Terkait Fikih Air, Kata Pak Din: Sosialisasikan ke Cabang, Ranting, dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah

Terkait Fikih Air, Kata Pak Din: Sosialisasikan ke Cabang, Ranting, dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Prof. H.M. Din Syamsuddin, M.A., Ph.D. menjadi narasumber Tausyiah Online yang diselenggarakan Majelis Tabligh PWM DIY, Rabu 28 April 2021. Acara ini digelar setiap hari menjelang buka puasa selama Ramadhan 1442 H secara daringini dan dapat diikuti melalui aplikasi zoom meeting dan kanal YouTube mediamuID. Sore itu Ketum PP Muhammdiyah dua periode (2005-2010 dan 2010-2015) menyampaikan materi “Lingkungan, Agamawan, dan Masa Depan Peradaban Manusia.”

Dalam sesi tanya jawab, Din menanggapi pertanyaan Ketua Majelis Tabligh PWM DIY, Hendra Darmawan, M.A. tentang apa yang harus dilakukan setelah adanya Fikih Air yang dihasilkan dalam Munas Tarjih PP Muhammadiyah.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Din Syamsuddin mengajak untuk mengarusutamakan hasil-hasil putusan tarjih ke lingkungan internal Muhammadiyah melalui pengajian-pengajian di cabang dan ranting, juga melalui lembaga pendidikan dari TK hingga Perguruan Tinggi. Kajian secara internal itu bisa menjadi sarana penyebaran ide dan pemahaman, sehingga lahir kekuatan dahsyat dari anggota Muhammadiyah sebagai pengamal hal-hal baik.

Ia memberi contoh gerakan yang bisa dilakukan semacam eco-rumah ibadah, yakni menciptakan keasrian, mengelola sanitasi dengan baik, memenej sampah dan air. Apalagi semua agama, apalagi Islam, sangat berhubungan dengan air misalnya untuk bersuci.

Di beberapa daerah terjadi krisis air, sehingga perlu melakukan penghematan air.  Selain itu bisa digunakan teknologi misalnya water purification, mengubah air keruh menjadi air bersih yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Berkaitan dengan pemanfaatn air dari proses ini perlu dikuatkan dengan kajian fikih.

Din menekankan perlu adanya strategi baik makro maupun mikro. “Perlu upaya kecil-kecilan.  Mengapa tidak? Kita mulai dari individu dan jamaah,” tandasnya. Ia juga berharap, AUM mempelopori hutan kota yang dapat membawa kesehatan kota.

Dua solusi yang ia tawarkan untuk menjaga lingkungan hidup:

Pertama, mengubah mindset tentang alam. Lihatlah alam sebagai subjek bukan semata-semata objek. Alam perlu pernghormatan atau pemuliaan.

Kedua, mengubah life style (gaya hidup). Kehidupan manusia modern yang serba teknologi di rumah tangga dan di jalanan mempunyai andil terhadap meningkatnya polusi.

“Kita perlu akrab dengan teknologi tapi bukan yang berdampak pada kerusakan lingkungan, global warming, climate change. Muhammadiyah perlu memprakarsai budaya baru, bagaimana hidup sederhana, hidup sehat, hidup bersih sehingga ditiru orang lain. Muhammadiyah perlu menampilkan kepeloporan yang baik-baik,” katanya.

Di sela-sela acara Din Syamsuddin bertanya mengapa panitia mengangkat tema “Green Ramadhan”? Moderator kajian saat itu adalah Nurul Satria Abdi, M.H., Sekretaris Majelis Tabligh PWM DIY, menjelaskan latar belakang dipilihnya tema ini.

“Kondisi bumi sudah semakin memprihatinkan. Pencemaran dan kerusakan sangat parah. Global warming, climate change, illegal logging, illegal fishing, dan illegal mining adalah beberapa contoh yang sangat tampak di depan mata. Muhammadiyah telah mengeluarkan hasil pemikiran berkaitan dengan lingkungan. Ramadhan sebagai sahru at-tarbiyah kita jadikan sarana untuk mengedukasi, menyampaikan kembali, saling mengingatkan risalah ilahiyah mengenai kodrat kekhalifahan di bumi. Kita ingin Ramadhan ini mengedukasi warga kita dan juga masyarakat di luar persyarikatan.”

“Super sekali,” kata Din. Karena selama ini, menurutnya, kajian Ramadhan kebanyakan seputar hikmah puasa. (sc)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow