Haedar Nashir: Kepemimpinan Yang Kuat Wujudkan Risalah Islam Berkemajuan

Haedar Nashir: Kepemimpinan Yang Kuat Wujudkan Risalah Islam Berkemajuan

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN - Di hadapan hadirin Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah hadir dan memberikan arahanya. Haedar berpesan untuk selalu memegang teguh amanat Muktamar ke-48 dalam mewujudkan Risalah Islam Berkemajuan melalui kepemimpinan yang kuat.

“Sebagaimana amanat Muktamar ke-48, untuk mewujudkan Risalah Islam Berkemajuan dibutuhkan figur kepemimpinan yang kuat,” jelasnya pada Ahad (17/12) di Balai Besar Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi, Seni, dan Budaya (BBPPMPV Seni dan Budaya), Sleman.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Bagi Haedar pemimpin dalam proses kepemimpinan itu adalah sentral keorganisasian, yang fungsinya bukan hanya otoritatif tapi juga punya fungsi penggerak. Diibaratkan kepala, maka fungsi pemimpin adalah mengkoordinir dan menggerakan seluruh anggota tubuh yang lain.

“Pemimpin itu leader. Leader itu metaforanya kepala. Di situ ada penggerak tubuh, hati, dan jiwa kita.  Fungsinya bukan hanya otoritatif tapi juga fungsi menggerakan bersama,” jelasnya.

Selain peran leader, Haedar juga menjelaskan peran pemimpin sebagai influencer. Menurutnya, pemimpin harus punya pengaruh dan bisa mempengaruhi. Nantinya ini akan berguna untuk bisa menggerakan anggotanya yang pasif.

“Kasarannya, kalau seorang anggota yang sedang loyo bertemu seorang pemimpin, hanya dengan wibawa dan kharismanya, anggota tersebut bisa terpengaruh,” tuturnya.

Lebih jauh, ada peran terakhir yang menurut haedar perlu ada dalam diri seorang pemimpin, yaitu peran director. Peran pengarahan ini, adalah peran fungsional yang paling penting karena kadang pemimpin punya kesibukan seremonial hingga lupa untuk menjalankan peran ini.

Untuk itu Haedar mengingatkan segenap pimpinan yang hadir untuk tidak kehilangan fungsi ini. Organisasi besar seperti Muhammadiyah, tidak boleh sampai kehilangan fungsi kepemimpinan. Ini seperti yang ia sampaikan dalam pidatonya di Resepsi Milad ke-111 Muhammadiyah.

“Hati-hati, di organisasi besar seperti Muhammadiyah bisa saja kita terlena dengan aktivitas-aktivitas rutin, hadir ke sana ke mari,  bahkan menjadi kegemaran. Lalu kemudian lupa fungsi to lead, to influence, dan to direct. Kalau seperti itu, ya sama saja dengan kepemimpinan di birokrasi,” pesannya.

Haedar menekankan peran pemimpin ini, karena menurutnya, Muhammadiyah memandang kepemimpinan dalam islam adalah melanjutkan fungsi risalah Nabi. Artinya, pemimpin Muhammadiyah harus menjelmakan diri menjadi pembawa misi risalah Nabi.

Risalah nabi sendiri, kata Haedar punya dua fungsi. Pertama risalah islam sebagai pembangun peradaban, kedua risalah islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

“Itulah kenapa Milad kemarin kita mengusung tema Ikhtiar Menyelamatkan Semesta, karena semesta ini bukan saja orang Islam, mungkin juga non-Islam, atau bahkan tidak bertuhan. Tapi bukan berarti mereka semua tidak boleh mendapat rahmat Islam, justru mereka harus merasakannya. Syukur-syukur menjadi Islam karenanya,” katanya.

“Pergerakan kita oleh Kiai Dahlan diberi nama Muhammadiyah, dan itu bukan hanya hal yang artifisial, bukan yang enak-enak saja. Tapi membawa misi risalah kenabian,” tandasnya disambut tepuk tangan hadirin. (*)

Wartawan: Fatan Asshidqi

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow