Pesan dan Harapan Penting untuk PW IPM DIY Periode 2023-2025 Pasca Pengukuhan

Pesan dan Harapan Penting untuk PW IPM DIY Periode 2023-2025 Pasca Pengukuhan

Smallest Font
Largest Font

YOGYA - Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PW IPM DIY) periode 2023-2025 telah dikukuhkan pada Kamis (9 Jumadil Awwal 1445 H bertepatan 23 November 2023). Pada periode ini, Naufal Labiba Wildan bersama kolega akan berjuang untuk mengarungi masa kepemimpinan selama dua tahun ke depan. 

Bertempat di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah DIY, Jalan Gedong kuning No. 130 B, Rejowinangun, Yogyakarta, ke-57 pimpinan dan anggota PW IPM DIY periode 2023-2025 secara bersama mengucapkan ikrar pengukuhan yang dibacakan oleh Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita. Dengan pengucapan ikrar tersebut, Naufal dkk dinyatakan sah dan siap melaksanakan amanah sebagai PW IPM DIY. 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Setelahnya, berbagai ucapan selamat dan pesan-pesan turut silih berganti datang dari para tamu undangan yang hadir. Mulai dari PW IPM DIY periode 2021-2023 yang diwakili Ketua Umum sebelumnya Racha Julian Chairrurizal menyampaikan 5 poin penting bagi Naufal dan segenap anggotanya. 

Pertama, Racha mengharapkan PW IPM DIY periode baru inisemakin menguatkan komunikasi dengan PWM DIY dan PP IPM. "Ini penting, karena PWM DIY tentu merupakan ayahanda kita semua dan kehadiran Ortom merupakan kepanjangan tangan dakwah di pelajar. Maka, segala sesuatu perlu dikoordinasikan dengan PWM DIY," jelas Racha.

Selain itu, PW IPM DIY kepanjangan tangan PP IPM. Dalam AD/ART IPM, Pimpinan Wilayah adalah pimpinan IPM tertinggi di tingkat provinsi. Artinya, segalanya pengindukan dan gagasan tidak boleh lepas dari PP IPM. Hal ini juga penting agar cita-cita PP IPM bisa tersalurkan sampai di pelajar di DIY

Poin kedua, adanya kolaborasinya tanpa batas. Kalaupun ada satu yang bisa membatasi, itu adalah value dari program kolaborasi itu sendiri. Apapun kelompok dan organisasinya tidak masalah untuk menjalin kolaborasi selama value-nya sama. Racha mengharapkan adanya kolaborasi yang luas untuk mendorong gerakan dakwah IPM menjadi lebih luas lagi. 

Ketiga, dalam terlaksananya program perlu menggunakan basis dari riset potensi dan permasalahan di pelajar. Racha menganggap ketepatan sasaran program dari IPM DIY jadi suatu hal yang tidak bisa dihirarukan.

"Sebanyak program, kalau tidak telat sasaran, eman-eman tenaga, anggaran, waktu, dan ilmunya tidak bisa dipastikan tepat sasaran," imbuhnya.

Dari Musywil XXIII lalu, PW IPM DIY periode sebelumnya sudah melakukan riset dari segala potensi dan gagasan. Sehingga, kalau tidak dicek dengan riset, maka tentu sangat disayangkan  karena IPM sudah mengklaim diri sebagai organisasi pelajar dan riset merupakan salah satu komponen pembelajaran. 

Keempat, solidaritas organisasi harus terus terjaga. Perlu disadari bahwa jumlah kader IPM di DIY itu sedikit bila dibandingkan dengan wilayah lainnya yang lebih besar. Sehingga, kalau tidak solid, gerak langkahnya akan semakin susah

Solidaritas adalah kunci agar tidak ada cerai berai dalam organisasi. Sekalipun sudah riset dan sebagainya, tapi kalau pimpinan tidak solid dan satu visi, semua program dan visi yang dirancang akan sia-sia. 

Kelima dan terakhir, Racha mengingatkan PW IPM DIY untuk bersiap diri di tahun politik 2024 mendatang. Sangat penting untuk mengedukasi pelajar, terutama di Muhammadiyah, agar bisa memilih secara sadar dengan pengetahuan. Tidak asal memilih, tanpa tahu apakah kepentingan pelajar diakomodir atau tidak.

Selain mengedukasi pemilih pemula, IPM DIY juga punya tanggung jawab memenangkan Calon DPD RI utusan Muhammadiyah Ir. Ahmad Syauqi Soeratno, M.M. Sebab ini sudah menjadi keputusan Musypimwilsus Muhammadiyah DIY tahun 2022 lalu. 

"Saya tidak ingin IPM justru tidak bertanggung jawab atas pilihan PWM DIY, dalam pemilihan DPD RI ini," tegas Racha. 

Sementara itu, Riandy Prawita dalam sambutannya memuji IPM DIY sebagai episentrum pergerakan IPM se-Indonesia. Terlebih, dengan membawa tema Generasi Emas Pelajar Muhammadiyah, maka kader DIY harus terus membangun spirt keilmuan, apalagi Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan intelektual.

Untuk itu, Riandy mengingatkan agar IPM DIY jangan dilihat dari kuantitas, tapi kualitasnya. Karena semua sejarah Muhammadiyah dan IPM ada di DIY, maka para kader harus terus memperbaiki kualitas dirinya.

"Jadi, kalau bisa para kader IPM DIY ikut PKTM 3 atau Utama di luar DIY. Supaya bisa mewarnai perkaderan IPM se-Indonesia dan menyebarkan inspirasi membangun IPM ke semua wilayah," ucap Riandy. 

Pemuda asal Surabaya itu berpesan agar kolektif kolegial dan kebersamaan dibutuhkan semua pihak di IPM DIY. Ia juga mengharapkan agar pimpinan daerah bisa mensinergikan programnya dari pusat dan wilayah.

Ucapan selamat juga datang dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Dr. Muhammad Ikhwan Ahada, M.A juga sekaligus berharap dakwah Muhammadiyah yang disampaikan IPM lebih realistis, menyentuh akar rumput, khususnya di dunia pelajar. 

Sudah 62 tahun sejak lahir pada 1961, IPM menunjukan peran keilmuan dan perkaderan dalam rangka menjadi pelopor dan pelangsung amanah persyarikatan. Maka, Ikhwan mengharapkan IPM bisa menjadi pelaku sejarah di era dengan aktif ambil peran dan mampu menempatkan diri. 

Untuk bisa melakukannya, Ikhwan memberikan pesan kepada kader untuk tetap mengedepankan critical thinking. "Jangan sampai berhenti berpikir, karena keberadaan dari IPM ada pada cara berpikir kritis. Berpikir adalah watak dan ciri IPM," jelas Ikhwan. 

Selain itu, kolaborasi juga penting dalam berorganisasi, maka Ikhwan meminta agar jangan sampai berhenti pada sinergi dan kohesi, tetapi melupakan kolaborasi. Karena tidak ada yang bisa digerakkan bila sendirian, maka kader IPM DIY harus memperluas pergaulannya. 

Tak lupa juga seorang kader IPM harus terus meningkatkan komunikasi dan kreatifitas yang mana sangat cocok dengan watak pelajar Indonesia sekarang.

Kader IPM DIY juga perlu meningkatkan kapasitas ilmunya, baik upscaling dan rescaling di segala disiplin ilmu. Sebagai contoh, meskipun disiplin ilmu matematika, namun bisa jadi teknokrat atau lulusan Pendidikan Agama Islam tapi bekerja di teknologi informasi.

"Karena memang di era sekarang ini sangat dibutuhkan seorang kader yang multi talent," imbuh Ikhwan. 

Masa periode dua tahun di IPM tentunya bukan waktu yang lama. Maka, momentum awal periode ini tidak boleh terlewatkan begitu saja oleh IPM DIY dan harus dimanfaatkan dengan baik.

Sebagaimana disampaikan oleh Calon Anggota DPD RI Ir. Ahmad Syauqi Soeratno, momentum pengukuhan memiliki beberapa pesan, bahwa inilah amanah organisasi yang harus berjalan dan merevitalisasi organisasi agar berkualitas.

Apalagi, dalam dua tahun ini, kader IPM DIY dipaksa untuk mengenal potensi dalam waktu yang tidak lama. Tidak sekadar mengurusi perkaderan, justru tantangan sebenarnya ada di lapangan, yaitu mengurusi umat. 

Oleh karenanya, program yang disusun mesti membersamai di setiap kegiatan dan yang terpenting bermanfaat kepada semua. "Kalau bisa mencapai dua poin itu, Muhammadiyah (dan IPM) akan lebih kencang dan berkemajuan," pesan Syauqi. (*) 

Wartawan: Dzikril Firmansyah 

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow