YOGYAKARTA — Ahli Satgas Covid DIY yang diwakili Dr. Pande Made Kutanegara memberikan penjelasan dalam Diskusi Terbatas yang diselenggarakan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PW Muhammadiyah DIY.
Kegiatan secara online ini dilaksanakan Sabtu (3/7) dengan moderator Arif Jamali Muis, M.Pd. (Wakil Ketua PWM DIY). Acara diawali sambutan Ketua PWM DIY, H. Gita Danu Pranata, S.E., M.M., dilanjutkan paparan tiga narasumber yaitu Bayu Satria Wiratama, Ph.D. (Epidemiolog UGM), Dr. Pande Made Kutanegara, M.Si. (Tim Ahli Satgas Covid-19 DIY, Pakar Perubahan Perilaku), serta Didik Wardaya, S.E., M.Pd.,M.M. (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY).
Pande Made Kutanegara menyampaikan keprihatinannya akan anak didik yang hilang dari sisi pembelajaran (learning loss). Tidak hanya dalam hal akademik, namun relasi para anak didik yang berubah, serta penurunan kualitas pembelajaran yang luar biasa. Kualitas pendidikan kemungkinan besar mengalami penurunan, seiring dengan proses terjadinya transisi pembelajaran dari luring ke daring.
Perubahan perilaku masyarakat memang tidak mudah dan diperlukan proses terus-menerus dan panjang. Ada masanya masyarakat mematuhi protokol kesehatan meningkat, ada masa penurunan ketaatan pada protokol kesehatan.
Menurutnya, data di DIY Kasus angka kematian covid sudah hampir sama antara PAUD dan Lansia. Maka strateginya adalah pertama, perlu diketahui bahwa setiap kasus memiliki karakter berbeda, jadi kasus penanggulanngannya juga berbeda.
“Dulu lansia adalah kalangan yang mudah terkena covid, namun sekarang anak-anak juga mudah terkena covid, bahkan naik hampir dua kali lipat dalam dua bulan terakhir. Solusinya adalah diperlukan proses yang terus-menerus, salah satunya adalah PPKM, dan proses perubahan dan pemberdayaan itu memerlukan wajtu yang panjang. Misalnya, pada usia lansia dengan memberikan peringatan agar lebih berhati-hati jika memiliki sakit, dan pada anak-anak caranya adalah mulai dari hal-hal kecil, misalnya memberi peringatan pada mereka ketika bermain di lingkungan sekitar dengan menggunakan masker,” tuturnya
Kedua, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) adalah solusi luar biasa, karena anak-anak biasanya patuh pada guru, sehingga berpengaruh pada kemudahan bagi orangtua. Kebiasaan anak yang tumbuh dari didikan di sekolah bersama teman-temannya juga berpengaruh ketika sampai di rumah.
Ketiga adalah melakukan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan menggunakan sabun. Orangtua juga turut memiliki peran besar dalam memberi pengertian pada anak-anak.
Strategi keempat adalah sosial maping pada peserta didik. Perlu ditelusiri lokasi tempat tinggal (pedesaan atau perkotaan), kondisi pemukiman (kumuh, persawahan, pegunungan, pantai, dan lain-lain), status sosial ekonomi keluarga, relasi antara sekolah dan orang tua anak didik, serta kondisi dan infrastruktur sekolah, termasuk yang perlu lebih diperhatikan juga adalah persyaratan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) di sekolah, termasuk area kantin dan tempat olahraga.
Perubahan perilaku anak PAUD dan TK memiliki karakteristik yang berbeda. Begitupun pada anak SMP, sudah mulai dapat dilakukan pendekatan dengan cara dewasa, serta bisa diajak diskusi. Sedangkan pada anak-anak dilakukan dengan pendekatan perhatian secara khusus, seperti selalu mengingatkan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Pendekatan untuk pencegahan penularan covid-19 harus berbeda. Disesuaikan dengan usia atau tingkat pendidikannya. (*)
Wartawan: Afifatur Rasyidah I.N.A
Editor: Sucipto
Comment