Indahnya Berpikir yang Positif
Eko Harianto*
Beberapa penelitian ilmiah menyimpulkan bahwa berpikir negatif dapat memberikan pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya. Salah satu pengaruh berpikir negatif adalah melemahkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, berpikir negatif juga menyebabkan seseorang tertekan dan kehilangan banyak energi. Dampak yang lebih buruk dari berpikir negatif adalah mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi berbuat sesuatu untuk menciptakan prestasi maupun kebahagiaan.
Islam telah memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Ada sebuah kisah menarik yang dapat kita jadikan referensi agar dalam kehidupan kita tidak terburu-buru dalam menilai dan mengambil kesimpulan dari apa yang kita lihat. Dua orang laki-laki bersaudara bekerja pada sebuah pabrik kecap dan sama-sama tekun belajar Islam. Sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah guru pengakiannya. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdoa memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tidak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaannya bekerja.
Lalu sang kakak berdoa memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang kakak berdoa memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan i’tikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan Allah SWT selalu mengabulkan semua doanya itu.
Sementara itu, sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.
Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdoa, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdoa. Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdoa kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga doa-doanya tiada dikabulkan oleh Allah SWT.
Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu. Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan doanya tak pernah terkabul.
Sang kakak membereskan rumah peninggalan orangtuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah masjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan doa, diantaranya Al-Fatihah, Shalawat, doa untuk guru mereka, doa keselamatan dan terdapat kalimat di akhir doanya: ”Ya, Allah…Tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu, Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku didunia dan akhirat.”
Seketika itu sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak disangka bahwa adiknya tidak pernah sekalipun berdoa untuk memenuhi nafsu duniawinya.
Disaat kita memiliki pola pikir yang positif, kita mengharapkan yang terbaik dalam hidup ini dan kedewasaan dalam mengatur waktu, inilah yang akan kita terima. Bahkan ketika sesuatu hal tidak terpikirkan, kita bisa belajar dalam mengetahui serta setuju dengan situasi dan mencari pengalaman belajar.
Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah SwT dalam QS. Al-An’am (6) ayat 59:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al-An’am (6): 59)
Apakah kita memilih untuk percaya atau tidak, bahwa pola berpikir kita memberikan pengaruh terhadap kehidupan kita. Sekali lagi, kita harus mengakui hal ini, kita dapat bekerja mendai pribadi yang lebih bahagia dan sehat yang memilih hasil yang banyak. Terapkan pemikiran positif dalam hidup kita mulai hari ini. Perlu diketahui pula, dengan berpikir positif kita akan lebih bisa mengembangkan rasa optimisme untuk mendapatkan hal yang lebih baik lagi.
Dimana optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta cenderung mengharapkan hasil yang menyenangkan. Sikap optimis juga dapat diartikan berpikir positif atau positive thinking. Jadi, optimisme lebih merupakan cara berpikir. Lawan dari optimis adalah pesimis. Dalam Islam sikap optimis hampir sepadan dengan kata husnudzan.
Paling tidak ada lima tips atau kiat yang dapat dilakukan untuk membangun sikap optimis kita, yaitu: Pertama, jadikan setiap masalah sebagai titik awal (start) untuk melakukan suatu perbaikan kearah kesuksesan. Menyikapi setiap masalah dengan sikap terbaik kita.
Kedua, pandai untuk mencari input yang memberi semangat, dengan input yang positif: membaca buku-buku semangat, melihat tontonan yang semangat yang memberikan tuntunan. “Bila kesulitan menghadang, hadapi dengan senyuman, pantang lemah dan keluh kesah, bulatkan tekad terus berjuang, harus kuat, harus tegar, insya Allah, Bila sukses telah diraih, jaga diri tetap rendah hati, sujudlah untuk mensyukuri karena semua nikmat Ilahi”.
Ketiga, memotivasi diri, menulis target untuk memotivasi diri. Kita hindari kata-kata sulit, negatif, rumit. Pandai-pandailah untuk memilih kata, jangan sampai melumpuhkan diri kita sendiri, jangan memperlemah diri, membenamkan diri kedalam kesulitan yang membuat kita tidak berdaya dalam hidup ini. Marilah kita menjadi ragi, ragi itu sedikit tapi bisa membuat singkong jadi tape. Marilah kita menjadi bagian dari solusi atas negeri ini,sekecil apapun berbuat yang terbaik hanya mengharap ridha Allah SwT. Menyikapi setiap masalah dengan HHN (Hadapi, Hayati, Nikmati).
Keempat, Ambak (Apa Manfaat Bagiku) dan Arbak (Apa Rugi Bagiku), sebagaimana firman Allah SwT dalam al-qur’an surat Al-Isra ayat 7: “Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri………”.
Kelima, Ikhlas melakukan yang terbaik dan mengharap ridha Allah SwT. Kita hidup didunia harus jelas tujuannya.cita-cita terbesar dalam hidup kita ialah berjumpa dengan Allah SwT, memperkuat dan memperkokoh iman, ILAMIK (Ilmu, Amal, Ikhlas).
*Mahasiswa Doktor PPI-UMY
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow