Ahmad Ghojali: Mencetak Kader Tak Hanya Lewat AUM, Tapi Juga Keluarga
YOGYA - Setiap organisasi membutuhkan sejumlah kader untuk terus bergerak menjalankan rodanya. Kader adalah unsur penting untuk sebuah organisasi bisa bertahan dan melewati zaman, tak terkecuali dalam proses organisasi Muhammadiyah. Begitu kata Dr. H. Nur Ahmad Ghojali S.Ag MA, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah (PWM) DI Yogyakarta dalam pemaparannya pada Pengajian Ramadhan 1445 H PWM DIY, Sabtu (23/3) di Amphiteater Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Pengajian Ramadhan 1445 H sendiri diselenggarakan pada Sabtu-Ahad, di Amphiteater UAD dengan mengusung tema “Membumikan Risalah Islam Berkemajuan untuk Membangun Keunggulan Insan.” Sebagaimana diketahui, Risalah Islam Berkemajuan merupakan hasil dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo pada 2022. Ghojali sendiri memaparkan materi dengan tema Keluarga Sebagai Basis Kekuatan Kaderisasi.
Dalam pemaparannya, Ghojali memulai dengan mengemukakan pentingnya peran kader dalam sebuah organisasi. Baginya, kader adalah sumber daya manusia yang berkualitas yang dicetak melalui proses pengkaderan.
Upaya pengkaderan ini, menurut Ghojali, bukan suatu perkara mudah. Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi kendala proses perkaderan di Muhammadiyah. Pertama, karena melemahnya etos gerakan dan nilai-nilai utama yang luntur seiring dengan kondisi seorang kader. Kedua, ada masalah dalam sumber daya meterial yang menjadikan proses tersendat. Dan ketiga, lembaga atau organisasi otonom yang menjadi ujung tombak pengkaderan mulai tidak efektif.
Untuk mengatasi kendala di atas, salah satu tawaran yang dikemukakan Ghojali adalah proses pengkaderan melalui keluarga. Keluarga menjadi salah satu lingkungan sosial di mana manusia tumbuh dan memiliki pengaruh besar pada proses berkembangnya. Untuk itu pemanfaatan keluarga sebagai sarana pengkaderan harus diupayakan.
“Muhammadiyah harus melakukan terobosan mencetak kader tidak hanya melalui amal usaha Muhammadiyah pendidikan, namun juga melalui pola asuh dan pembinaan lingkungan keluarga,” paparnya.
Lebih lanjut, Ghojali menuturkan bahwa dalam Risalah Islam Berkemajuan, yang dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta, dijelaskan tentang keluarga berkemajuan. Secara ringkas, ia menuturkan bahwa keluarga berkemajuan adalah keluarga yang menjadi teladan, tetapi juga bisa menjadi penggerak untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam kehidupan di Masyarakat.
Untuk mewujudkan itu, Ghojali menyampaikan lima poin dalam mewujudkan keluarga berkemajuan, sekaligus menjadikan keluarga sebagai tempat pengkaderan bagi Muhammadiyah:
1. Keteladanan (Uswah Hasanah)
Orangtua berupaya untuk memberikan keteladanan dalam kehidupan keluarga, pengelolaan rumah tangga, berperan dalam keagamaan dan kemasyarakatan. Dan keterlibatan terhadap persyarikatan.
- Pembiasaan (habitual)
membiasakan melakukan kegiatan ibadah secara berjamaah,bertutur kata sopan, bersikap jujur, mencintai suatu ilmu, suka menolong serta bekerja keras termasuk dalam hal pekerjaan organisasi.
- Pelibatan
melibatkan anggota keluarga dalam menangani tugas – tugas rumah, melibatkan anggota keluarga dalam mengurus organisasi, merintis amal usaha sampai pada melibatkan keluarga dalam tugas dakwah persyarikatan, kemasyarakatan dan berdiaspora di pemerintahan dan organisasi lainnya.
- Pendelegasian
mendelegasikan anggota keluarga untuk menangani tugas – tugas rumah tangga juga tugas organisasi dalam hal ini persyarikatan Muhammadiyah, menggantikan peran sebagai aktifis, ustad/ustadzah TPA dan mubaligh/mubalighat.
- Rekruitment
mengadakan rekruitment. diantaranya sebagai pelaku Gerakan pada Amal Usaha Muhammadiyah atau Aisyiah, recruitment pada organisasi otonom Muhammadiyah seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, IPM, IMM, Hizbul Wathan dan Tapak Suci.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow