Pesan Presiden BEM UAD Bagi Pejabat Negara yang Tak Netral: Mundur atau Diturunkan Paksa!

Pesan Presiden BEM UAD Bagi Pejabat Negara yang Tak Netral: Mundur atau Diturunkan Paksa!

Smallest Font
Largest Font

YOGYA - Kondisi bangsa Indonesia yang sedang darurat demokrasi saat ini membuat seluruh akademisi ramai-ramai menyuarakan sikap mengkritik tindakan pemerintah dan pejabat yang sewenang-wenang dalam mengatur kebijakan negara. 

Sebagaimana yang dilakukan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) lewat jajaran Akademisinya dengan menyatakan sikap pada Senin (5/2), hal serupa juga dilakukan para mahasiswa melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UAD yang ikut menyuarakan sikapnya.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Presiden Mahasiswa/BEM UAD Rendi Herinarso dalam pernyataan sikapnya, dengan tegas menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap kondisi demokrasi di Indonesia yang semakin tergerus oleh pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi. Mulai dari menabrak batas undang-undang, melangkahi norma-norma keadaban, bahkan meludahi etika berwarganegara.

Baginya, mahasiswa merasa perlu untuk menyoroti sikap Presiden, yang bukannya menunjukkan sikap kenegarawanan, melainkan menampilkan wajah totaliternya dengan berpihak kepada salah satu pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden, sehingga mencoreng esensi demokrasi.

"Seorang pejabat negara yang dipilih langsung oleh rakyatnya sendiri, sudah sepatutnya menghargai dan menghormati hak setiap warga negara untuk menentukan pilihannya masing-masing," jelas Rendi. 

Rendi menegaskan bahwa demokrasi harus dijaga dengan sungguh-sungguh, dan ketidaknetralan pemerintah dalam proses pemilihan umum adalah ancaman serius terhadap fondasi demokrasi itu sendiri. Sikap ugal-ugalan dan keberpihakan yang terlihat jelas merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi yang seharusnya membawa keadilan, kesetaraan, dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.

Sebagai Presiden Mahasiswa, Rendi mengajak Presiden dan seluruh penyelenggara negara di Pusat dan Daerah untuk merefleksikan kembali prinsip-prinsip demokrasi, menjaga netralitas, dan menghindari keberpihakan yang dapat merugikan proses demokrasi.

"Dalam konteks ini, kami menuntut agar Presiden dan jajaran penyelenggara negara tidak menggunakan fasilitas negara dan bantuan pemerintah untuk kepentingan elektoral kandidat tertentu," tuntut Rendi.

Selain itu, BEM UAD menekankan pentingnya peran Bawaslu, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, dan seluruh elemen pengawas Pemilu untuk bersikap adil dan tegas dalam menindak pelanggaran serta kecurangan Pemilu. Tak hanya itu, KPU dan seluruh jajaran penyelenggara Pemilu juga diingatkan untuk menyelenggarakan proses Pemilu secara luber jurdil dan bermartabat, tanpa adanya intervensi yang dapat merusak integritas demokrasi.

Apalagi, sebagai mahasiswa sudah sepatutnya mengambil sikap kritis dan berkomitmen berdiri tegak dihadapan kekuasaan yang tidak mematuhi prinsip-prinsip demokrasi, kesetaraan dan keadilan.

Maka dari itu, sebagai bentuk kepatuhan undang-undang yang berlaku, juga komitmen sebagai warga negara yang sadar bahwa kepentingan negara jauh lebih tinggi daripada kepentingan kelompok atau golongan, BEM UAD memaksa kepada para pejabat pemerintah yang saat ini mencalonkan diri atau pun menjadi tim pemenangan salah satu paslon, bersikap tidak netral, harus mundur dari jabatannya sekarang juga.

"Sebab, bagi mereka yang senantiasa mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan negara, maka sangat tidak pantas bagi mereka untuk ikut terlibat dalam kampanye pemenangan salah satu paslon sedangkan dirinya masih menjabat. Maka mundurlah saat ini juga atau Anda-anda sekalian diturunkan secara paksa oleh rakyat sendiri," jelas Rendi.

Rendi mewakili mahasiswa UAD juga menegaskan bahwa gerakan ini adalah gerakan kultural, gerakan yang muncul atas dasar kesadaran bersama, yakni bahwa saat ini terdapat berbagai upaya merongrong demokrasi di Indonesia. Ini juga bagai bentuk tanggung jawab sebagai warga negara untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi yang masuk ke dalam sanubari dan berbisik dengan lantang bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

"Apabila di kemudian hari ada yang mengklaim bahwa gerakan ini telah ditunggangi oleh kepentingan tertentu, maka kami siap berhadapan pada siapapun untuk menyatakan dengan tegas bahwa kami adalah sebuah kesadaran yang dibangunkan oleh tangisan Ibu Pertiwi.

Kami berdiri dengan tekat serta keyakinan yang kuat bahwa tidak ada yang kami takuti selain Tuhan Kami," tutup Rendi. (*) 

Wartawan: Dzikril Firmansyah 

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    5
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    2
    Wow