JSM Morning Talk Suksesi Perusahaan Keluarga seperti Menyerahkan Mobil
YOGYA – Mengembangkan perusahaan keluarga setidaknya memerlukan suksesi dari pendahulu. Hal tersebut menjadi salah satu poin pembahasan JSM Morning Talk #34, Rabu (2/3). Narasumbernya adalah Arief Wibawanto (CEO Margaria Group dan putra Herry Zudianto), dengan topik “Bagaimana Mengembangkan Bisnis Keluarga?”.
Arief menjelaskan definisi suksesi, yaitu sebuah proses dimana seseorang mengambil posisi atau pekerjaan setelah ditinggalkan seseorang. Merupakan proses transisi atau penyerahan jabatan/pekerjaan kepada orang lain. Ketika terjadi sukses di Margaria Group beberapa tahun lalu, kondisinya stabil dan bertumbuh dari segi penjualan serta dapat menambah cabang, meskipun mengalami beberapa kesulitan karena pandemi Covid-19.
Menurut Arief, perannya di perusahaan keluarga juga bertambah seiring waktu setelah menjadi CEO. “Syukurlah tidak ada konflik kepemimpinan dengan saudara-saudara saya dan juga bagi para karyawan, manajemen, relasi bisnis, shareholder telah berkomunikasi untuk menentukan siapa yang akan meneruskan Pak Herry Zudianto,” paparnya.
Meskipun suksesi telah dijalankan, Arief merasa masih harus banyak belajar dari orang tuanya.
Margaria Group didirikan pasangan suami istri, Herry Zudianto dan Dyah Suminar. Awalnya merupakan toko batik di Malioboro dengan nama Margaria Batik. Kemudian berkembang dengan produk lain seperti busana muslim, dengan nama took seperti Karita, Al-Fath, dan Annisa yang sudah memiliki banyak cabang di Pulau Jawa.
Margaria Group juga sudah mempunyai diversifikasi atau ketertarikan ke bidang lain, salah satunya adalah pariwisata, yakni HEHA Sky View dan HEHA Ocean View.
Meskipun suksesi menjadi sebuah keharusan dalam perusahaan, tapi tidak semudah yang dikira. Salah satu kesulitan yang sering ditemui adalah mencari penerus atau suksesor.
Ada beberapa kendala dalam pemilihan suksesor, di antaranya selection commitee atau orang yang mencari/memilih penerus sangat terbatas, ketersediaan kandidat terbatas hanya di keluarga, dan kesulitan mencari sebuah kecocokan. Tak jarang juga, pemilihan suksesor rawan masalah dalam keluarga.
Sementara itu, dalam proses mencari seseorang untuk sebuah posisi dalam perusahaan malah lebih baik. Hal itu dikarenakan ada departemen seperti Human Resource Development (HRD) dan Board of Director (BOD) beserta direktur berkomitmen mencari kandidat yang tepat. Selain itu, selection committee dapat menilai seseorang dari segi kapasitas tanpa melihat historis keluarga atau bias dari pandangan seseorang sebelumnya. Bahkan, tidak ada keterbatasan pilihan dalam menentukan kandidat di suatu posisi.
“Di sisi lain, trial dan error juga memungkinkan saat memilih seseorang. Namun disarankan untuk menggantinya di suatu posisi karena sudah tidak kapabel lagi dan juga dalam menolak suatu kandidat yang tidak terpilih sekalipun seorang profesional tidak ada rasa hard feeling,” jelas Arief.
Penyerahan kendali sebuah perusahaan adalah proses yang ungoing dan tidak boleh dilakukan terburu-buru. Seperti memercayakan sebuah mobil dari orangtua kepada anaknya yang baru saja atau sudah belajar mengendarai, pasti memerlukan proses dan ada masa belajar.
Proses mengelola perusahaan sama seperti mengendarai mobil. Mulai dari belum dibolehkan untuk mengendarai meskipun sudah diberikan mobil dan setelah dibolehkan mengendarai harus berada di bawah pengawasan ketat agar tidak tersesat.
Setelah mendapat kepercayaan untuk mengendarai mobil sendirian, harus tetap ada izin dari orangtua dan diberikan sedikit tanggung jawab untuk mengurus mobilnya mulai bahan bakar, perawatan, asuransi, dan sebagainya, hingga akhirnya mobil resmi menjadi milik anak tersebut.
Arief memberikan kesimpulan bahwa memulai sebuah bisnis itu sulit, dan yang lebih sulit lagi adalah memimpin bisnis keluarga. Seiring besarnya bisnis, makin ruwet dan kompleks, serta sayang sekali jika suatu bisnis keluarga masuk ke dalam statistik dimana 70 persen bisnis keluarga tidak dilanjutkan ke generasi kedua dan kemudian hilang begitu saja.
Maka dari itu, menurut Arief, tidak ada salahnya meminta bantuan orang luar atau profesional untuk menetapkan pondasi yang bagus. Korporat membutuhkan langkah tepat dari segi posisi finansial perusahaan agar dapat di-setup untuk dapat diberikan kepada generasi kedua, yaitu punya pencatatan dan akuntansi yang bagus serta keamanan finansial yang kuat dan memiliki beberapa dokumen legalitas untuk menjadi entitas bisnis yang legal.
Suksesi juga diatur dalam aturan perusahaan, basis legalnya dalam lembaran atau pemegangan saham harus jelas. Tak lupa juga tetap mengikuti perkembangan zaman agar tidak ketinggalan.
“Sekalipun tidak dapat menemukan penerus generasi kedua, setidaknya proses korporatisasi dan legalitas entitas itu menjadi penting. Sehingga, kita tidak kehilangan bisnis, walaupun itu tidak diteruskan ke generasi kedua,” tutur Arief. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow