Debat Usai, Inilah Komentar 3 Pendukung Capres dari Aktivis Muhammadiyah
YOGYA - Debat ke-5 Calon Presiden RI yang berlangsung pada Ahad (4/2) rupanya membuat publik antusias untuk menyaksikannya. Meskipun suasana Debat Pamungkas ini lumayan ‘adem’ dibanding waktu debat-debat sebelumnya, rakyat tetap semangat menyimak paparan masing-masing calon.
Termasuk dalam hal ini warga Muhammadiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ikut menyaksikan Debat ke-5 di agenda Nonton Bareng (Nobar) di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah DIY. Nobar ini diselenggarakan oleh Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga PW Pemuda Muhammadiyah DIY lewat Program Di Balik Politik.
Tak hanya Nobar, acara ini juga diselingi diskusi bersama 3 aktivis Muhammadiyah yang jadi pendukung masing-masing calon. Mereka adalah Farhan Aji Dharma (Pendukung 01), Dede Dwi Kurniasih (Pendukung 02), dan Mayda Dwi Hadiyanti (Pendukung 03).
Adanya ketiga aktivis Muhammadiyah yang jadi pendukung di semua paslon ini sebagai bukti bahwa persyarikatan membebaskan dan tidak membatasi warga atau kadernya untuk memilih paslon tertentu. Serta mendukung diaspora kader di semua tempat, termasuk politik.
Ketiga narasumber pada nobar ini juga turut mengomentari paparan yang disampaikan semua Capres di Debat ke-5. Bahkan, antar narasumber juga saling menanggapi komentar yang disampaikan soal program dan gagasan dari Capres.
Mulai dari Dede yang menilai bahwa program dari Prabowo - Gibran seperti ‘Makan Siang Gratis’ sudah sangat sesuai dengan kebutuhan perempuan dan anak untuk mencegah stunting dan persoalan sejenis lainnya. Begitu juga program yang lain seperti akses pupuk untuk petani, penambahan tenaga kesehatan, perubahan iklim, dan masih banyak lagi.
“Karena kita tahu cara mengukur negara ini cukup maju dan sejahtera atau tidak adalah dari berapa angka-angka kematian ibu, bayi, dan seterusnya. Termasuk pada isu-isu perubahan iklim, bagaimana petani bisa mengikuti serta menyesuaikan dan seterusnya termasuk akses pupuk. Jadi, memang lebih banyak ke aksi-aksi nyata,” jelasnya.
Dede juga turut mengomentari suasana debat yang menurutnya sangat menarik, meskipun normatif. “Saya kira tidak selalu debat itu harus berbeda, karena memang kepentingannya sama, problemnya juga sama. Jadi terlalu banyak irisan,” imbuhnya.
Kemudian, Mayda yang mendukung Paslon 03 memandang jika program Ganjar - Mahfud sangat realistis, yang mana rasanya bisa diwujudkan dalam waktu relatif cepat dan diwujudkan oleh siapapun. Beberapa program dari Paslon 03 sebagaimana yang disampaikan seperti 1 keluarga 1 sarjana, 1 desa 1 faskes 1 nakes, 17 juta lapangan pekerjaan, dan lain-lainnya.
“Beliau (Ganjar-red) mengambil program tersebut berangkat dari akar permasalahan yang sudah lakukan selama menjabat sebagai pemimpin di Jawa Tengah dibanding paslon lain.
Mayda juga melihat bahwa Ganjar - Mahfud selalu konsisten, bukan hanya di Debat ke-5 ini, tapi di debat-debat sebelumnya. “Dalam pemaparannya, dia (Ganjar-red) menyampaikannya dengan sistematis. Dengan itu, rasanya semua orang bisa mendapatkan pembaruan-pembaruan atau terobosan baru,” ucapnya.
Lalu, Farhan mengapresiasi ide dan gagasan dari Paslon 01 (Anies - Muhaimin). Menurutnya, melihat dari topik pada Debat ke-5 tentang Kesejahteraan Sosial, Pembangunan SDM, dan Inklusi, ketiganya adalah sesuatu yang dikuasai Anies.
Salah satu programnya adalah meningkatkan kesejahteraan, kompetensi guru dan dosen. Hal ini berangkat kesejahteraan tenaga kependidikan, guru dan dosen masih diabaikan oleh para pemegang kebijakan.
“Tema debat (di Debat ke-5) sebenarnya itu tema-tema yang sangat dikuasai oleh Mas Anies, dari sektor pendidikan, kesejahteraan, inklusi, dan lain sebagainya. Jadi saya kira visi misi dan paparan Mas Anies dalam debat sudah sangat tepat,” ujarnya.
Hanya saja, Farhan menyayangkan suasana debatnya, tak ada saling sanggah yang cukup keras. Ia melihat suasananya saling mengafirmasi satu dengan yang lain, meskipun kemudian itu menguntungkan untuk calon tertentu.
“Misalnya, kalau tadi ada yang cuma menyampaikan soal sepakat ini dan itu, bisa saya simpulkan bahwa keadaan negara dan demokrasi kita ini sedang tidak baik-baik saja. Kita jadi jarang mendengarkannya soal misi keberlanjutan,” ujar Farhan sambil menegaskan jika Indonesia membutuhkan perubahan atau transformasi.
Setelah debat usai, ketiga narasumber pun menyampaikan pesan dan harapan penting untuk warga Muhammadiyah, terutama di DIY terkait Pemilu 2024 nanti.
Dari Farhan, ia memandang Muhammadiyah sudah menurunkan banyak sekali pikirannya soal kepemimpinan ideal. Bagaimana cara menentukan pemimpin, warga Muhammadiyah diyakini tidak akan mudah terpengaruh, bersikap mandiri, dan merdeka dalam menentukan pilihannya masing-masing.
“Karena Muhammadiyah salah satu organisasi atau kelompok organisasi yang menentukan gitu bangsa dan negara ke depan. Maka kita sama-sama mengupayakan kepemimpinan ke depan adalah kepemimpinan yang terbaik,” jelas Farhan
Ungkapan yang sama juga disuarakan oleh Mayda. Baginya, setiap suara itu mengandung kekuatan, maka ia mengimbau agar warga Muhammadiyah juga menjadi bagian dari kekuatan tersebut dengan cara menentukan hak pilih.
“Jangan sampai golput dan pilihlah dengan hati nurani. (Pilih) sosok yang cerdas dan kemudian sesuai dengan gagasan dan visi misi yang dibutuhkan oleh masyarakat,” imbuhnya
Begitu juga dengan Dede yang menyampaikan harapannya secara singkat, “Untuk warga Muhammadiyah, terima kasih sudah sangat kondusif sepanjang masa kampanye. Semoga nanti Muhammadiyah tetap maju siapapun Presidennya,” harap Dede. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow