebuah hadits yang dikemukakan Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari bahwa seorang istri menolak ajakan suami pergi ke tempat tidur akan dilaknat malaikat dari malam hingga pagi itu.

Menurut Anhar, hadits tersebut tidak boleh diterima bulat-bulat secara tekstual. “Malaikat tidak akan sembarangan melaknat seseorang,” tandasnya. Itu tergantung bagaimana perlakuan suami terhadap istri. Hadits tersebut adalah sebuah kasus untuk memperingatkan bahwa kewajiban biologis ini adalah kebutuhan kedua belah pihak.

Mengenai kejujuran dan keterbukaan, ada hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang mengingatkan bagi seseorang yang sudah selesai melaksanakan perjalanan atau bekerja untuk segera pulang ke rumah menemui istri dan anak-anaknya.

“Godaan itu ada dimana-mana,” imbuh Anhar.

Seseorang usai bekerja dari kantor sebaiknya segera kembali ke rumah apabila sudah tidak ada hal lain yang harus dikerjakan. Betapa banyak cerita perselingkuhan dimulai dari kebohongan-kebohongan. Di sinilah pentingnya kejujuran dan keterbukaan.

Membahas tentang keluarga menurutnya luas sekali, karena dalam Islam makna keluarga juga bisa diartikan hubungan dengan kakek, nenek, cucu, keponakan, dan sebagainya. Untuk menjaga hubungan dengan mereka, silaturahim menjadi salah satu hal yang baik dilakukan. (*)

Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow