Nasyiatul ‘Aisyiyah Harus Memantaskan Diri untuk Melintasi Zaman
SLEMAN – Peran Nasyiatul ‘Aisyiyah layak untuk berdaya dan berkemajuan tidak hanya di DIY saja, namun perempuan secara keseluruhan. Pernyataan singkat ini disampaikan oleh Ir. Ahmad Syauqi Soeratno saat menjadi Narasumber dalam Dialog Tematik pada Musywil Nasyiatul ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, di Auditorium BBPPMPV Ngaglik, hari Ahad (12/3).
Menurutnya, pemberdayaan perempuan dan anak diawali dari perjuangan ibu-ibu ‘Aisyiyah yang peduli dengan anak-anak yang tidak semua memiliki kesempatan mendapatkan stimulasi bermain. Jika dilihat lebih jauh, kemamapuan ekonomi keluarga di Indonesia belum mapan, bahkan Tv merupakan barang mewah yang tidak semua rumah memiliki.
“Perjuangan perempuan untuk ikut andil dalam pendidikan begitu luar biasa, mahka tidak heran ibu ibu lebih militan dalam berorganisasi termasuk bermajelis, ini bisa dilihat dari banyaknya ibu-ibu mengikuti pengajian untuk semakin berdaya dan berkemajuan,” jelas Bendahara Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah ini.
Lanjut Syauqi, perkembangan karakter anak juga dibentuk dari perempuan (Ibu). Perlu diingat bahwa “Dunia sudah berubah” artinya gagasan yang dibawa anaklah yang akan mempengaruhi kehidupan anak selanjutnya.
“Saat ini tidak lagi berpikir orang tua akan membentuk menjadi apa. Perlu diingat bahwa apapun yang dilakukan sekarang, memiliki time frame yang lebih pendek,” imbuhnya.
Ketua Asprov PSSI DIY ini mencontohkan perkembangan transportasi umum. Salah satunya, perusahaan TAXI menawarkan kemudahan dimana penumpang bisa menunggu di pinggir jalan ataupun memesan melalui telepon, namun saat ini kemudahaan penumpang memesan melalui aplikasi online.
“Maka, jika Nasyiah tidak berkemajuan dalam berfikir, ilmu yang dimilki tidak lagi dapat memberdayakan lagi,” tegas Syauqi.
Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana Nasyiatul ‘Aisyiyah mampu berkiprah bagi perempuan dan juga ibu muda. Peran strategis perempuan muda Nasyiatul Aisyiyah harus di berbagai lini dan tak lupa juga refleksi bagi Nasyiah untuk pantaskan diri bahwa organisasi ini (NA) mampu melintasi zaman.
Maka, ia memandang Musywil ini menjadi awal bagaimana Nasyiatul ‘Aisyiyah mampu dan pantas melintasi zaman dengan 5 (lima) cara untuk sukses berorganisasi. Pertama, geser mindset kader Nasyiah dari pemikiran old school ke pemikiran yang progressive menyesuaikan zaman. Kedua, kreatif dan inovatif dalam berkegiatan. Ketiga, berani mengambil segara risiko (taking risk). Keempat, selalu menjaga semangat belajar terhadap hal-hal baru (Learning Antusiasm). Kelima, dan yang tidak kalah penting adalah Adversity Quotiens yang berarti kader Nasyiah menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan sehingga NA mampu terus berkiprah di setiap zaman.
“Ingat, kita ini tidak tinggal di daerah atau wilayah atau negara yang statis. Perubahan sangatlah cepat dan dinamis sekali. Pintar – pintarlah untuk selalu mencari bekal yang cukup karena peran strategis itu akan terus berubah dengan tetap memegang pada nilai – nilai utama persyarikatan, matan keyakinan dan cita – cita hidup, kepribadian Muhammadiyah, dan syiarkan itu di keluarga, organisasi, masyarakat, dan kehidupan berumah tangga,” tandas Putra dari Siti Chamamah Soeratno yang merupakan Ketua PP ‘Aisyiyah 2000 – 2010 tersebut. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow