PWM DIY Gelar Pengajian Ramadhan 1439 Hijriyah
BANTUL — Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan pengajian Ramadhan 1439 H dengan tema menyemai dakwah komunitas untuk Islam berkemajuan di auditorium kampus utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jl Jend A Yani (Ring Road Selatan) Tamanan, Banguntapan Bantul, 1-3 Juni 2018.
Kegiatan itu diikuti 378 orang peserta terdiri anggota PWM DIY, anggota majelis/lembaga PWM DIY, utusan PDM/PDA dan MPK PDM se-DIY, PCM/PCA se-DIY, pejabat struktural UAD Yogyakarta, pimpinan ortom wilayah DIY serta Kepala SMA/SMK/MA Muhammadiyah se-DIY.
Menurut Hatib Rahmawan, M.Hum, panitia penyelenggara, peranan Muhammadiyah dalam bidang pelayanan sosial dan pendidikan sudah tidak diragukan lagi. Muhammadiyah sudah sangat matang dan berpengalaman dalam pengembangan dan pengelolaannya.
“Muhammadiyah kemudian melakukan jihad dengan mendirikan rumah sakit, panti asuhan, sekolah dan sebagainya,” papar Hatib Rahmawan.
Tujuan dilaksanakannya pengajian Ramadhan 1439 H ini, menurut Hatib Rahmawan, diperolehnya pemahaman dan acuan yang komprehensif tentang dakwah komunitas sebagai gerakan yang membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan masyarakat.
Sementara itu, Dr Abdul Mu’ti, M.Ed, Sekretaris PP Muhammadiyah, mengatakan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid mampu bertahan dan berkiprah satu abad lebih karena bergerak aktif dalam membangun masyarakat di basis jamaah atau komunitas.
Menurut Abdul Mu’ti, keberadaan Muhammadiyah di ranah komunitas atau jamaah menjadi kuat karena membawa misi dakwah dan tajdid yang menyebarluaskan usaha-usaha kemajuan telah dirasakan langsung masyarakat. “Sehingga, Muhammadiyah berkembang menjadi gerakan Islam pembaruan di lingkup nasional dan global,” tandas Abdul Mu’ti.
Saat ini, kemajuan teknologi telah merasuk kepada sebagian masyarakat Indonesia. Kemajuan itnu kemudian telah mengubah cara berdakwah dan cara masyarakat mengikuti sebuah kajian, yakni menggunakan teknologi informasi dan media sosial.
Untuk menindaklanjuti perkembangan itu, seperti disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Gita Danu Pranata, salah satu hal yang disoroti dalam kajian ini adalah terkait metode dakwah menggunakan sarana teknologi dan media sosial.
Meskipun begitu, Gita yang mengakui saat ini teknologi telah berkembang sedemikian pesat, namun ia berharap Muhammadiyah dapat mengejar ketertinggalan itu.
Diharapkan, melalui kajian ini dapat memberi inspirasi dan dapat mengubah metode dakwah menggunakan sarana tekonologi. “Sehingga dakwah dapat tersampaikan secara lebih optimal,” kata Gita, yang mendapat kritik saat informasi dari Muhamadiyah jarang menempati halaman pertama dalam pencarian Google.
Gita menilai, urutan dalam Google disesuaikan berdasar frekuensi seberapa sering artikel itu dibaca oleh pengguna internet.”Oleh karena itu, agar peringkatnya dapat meningkat, maka perlu upaya untuk mendukung literasi Muhammadiyah dengan meningkatkan frekuensi keterbacaan atas artikel tersebut,” papar Gita.
Dengan kata lain, Gita mengajak seluruh warga Muhammadiyah dapat meningkatkan kebiasaaan untuk membuka artikel Muhammadiyah yang tersebar di internet.
Jika ingin unggul di Google, maka perlu skenario. “Kita juga harus meminimalisir untuk menyebar informasi yang tidak baik di media sosial agar informasi itu tidak menjadi informasi yang viral,” ucap Gita.
Adapun terkait dengan kajian yang digelar dalam tiga hari itu, PWM DIY menghadirkan beberapa pembicara seperti Ahmad Syauqi Soeratno (BPH UMY), Ahmad Nurmandi (ahli ilmu pemerintahan), Ghufron Mustakim (Wakil Direktur Sale Stock), Irfan Amalee (Founder Peace Generation), Sutrisno (penerima penghargaan sebagai pengelola Panti Anak Yatim terbaik se-Indonesia), Nuryanto (pegiat pesantren jalanan), Sri Puluh Handayani (Penerima Kemenkes Award TB-HIV 2018), dan Robby H. Abror (Ketua MPI PWM DIY).
Bagi para pendakwahdapat mengambil inspirasi dan menyesuaikan metode dakwah dengan teknologi yang ada. Sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan secara lebih optimal.
Bagi Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Kasiyarno, hal ini sudah terlambat. “Karena saat ini sudah masuk era digital dan komunitas kita perlu didakwahi, maka perlu memanfaatkan teknologi,” kata Kasiyarno.
Menurut Kasiyarno, saat ini yang memanfaatkan virtual bukan Muhammadiyah saja. “Ini tantangan Muhammadiyah, dan kalau PWM DIY mau memulainya sangat bagus,” kata Kasiyarno, yang berharap Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan perlu mempelopori dalam dakwah.
“Setelah Ramadhan bisa diaktualisasikan dan diimplementasikan agar bisa mengimbangi kelompok lain yang sudah memanfaatkan teknologi,” tandas Kasiyarno lagi. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow