Hadiri Musyda Bantul, Ketua PWM DIY Sampaikan Tiga Sifat Muhammadiyah

Hadiri Musyda Bantul, Ketua PWM DIY Sampaikan Tiga Sifat Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta Muhammad Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A. menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan bukannya organisasi atau partai politik.

Penegasan ini disampaikan dalam amanatnya pada Pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) ke-13 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Kabupaten Bantul, Sabtu (18/3) di Komplek Kelurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Dalam amanatnya, Ikhwan menceritakan tentang Kepribadian Muhammadiyah yang lahir pada Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962. Dimana, pada momen tersebut, Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada pembukaan memberikan pidato yang berjudul “Makin Lama Makin Cinta.”

“Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa Muhammadiyah telah berperan turut membangun dan mencerahkan negeri ini, sebelum dan sesudah merdeka kemudian saat ini hingga Hari Akhir nanti,” tutur Ikhwan.

Tentu ada latar belakang mengapa Kepribadian Muhammadiyah muncul dan menjadi pedoman seluruh warga Muhammadiyah. Saat itu, dari rentang waktu 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966, Indonesia memasuki masa Demokrasi Terpimpin dengan kondisi politik yang tentu sudah diketahui oleh masyarakat.

Pada masa itu, tepatnya tahun 1960 terbitlah Surat Keputusan Presiden nomor 200 yang isinya membubarkan Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Masyumi dan pembubaran tersebut diberlakukan ke seluruh tingkatan, dari pusat hingga ranting.

Dengan pembubaran itu, maka pada tahun 1961, banyak dari pengurus Partai Masyumi bergabung ke Muhammadiyah.

“Tentunya, mereka ikut membantu mengelola, menata, sekaligus me-manage Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah saat itu dengan cara dan pola yang sama saat menjadi anggota parpol,” jelas Ikhwan.

Kemudian, muncullah KH. Faqih Usman yang diminta oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah kala itu untuk memberikan pembekalan kepada para da’i Muhammadiyah tingkat pusat di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 6-7 November 1961. Dalam pembekalan itu, KH. Faqih Usman meluncurkan sebuah gagasan atau konsep “Apa Hakikat Muhammadiyah?”

Atas hal itu, beliau dibersamai dengan tim perumus Kepribadian Muhammadiyah yang anggotanya berisikan Farid Ma’ruf, Buya Hamka, Djarnawi Hadikusumo, M. Saleh Ibrahim, Wardan Diponingrat, dan Djindar Tamimi. Hingga akhirnya, rumusan Kepribadian Muhammadiyah itu menjadi salah satu keputusan yang disahkan pada Muktamar ke-35 Muhammadiyah di Jakarta tahun 1962.

“Kepribadian Muhammadiyah ini menegaskan kembali bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar. Kemudian, dalam upaya mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah,” papar Ikhwan.

Berikutnya, selain Kepribadian Muhammadiyah juga dirumuskan sifat – sifat Muhammadiyah. Ikhwan Ahada menyampaikan 3 dari 10 sifat yang menjadi acuan penting bagi Muhammadiyah dalam berdakwah Islam Amar ma’ruf nahi munkar.

Pertama, bersifat keagamaan dan kemasyarakatan

Artinya, seluruh orientasi gerakannya serta memanage, mengelola, dan menjalankan Muhammadiyah ini dengan cara yang berkeagamaan dan orientasinya kemasyarakatan.

Kedua, akan senantiasa mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah

“Insyaallah, kita semuanya sejak 1912, adalah warga yang telah bersepakat bahwa tempat amal dan jalan masuk surga kita adalah negara Indonesia,” tandas Ikhwan.

Ketiga, amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik

Selain itu, Ikhwan juga menyampaikan 5 karakter dari konsep Islam Berkemajuan yang kita bawa untuk kemaslahatan umat.

1. Al-mabni’ ‘ala al-Tauhid

Dijelaskan bahwa Islam ini dihadirkan dengan landasan tauhid yang murni dan lurus.

2. Al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah

Artinya, segala kegiatan dan upaya warga Muhammadiyah, orientasinya harus berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

3. Ihya’ al-ijtihad wa al-tajdid

Bagi Muhammadiyah, pintu ijtihad adalah medium untuk senantiasa berinovasi dan berkreasi di segala bidang.

“Sehingga, terus memperoleh yang terbaik, tidak pernah tertutup untuk selanjutnya bisa senantiasa berada di garda terdepan dalam merespon setiap persoalan bangsa, wabil khusus DIY dan Bantul,” pungkas Ikhwan.

4. Tanmiyat al-wasathiyyah

Maksudnya, Muhammadiyah senantiasa menghidupkan ideologi tengahan. Tidak berideologi revivalis maupun radikal. Karena itu, Muhammadiyah harus konsisten untuk tidak keluar jalur yang semestinya.

5. Tahqiq al-rahmah li al-‘alamin

Muhammadiyah orientasi akhirnya adalah rahmatan lil’alamin

“Mudah – mudahan dengan ini semua kita diantarkan menuju surga jannatun na’im,” harap Ikhwan.

Di akhir amanatnya, Ikhwan mengucapkan selamat dan sukses Musyda ke-13 untuk Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bantul dan mendoakan agar semoga mencapai tujuannya, yaitu membumikan risalah Islam untuk Bantul berkemajuan, sebagaimana tema yang diusung. (*)


Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow