LSBO PWM DIY Gelar Kethoprak Milenial Tokoh Muhammadiyah
YOGYAKARTA — Untuk mengenalkan sikap dan kepribadian seorang tokoh kepada masyarakat dan pengikutnya, bisa dengan cara dan media yang berbeda-beda. Dan salah satunya bisa lewat budaya.
Inilah yang dilalukan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, yang menggelar kethoprak milenial dengan lakon “Mimis Kencana”, yang mengisahkan perjuangan Ki Bagus Hadikusumo di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa (30/10/2018) malam.
Ketua PWM DIY, Gita Danupranata, mendukung kegiatan yang diadakan LSBO PWM DIY. “Itu tujuannya memaparkan keputusan Musypimwil PWM DIY lewat pertunjukan,” kata Gita Danupranata.
Pagelaran itu, dimaksudkan untuk memberikan hiburan dan tuntunan serta menggaristebalkan untuk penanda bahwa di Muhammadiyah menumbuhkan dan memberdayakan seni budaya dan olah raga untuk media dakwah.
“Sehingga ada keadaban dan keberadaban dalam berkesenian dan berkebudayaan,” tandas Gita Danupranata.
Mendapat dukungan PWM DIY, semakin membuat optimisme LSBO DIY untuk mengadakan pagelaran kethoprak milenial sebagai kegiatan persyarikatan Muhammadiyah. Khususnya kethoprak Muhammadiyah yang berkemajuan untuk mewujudkan kekinian.
Gelaran yang disutradarai Brisman Haryo Seno ini, berupaya mengenalkan sikap dan keteladanan tokoh Muhammadiyah: Ki Bagus Hadikusumo. Tepatnya, saat mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kisah yang ditulis Erwito Wibowo itu, menceritakan perjuangan Ki Bagus Hadikusumo dengan segala dinamika.
Waktu itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1944-1953, menjabat anggota Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dengan segala konsekuensinya, Ki Bagus Hadikusumo menerima keputusan untuk menghilangkan tujuh kata dalam pembukaan UUD 1945.
Konsep milenial juga menjadi pemikiran tersendiri agar tidak hanya sekadar penamaan milenial tanpa tergambar di pementasan.
“Kami ingin menyampaikan kepada warga persyarikatan Muhammadiyah khususnya dan masyarakat pada umumnya kalau Ki Bagus Hadikusumo merupakan sosok yang nasionalis dan lebih mengutamakan bangsa daripada golongan,” kata Akhir Lusono, SSn, MM, Ketua LSBO DIY.
Pertunjukan dengan penata musik dan iringan oleh Ahmad Hasfi Al Hasby dihadiri warga Muhammadiyah sejak dari Ranting hingga Daerah se-DIY.
Banyak tokoh yang tampil dalam pagelaran itu, di antaranya adalah Drs M Afnan Hadikusumo, cucu Ki Bagus Hadikusumo.
Apa yang dilakukan LSBO PWM DIY menyita perhatian penonton dan berhasil menggelar pertunjukan kethoprak kekinian. Penyajian kethoprak itu, juga ditampilkan sebagai media informasi yang dikemas lebih moderen atau kekinian.
Kalau kita lihat kethoprak milenial itu, sepertinya sang sutradara ingin membuat sebuah genre baru yang bisa lebih diterima generasi milenial.
Pagelaran sarat makna itu, bagi Afnan Hadikusumo, memang dikemas dengan gaya kontemporer. Bahkan, beberapa pemeran melakukan spontanitas di luar skenario. Lalu, banyak dari penonton yang terbawa suasana dan tergelitik dengan humor yang ditampilkan dalam kethoprak milenial itu.
Dan, Afnan Hadikusumo secara spesial tampil habis-habisan dalam kethoprak milenial itu. “Walaupun terbilang aktifitas baru, namun saya bisa tampil dengan baik dan secara maksimal,” kata Afnan Hadikusumo, calon anggota DPD RI Dapil DIY.
Afnan mengakui, masih sedikit yang membutuhkan pencerahan terkait dengan masalah seni budaya. “Ini justru terjadi di akar rumput,” tandas Afnan Hadikusumo.
Dikatakan Afnan, pandangan itu akan dipatahkan dengan kerja nyata dan memberi produk karya. “Hal itu menjadi tantangan yang harus dijawab dengan kerja nyata dan membuktikan bahwa dengan seni dan budaya yang Islami ajang berdakwah pun bisa dilakukan dengan efektif dan mengena pada sasaran jamaah yang tepat,” kata Afnan Hadikusumo.
Kini, Muhammadiyah tidak perlu ragu lagi dalam berkesenian dan berkebudayaan. Terlebih LSBO selalu mengembangkan dakwah melalui potensi seni budaya yang dimiliki kader-kader Muhammadiyah.
“Kami tidak ragu lagi untuk bergerak dan menjalankan menggelindingnya roda seni budaya ini di lingkungan warga Muhammadiyah,” kata Akhir Lusono.
Sudah banyak yang dilakukan LSBO PWM DIY dalam mewujudkan pengembangan dakwah lewat seni budaya, di antaranya kethoprak milenial itu. Sebelumnya pernah gelar kethoprak kolosal, syiar syair, malam sejuta rasa dengan puisi dan kaligrafi, wayang portable, dan campursari Islami.
Selain itu, LSBO PWM DIY juga kembangkan olahraga tradisional sebagai bagian wahana dakwah dengan memasyarakatkan permainan egrang dan gobak sodor di lingkungan pendidikan milik amal usaha Muhammadiyah. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow