Ikut Aksi Bela Palestina, Rektor UAD: Anak Kecil Juga Pedih dengan Penderitaan Palestina
YOGYA - Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Prof. Dr. Muchlas, M.T. menyuarakan keprihatinannya atas berbagai peristiwa yang dialami Palestina karena penjajahan Israel selama hampir satu abad.
Dalam Aksi Bela Palestina pada Selasa (7/5), Muchlas berujar bahwa berbagai kejadian yang menimpa Palestina, dari dulu hingga sekarang, menggetarkan hati seluruh masyarakat, wabil khusus umat Islam itu sendiri.
Peristiwa penjajahan Israel di Palestina sudah lama, sejak tahun 1947 dan jika mendengar atau melihat Palestina mengalami banyak sekali peristiwa-peristiwa penganiayaan dan seterusnya.
Tapi yang paling menggetarkan semua orang, yaitu belakangan ini ketika sejak Oktober tahun lalu, Gaza digempur habis-habisan dan ini merupakan adalah serangan yang paling brutal yang terjadi pada abad ini.
Bahkan, sejak Muchlas masih anak-anak, ia sudah memperhatikan apa yang terjadi di Palestina.
“Waktu itu tahun 1970-an, saya masih kecil, tapi sudah mengamati (berita Palestina) di koran-koran. Anak kecil saja bisa merasakan betapa pedihnya penderitaan bangsa Palestina,” ucap Muchlas.
Itulah kemudian Forum Rektor Perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA), kemudian tergerak untuk memberikan pernyataan sikap yang diharapkan menumbuhkan rasa empati dan kepedulian.
“Tentu ini akan menjadi perhatian kita untuk bisa merumuskan langkah-langkah tindak lanjut dari pernyataan aksi keprihatinan ini. Aksi ini juga diharapkan memberikan satu momentum agar bisa membangkitkan rasa empati, simpati, dan keprihatinan atau sense of crisis semua orang di dunia,” kata Muchlas.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah juga tetap mengikuti apa yang sudah menjadi kebijakan Persyarikatan Muhammadiyah yang ingin membantu sepenuhnya atau sekuat tenaga agar bangsa Palestina ini segera bisa keluar dari masalah-masalah krisis yang dialami.
Lebih baik lagi kalau bisa mendorong agar seluruh masyarakat internasional bisa memberikan dukungannya agar bangsa Palestina bisa segera memulai menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Tak berhenti di pernyataan saja, akan ada tindak lanjut dari aksi kali ini. Seperti membantu Palestina baik dalam bentuk penggalangan dana kemudian juga pembangunan infrastruktur. Serta melakukan pendampingan pendampingan bagi para korban dan seterusnya.
“Kami ingin tidak lanjutnya lebih kepada fundrising, kemudian menghimpun resource yang ada di seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini. Apalagi, ada lembaga filantropi (Lazismu-red), sehingga ini akan lebih nyata,” jelas Muchlas.
Lebih lanjut, Muchlas juga mengapresiasi Pemerintah Indonesia yang tetap mendukung perjuangan Palestina, salah satunya dengan tetap tidak mengakui Israel dan tidak mengizinkan untuk membuka kedutaan besar Israel di Indonesia.
Menurutnya, Itu sudah satu sikap yang diperlukan untuk membantu memberikan motivasi kepada bangsa Palestina. Tapi tentu saja, masyarakat ingin lebih dari itu, yakni dengan menjalankan diplomasi internasional.
Hal ini tentu agar masyarakat internasional terutama kesatuan bangsa-bangsa itu bisa lebih memberikan langkah-langkah yang konkrit untuk memberikan porsi kemerdekaan bagi Palestina.
Selain itu, Muchlas juga bersama para rektor PTMA sedang berpikir agar di lingkungan PTMA itu akan ada konsentrasi di dalam program studi untuk kajian-kajian yang mengarah kepada perjuangan rakyat Palestina.
“Itu yang kita harapkan atau direncanakan. Sampai saat ini forum Rektor PTMA memang melakukan diskusi-diskusi yang cukup intensif yang terkait dengan perjuangan rakyat Palestina atau khususnya yang terkait dengan peristiwa-peristiwa yang mendera rakyat Palestina. Saya kira ini sangat penting, karena ini akan memberikan kontribusi yang bermakna dari segi akademik,” tandas Muchlas. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow