Social Entrepreneur Program Unggulan SMA Moega
YOGYA – Pendidikan tanpa batasan ruang kelas? Inilah yang dilakukan SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Sekolah yang lekat dengan sebutan SMA Moega ini sukses mempraktikkan program unggulan Social Entrepreneur (SE). Para siswa didorong memiliki jiwa entrepreneur (wirausaha) dan kepedulian sosial melalui program yang sudah dilaksanakan sejak 2013.
“Kegiatan bertujuan memperkenalkan dan mengarahkan anak-anak supaya memiliki sifat kemandirian,” tutur Fitri Sari Sukmawati, M.Pd, Kepala SMA Moega.
Sebelum pandemi Covid-19, siswa-siswi dilatih memunculkan ide-ide kreatif untuk membuat atau menjual produk usaha yang hasil keuntungannya digunakan dalam kegiatan sosial seperti bakti sosial (baksos).
Menurut Fitri, kegiatan yang melatih anak-anak untuk menyusun business plan dan charity plan ini begitu penting membekali mereka dengan kemampuan yang dibutuhkan di abad 21. Di antaranya ialah critical thinking, communication, collaboration, serta creativity.
“Ke depannya, anak-anak Moega diharapkan mandiri secara ekonomi dan dewasa dalam menyikapi segala persoalan hidup,” imbuhnya.
Salah satu guru yang terlibat di awal-awal penyusunan program ini adalah Dra. Sri Murwani. “Awalnya kita melihat apa yang dimiliki anak-anak kita, ternyata jiwa sosialnya tinggi, punya gereget untuk berbagi,” jelas Wali Kelas 12 IPS 1 di SMA Moega ini.
Ia dan para guru yang lain melihat para peserta didik selalu tergerak untuk melakukan kegiatan sosial, termasuk saat mendekati ujian.
Berangkat dari sana, disusunlah program unggulan yang bisa mewadahi potensi tersebut. Anak-anak kemudian berkreasi dengan ide masing-masing. Ada yang membuat minuman dan makanan, atau mengumpulkan barang bekas masih bagus kemudian dijual, dan sebagainya. Kegiatan sosialnya juga beraneka ragam, sebagian besar melakukan baksos, mengajar TPA, atau membersihkan pantai.
Meskipun sempat mengalami hambatan di awal pandemi, kegiatan ini tidak lantas berhenti. Banyak inovasi dilakukan agar anak-anak tetap memperoleh pengalaman baru. Mereka diarahkan untuk belajar mengelola acara-acara online seperti webinar dan mendapat dukungan dari sekolah.
Teknis dari kegiatan ini ialah setiap kelas dibagi dua kelompok. Rata-rata siswa satu kelas berjumlah 30 orang, sehingga satu kelompok program SE terdiri 14-15 orang. Mereka berdiskusi dan membuat grup WhatsApp untuk berkoordinasi membahas konsep acara, pembagian tugas, dan sebagainya. Setiap angkatan dari kelas 10 hingga kelas 12 wajib menjalankan program ini.
Tahun ini, Sri mendampingi dua kelompok di kelasnya yang mengadakan kegiatan daring bertema public speaking. Yang pertama dilaksanakan Ahad (26/9) lalu dan kedua Ahad (3/10). Salah satu siswi yang mengelola kegiatan Ahad lalu ialah Talitha Reva Nareswari alias Talitha.
Gadis ini mendapatkan pembagian tugas sebagai sekretaris di kelompoknya. “Dengan program ini jadi lebih berani, belajar ngehubungin pemateri, juga lebih kompak sama temen-temen,” ujarnya menjelaskan kesan yang diperoleh. Ia bersyukur sejak kelas 10 sudah diajari menyusun proposal dan laporan lewat kegiatan ini, sehingga ketika masuk organisasi sudah lebih paham.
Sri mengungkapkan harapan ke depannya, yakni kegiatan dapat diteruskan karena mampu memupuk kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Setelah lulus, anak-anak akan mempunyai kesan terhadap pengalamannya di sekolah. Kemampuan-kemampuan hardskill dan softskill pun nantinya dapat menjadi bekal untuk masa depan mereka. (*)
Wartawan: Ahimsa W Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow