Pengajian Malam Selasa Dimulai Lagi: Hati-Hati Akhlak Memudar
YOGYA – Pengajian Malam Selasa (PMS) diadakan kembali oleh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah setelah off karena pandemi Covid-19. PMS pertama setelah libur dua tahun ini dilaksanakan Senin (17/1) secara hybrid (daring dan luring) di Studio Gedung Tabligh Institute. Tema yang diangkat “Mengenal Kembali Tentang Akhlak” bersama Ustadz Damami Zein.
Akhlak adalah bagian dari berislam. Namun, tak terbantahkan jika saat ini akhlak telah memudar dari diri manusia. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa faktor. Pertama, pandemi Covid-19 dampak sangat luar biasa pada kehidupan manusia. Antara lain membuat hubungan antarmanusia menjadi tidak personal. Artinya, ketika berinteraksi dan bergaul seperti berjarak, baik hati, perasaan, dan pikiran.
Ini merupakan imbas dari peraturan-peraturan yang mewajibkan harus di rumah dan mematuhi protokol kesehatan sehingga menyebabkan hubungan menjadi tidak personal.
Faktor yang kedua adalah persoalan penjiwaan dari akhlak. Sekalipun membaca dan merenung berbagai kitab tebal, patut dipertanyakan seperti apa penjiwaannya ke dalam akhlak orang tersebut. Ustadz Damami mengingatkan agar jangan sampai ibadah dan akhlak menjadi lepas satu sama lain, termasuk juga fiqh dan muamalah.
“Padahal, keempat ilmu baik fiqh, ibadah, muamalah, dan akhlak adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan, harus bersinergi agar nantinya muncul sebuah penjiwaan dari akhlak itu sendiri,” paparnya.
Faktor ketiga adalah pembahasan akhlak sebagai ilmu semata. Maksudnya, bahasan mengenai akhlak tidak sampai diperdalam lebih lanjut.
Karena itulah, persoalan akhlak ini menjadi topik dalam Musyawarah Nasional (Munas) Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah di Gresik tahun 2020. Salah satu hasilnya adalah Risalah Akhlak Islam, yang di dalamnya membagi akhlak menjadi dua bagian, yakni akhlak filosofis dan praktis.
Akhlak Islam filosofis sudah disahkan dalam Munas Tarjih tahun 2020. Sedangkan untuk akhlak Islam praktis masih dalam proses. Hal ini untuk merestrukturisasi akhlak model Muhammadiyah yang arahnya kepada mencerahkan dan memajukan.
“Jadi, akhlak itu harusnya bisa mencerahkan dan memajukan, bukan sebaliknya melemahkan dan membuat orang jadi malas. Antara kinerja dan akhlak harus saling menyapa. Misalnya, orang jujur dan giat bekerja bila diberi tanggung jawab masyarakat bisa sukses,” kata Damami.
Tidak hanya akhlak, semangat berislam secara kaffah dalam diri beberapa umat Islam juga perlahan menjadi pudar. Maksudnya, kaffah sebatas pada ucapan tapi tidak dihayati dan dilaksanakan. Damami mengutip Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 208 yang menjelaskan tentang berislam secara kaffah, yakni menyerahkan diri pada ajaran Islam sepenuh hati secara menyeluruh dan total.
Konsep akhlak harus tetap hidup dan yang menghidupkan adalah umat Islam itu sendiri, terutama warga Muhammadiyah. Ada dua cara untuk merumuskan konsep akhlak tersebut, antara lain:
- Konsep akhlak dirumuskan sekaligus diamalkan dan didakwahkan berdasarkan teks dan kontekstual. Tiap generasi mengkontekstualkan teks dari Al-Quran dan Sunnah berdasarkan lingkungan dan zaman mereka, namun tidak boleh bertentangan dengan dalilnya.
- Konsep akhlak dirumuskan sekaligus diamalkan dan didakwahkan berdasarkan metodologi yang dikembangkan Muhammadiyah, yaitu bayyani (dari kitab suci), burhani (nalar dan logika), dan irfani (pengalaman dan realitas).
Tantangan umat Islam saat ini adalah bagaimana para milenial atau anak muda semakin tertarik memperdalam ajaran Islam di tengah arus kehidupan serba materialis dan hedonis.
“Harus segera dirumuskan gerakan menarik minat para anak muda agar tertarik memperdalam agama, kapanpun dan dimanapun. Jika gerakan ini padam, maka agama menjadi tidak menarik dan semakin ditinggalkan. Inilah PR terbesar umat Islam saat ini,” imbuh Damami. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow