Inilah 3 Kelompok Orang Islam dalam Menyikapi Al Qur’an
SLEMAN — Bulan Ramadhan merupakan bulan pembuktian bahwa manusia memenuhi syarat sebagai ahli surga. Dua jalan menuju surga adalah jihad (bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah agama) dan sabar (dalam menghadapi tantangan hidup di alam dunia).
Hal itu disampaikan Ustadz Drs. H. Zaini Munir Fadholi, M.Ag., anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dua periode (2005-2010 dan 2010-2015), dalam Taklim Tafhimul Qur’an secara online, Rabu 28 April 2021. Acara rutin diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Nogotirto, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta.
Tentang jaminan surga tersebut terdapat di dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 142 yang artinya Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum diketahui oleh Allah orang-orang yang berjihad diantara kalian dan Dia mengetahui orang-orang yang sabar.
“Marilah kita gunakan sebaik-baiknya sisa waktu pada bulan Ramadhan ini untuk beribadah,” katanya.
Ia mengajak jama’ah untuk memperbanyak membaca Al Qur’an karena nilai pahalanya sangat tinggi. Pahala membaca Al Qur’an dihitung per huruf dan per huruf dinilai 10 kebaikan oleh Allah SWT. “Al Qur’an adalah sumber kehidupan umat Islam. Dengan berpegang kepadanya kita akan selamat dunia dan akhirat,” kata Ustadz Zaini Munir.
Sayangnya, saat ini ditengarai ada upaya untuk menghilangkan fungsi Al Qur’an sebagai sumber kehidupan umat Islam. Menjauhkan Al Qur’an dari sisi hidup orang Islam. Menurut Ustadz Zaini Munir, dalam fungsi sebagai Al Furqon (pembeda yang hak dan yang bathil) segala sesuatunya sudah tertulis di dalam kitab suci.
“Mana yang salah dan mana yang benar. Mana yang baik dan mana yang jelek. Siapa saja yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka. Semua sudah tertulis jelas, eksplisit. Saya melihat ada upaya mengaburkan masalah-masalah yang sudah jelas tersebut,” tegasnya.
Terkait dengan hal itu, Ustadz Zaini Munir kemudian menyebut adanya tiga kelompok manusia dalam sikapnya terhadap Al Qur’an.
Pertama, dholimun li nafsih. Menganiaya diri sendiri. “…lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri” (Fathir: 32). Orang yang termasuk golongan ini adalah yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
Kedua, muqtashid. Kelompok tengah-tengah. “…dan di antara mereka ada yang pertengahan”. (Fathir: 32). Mereka adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.
Ketiga, sabiqun bil khoirot. Di dalam Surat Fatir ayat 32 disebutkan “…dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah.” Dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunatkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan sebagian hal yang dibolehkan.
Mengutip beberapa tafsir atas ayat-ayat tadi, Ustadz Zainir Munir menjelaskan, kelompok pertama sampai ketiga sama-sama akan masuk surga hanya prosesnya berbeda. Dholimun li nafsih masuk surga tetapi disiksa lebih dulu di dalam neraka. Muqtashid masuk surga setelah melalui hisab (tanpa merasakan neraka). Dan, sabiqun bil khoirot masuk surge tanpa melalui hisab, menuju surga seperti melewati jalan tol yang lurus halus.
“Itulah yang membedakan dengan kaum kafirin. Kalau yang kafir itu jelas, tidak perlu kita bicarakan lagi. Menurut Al Qur’an tempat orang kafir jelas di neraka. Sekarang kita tinggal bermuhasabah, termasuk kelompok mana. Mau langsung ke surga atau menghuni neraka lebih dahulu. (hr)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow