Tanpa Keunggulan, Sekolah Muhammadiyah Sulit Dilirik
YOGYA – Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan diskusi publik dan Focus Group Discussion (FGD) Forum bertema “Menggali Potensi Keunggulan Sekolah/Madrasah Muhammadiyah”, Sabtu (3 Safar 1445 H bertepatan 19 Agustus 2023 M).
Sebagai narasumber selain Prof. Dr. Irwan Akib, M.Pd., adalah Dr Kasiyarno, M.Hum. (Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah) dan Prof Suyata, Ph.D. (FKIP UAD Yogyakarta). Selain itu Kepala SMA Muhammadiyah 3 Jakarta, Kepala SMK Negeri 2 Malang, dan MAN Insan Cendekia Serpong.
Dalam kegiatan yang berlangsung di Grand Rohan Syariah Yogyakarta, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Dr. Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag, M.A., mengingatkan kembali amanah Muktamar ke-48 di Surakarta dan Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah DIY untuk bisa mewujudkan sekolah unggul yang berkemajuan.
“Apalagi, pendidikan di pusat Muhammadiyah ini juga menjadi salah satu pilar Keistimewaan DIY,” kata Ikhwan Ahada, yang sempat menyinggung ada potensi yang bisa ditangkap PWM DIY terkait Yogyakarta sebagai kota pariwisata.
Menurutnya, hal tersebut sudah dirintis SMK Muhammadiyah Temon, Kulonprogo, yang memiliki Jurusan Perhotelan.
Berkaitan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., mengharapkan kepada Kepala Sekolah Muhammadiyah untuk membaca kembali keputusan Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta. “Untuk menjadi sekolah yang unggul dan berkemajuan tinggal mencontoh dan mengamalkan yang sudah dilakukan KHA Dahlan, pendiri Muhammadiyah,” kata Irwan Akib disambut tepuk tangan peserta.
Hasil Muktamar Muhammadiyah ke-46 (2010) di Yogyakarta, mengamanatkan terwujudnya transformasi pendidikan dasar dan menengah berbasiskan Al Islam dan Kemuhammadiyahan. “Itu sebagai karakter utama, holistik dan integratif,” kata Irwan.
Melalui hal tersebut, kata Irwan, menghasilkan lulusan yang berkemajuan. “Dengan etos pembelajar sepanjang hayat, yang mampu menjawab kebutuhan zaman dengan tata kelola pendidikan unggul yang berdaya saing global dan inklusif,” ungkap Irwan.
Beberapa sekolah di DIY, disebutkan Irwan Akib sudah menjadi rujukan bagi sekolan lain di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah se-Indonesia, seperti SD Muhammadiyah Sapen dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
“Semua siswanya bahkan tidak hanya berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya, tapi juga dari luar daerah lain,” papar Irwan Akib.
Bagi Irwan, kini banyak sekolah Muhammadiyah yang meniru konsep sekolah Islam Terpadu. “Padahal, mereka dulu itu yang meniru konsep yang dikembangkan Muhammadiyah,” ujar Irwan di depan Kepala SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA Muhammadiyah se-DIY.
Diingatkan Irwan, waktu itu KHA Dahlan membuka tempat pendidikan di rumahnya. Dan pada saat itu format pendidikan yang dikenal di Zaman Hindia Belanda adalah model pendidikan pesantren: banyak membahas Kitab Kuning dan model pendidikan ala Kolonial.
“Oleh KHA Dahlan, dua konsep tersebut kemudian diintegrasikan. Perpaduan ilmu pesantren dan ilmu pengetahuan itu lantas dikenal sebagai pendidikan Islam moderen,” ungkap Irwan.
Sejak awal, konsep tersebut sudah dikembangkan Muhammadiyah. “Dan sekarang konsep itu diadopsi sekolah-sekolah di luar Muhammadiyah,” tandas Irwan.
Dalam penerimaan peserta didik baru tahun pelajaran 2023/2024, sekolah dan madrasah di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah DIY bisa menampung 9.000 siswa. “Meski mengalami peningkatan, tapi masih ada bangku kosong,” terang Achmad Muhamad, M.Ag., Ketua Majelis Dikdasmen PNF PWM DIY.
Achmad berharap, dengan adanya keunggulan di sekolah dan madrasah milik Muhammadiyah, bisa menarik minat masyarakat. “Tanpa ada keunggulan, sulit untuk dilirik masyarakat,” kata Achmad Muhamad. (*)
Wartawan: Affan Safani Adham
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow