Ketum PP NA: Tiap Jam Terjadi 3 Kasus Kekerasan Seksual

Ketum PP NA: Tiap Jam Terjadi 3 Kasus Kekerasan Seksual

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN – Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Depok Sleman kembali mengadakan AMM Depok Mengaji, Selasa (20/12), di Masjid Nurul Ashri Deresan. Kali ini menghadirkan  Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah (PP NA), Ariati Dina Puspitasari, sebagai narasumber yang  menyampaikan refleksi akhir tahun.

Tahun 2022 terjadi banyak peristiwa, baik menggembirakan maupun menyedihkan. Misalnya, gempa bumi di Cianjur, Gunung Semeru meletus, dan tragedi Kanjuruhan di Malang. Juga Konferensi G20 di Indonesia, diluncurkannya vaksin covid-19 buatan dalam negeri bernama IndoVac, hingga Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Surakarta.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Berbagai hal yang terjadi itu harus menjadi refleksi untuk kehidupan lebih baik di tahun berikutnya,” tutur Ariati.

Ariati menyoroti dua permasalahan utama yang menjadi fokus Nasyiatul ‘Aisyiyah. Pertama, kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang pada tahun 2022 terdapat 18.261 kasus kekerasan dalam rumah tangga (berdasarkan data Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak/Kemen PPPA) dengan korban didominasi perempuan (79,5% atau 16.745 orang).

Ariati menambahkan, kasus KDRT tidak hanya di kalangan masyarakat bawah, juga kalangan menengah ke atas, termasuk orang terpelajar. Tiap jam terjadi tiga kasus terkait kekerasan seksual, baik itu dilakukan secara verbal maupun non-verbal.

“Bisa disimpulkan bahwa perempuan masih dipandang sebagai orang lemah. Ini menjadi tantangan bagi kami, harapannya NA dapat bekerjasama dengan seluruh pihak, terutama Pemuda Muhammadiyah dan ortom lainnya untuk mencegah hal ini,” ujarnya.

Kekerasan juga menimpa lingkungan dan alam, baik hewan atau binatang maupun tumbuhan. Pemanasan global yang diakibatkan rumah kaca tidak lepas dari bagaimana perilaku manusia terhadap alam.

Terkait kerusakan alam terdapat korelasi antara perempuan dan alam. Beberapa kajian menyebut jika penindasan yang dilakukan manusia kepada perempuan sama seperti yang dilakukan kepada alam.

“Seperti halnya perempuan, kekayaan alam banyak dieksploitasi yang menjadikan kerusakan sumber daya semakin besar. Ini didukung dengan perilaku manusia yang abai terhadap lingkungan sekitar, seperti membuang sampah sembarangan dan menggusur ruang terbuka hijau untuk dibangun gedung,” ungkap Ariati.

Bagaimana upaya Angkatan Muda Muhammadiyah? Dua hal yang diutarakan Ariati. Pertama, memunculkan empati tidak hanya dalam hal sosial tetapi juga bidang lain. Empati ini harus terus diasah karena akan menjadikan masyarakat lebih baik dan kreatif. Pemberdayaan pun harus mengedepankan empati

Kedua, merespons permasalahan di lingkungan sekitar dengan pikiran terbuka dan  empati yang tinggi agar bisa responsif. Contohnya, permasalahan yang dialami tetangga yang kekurangan secara ekonomi, kekerasan, dan lainnya, harus diberi respons untuk mencari hal-hal positif.

“Kita juga perlu membawa narasi yang baik. Perlu diketahui di media sosial narasi yang dibangun adalah narasi yang lebih ke arah negatif (memecah belah, intoleran, dan hal-hal yang kurang baik). Intinya, sampaikanlah sesuatu dengan cara yang baik dan elegan,” kata Ariati. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow