Redaktur Senior Mediamu: Banyak Orang Sukses Karena Jadi Wartawan
YOGYA - Di era digital ini, arus persebaran informasi semakin masif. Apalagi dengan adanya media sosial, membuat semua orang bisa menjadi jurnalis.
Meski begitu, hanya bermodalkan informasi media sosial saja tidak cukup untuk bisa membuat berita yang berkualitas. Ada beberapa ketentuan agar suatu informasi bisa disebut sebagai berita yang layak.
Melalui Sekolah Kader Jurnalistik Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (MPI PWM) D.I. Yogyakarta, para peserta yang berasal pelajar mendapatkan materi penting tentang apa itu jurnalistik. Sebagaimana yang disampaikan Drs. Heru Prasetya, Redaktur Senior Mediamu.com.
"Jurnalistik adalah kegiatan penyiapan, pencarian, penulisan, penyuntingan dan penyampaian informasi kepada masyarakat melalui media massa," kata Heru.
Ada banyak jenis-jenis media meliputi cetak, radio, televisi, online dan media sosial. Sedangkan media cetak ada koran, majalah, tabloid dan lain-lain.
Menurutnya juga, berita adalah informasi dari suatu peristiwa yang pada saatnya bersifat penting. "Atau, berpengaruh terhadap banyak orang dalam sebuah masyarakat," papar Heru yang juga menerangkan jenis berita hardnews dan softnews.
Hardnews sendiri adalah berita-berita umum yang kerap dijumpai dalam keseharian dan terikat dengan waktu. Seperti peristiwa, bencana alam, hasil pertandingan olahraga, meninggalnya seseorang, dan sebagainya.
Sedangkan softnews merupakan berita yang sifatnya tak terikat waktu. Biasanya meliputi feature, kisah sukses dan tragis, penemuan ilmiah, perjalanan, dan lainnya.
Heru menyampaikan sejumlah kriteria layak berita. Mulai dari timeliness atau aktualitas (peristiwa/perkembangan baru). Proximity atau kedekatan baik secara geografis dan emosional dengan pembaca. Adanya conflict secara fisik (tawuran) dan non-fisik (perbedaan pendapat), kemudian eminence and prominence yang berarti menyangkut peristiwa/orang terkenal.
Lalu consequence and impact, dimana berita dapat berdampak pada kehidupan pembaca serta human interest, artinya menarik perhatian dan menyentuh perasaan, misalnya aneh, unik, dan tidak biasa.
Sementara untuk bisa membuat berita berkualitas, ada kriteria yang harus dipenuhi. “(Harus) memiliki tema sentral, memenuhi syarat nilai layak berita, dan ditulis/disajikan dengan jelas,” jelas Heru.
Dalam prinsip penulisan berita, penulis harus menggunakan kalimat pendek serta mengutamakan kesederhanaan dan menghindari kompleksitas. Tak lupa menggunakan kata-kata yang sudah dikenal serta sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar serta menghindari kata-kata tidak perlu dan menggunakan kalimat aktif.
Berita juga ditulis seperti layaknya orang berbicara. Penulis perlu menggunakan istilah/terminologi yang bisa dipahami pembaca dan dikaitkan dengan pengalaman pembaca. Bahasa yang digunakan mesti variatif dan perlu diingat bahwa menulis itu untuk berekspresi, bukan untuk berimpresi.
Dalam sebuah berita, pastinya ada paragraf pembuka atau lead yang memuat intisari berita dan bertugas mengundang/menarik pembaca untuk masuk lebih dalam ke tubuh berita. Untuk membuat lead, kalimatnya singkat dan umumnya tidak lebih dari 35 kata. Biasanya merupakan satu kalimat utuh, tetapi bisa juga dipecah menjadi lebih dari satu kalimat.
Menuliskan lead juga tidak bisa sembarangan. Ada beberapa faktor penentu, seperti apa yang telah diberitakan sebelumnya, bagaimana reporter memandang/merasakan suatu peristiwa atau para pembaca memandang/merasakan suatu peristiwa, hingga penugasan dari redaktur.
Kemudian, yang tak kalah pentingnya, ketika menulis berita pastikan memenuhi unsur 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why, How). Untuk bisa mengurutkan signifikansi 5W + 1H, maka perlu melakukan riset untuk menentukan mana yang terbaru, isu-isu kunci, mana yang pernah diberitakan, dan mana perkembangan baru
“Lakukan identifikasi 5W+1H selagi meliput, lakukan liputan dengan seksama, beri catatan pada hal-hal yang dianggap paling penting. (Lalu) diskusikan dengan redaktur,” ingat Heru.
Sebelum menutup materinya, Heru mengapresiasi kehadiran para pelajar untuk hadir di Sekolah Kader Jurnalistik ini. Ia berharap para peserta bisa menjadi orang sukses dengan menjadi wartawan.
“Banyak orang yang jadi wartawan bisa sukses. Seperti Adam Malik (Wakil Presiden ke-3 RI), Harmoko (Menteri Penerangan RI) dan para Duta Besar RI yang dulunya seorang jurnalis atau wartawan,” pungkasnya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow