Pakar Ekonomi Syariah Tekankan Tiga Hal untuk Bisa Bertahan di Era Digital
YOGYA – Di era digital, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bangun Drajat Warga (BDW) harus mampu menyesuaikan diri. Terlebih pada Milad ke-28 tahun 2022 ini BDW mengusung tema “Menuju Transformasi Digital dalam Bermuamalah”, sehingga diharapkan mampu berinovasi di era digital.
Dalam rangkaian Milad ke-28, BPRS BDW mengadakan Webinar dengan tema “Muamalah, Bisnis, dan Era Digital: Bagaimana Tetap Bertahan”, pada Jumat (4/2). Menghadirkan dua narasumber yakni Pakar Ekonomi Syariah Ir. Adiwarman Azwar Karim, S.E., MBA., MAEP. dan Co-Founder Evermos M. Ghufron Mustaqim.
Adiwarman menekankan tiga hal untuk bisa bertahan di era digital. Pertama, harus kerja dan ikhtiar dengan maksimal. Terutama di era digital ini, masyarakat harus bersiap-siap agar mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Era digitalisasi saat ini telah membuat para fintech yang sebelumnya tidak ada di peta persaingan lembaga keuangan menjadi ancaman. Hal ini dikarenakan, fintech dapat bergerak dengan gesit dibantu regulasi yang ringan dan longgar dibandingkan regulasi untuk mengatur bank.
Dengan hal itu fintech dapat bergerak leluasa mencari bank-bank kecil untuk diakuisisi. Bisa dilihat di tahun 2021, para investor fintech mulai mencari BPR dan karena itu harga dari BPR kini meningkat. Harus diingat bahwa fintech tersebut tidak memerlukan BPR-nya, melainkan izin untuk menghimpun dananya.
Adiwarman melihat posisi BPRS BDW saat ini berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya dimana teknologi saat itu belum seperti sekarang.
“Saat ini nilai Bank BDW menjadi tinggi, karena fintech tengah mengincar BPR untuk diakuisisi agar dapat menghimpun dana,” jelas Adiwarman.
Kedua, jangan memaksakan diri sendiri untuk meraih sesuatu. Sebab, hasil akhir dari ikhtiar yang dilakukan sudah ditentukan Allah. Umar bin Khattab pernah berkata “indahnya hidup itu tidak ada yang tahu apa takdir dari Allah untuk usaha tersebut.”
Artinya, para pekerja dari BPRS BDW setelah berikhtiar dalam berbagai hal, termasuk mengantisipasi kemajuan teknologi untuk kemajuan BDW, ditekankan agar tetap ikhlas dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan begitu, kerja keras para pekerja di BDW akan dibalas oleh Allah, baik di dunia dan akhirat.
Ketiga, tetap mengingat dan menghargai perjuangan orangtua. Dalam hal ini, para pendiri dan pendahulu BPRS BDW beserta Pimpinan Muhammadiyah DIY telah berkorban dan mendukung penuh agar dapat membesarkan BDW. Tentunya itu tidak bisa dibandingkan dengan bakti kita kepada Muhammadiyah.
Jadi, BDW tidak boleh merasa keberhasilan ini semata-mata karena BDW itu sendiri. Harus diingat bahwa keberhasilan yang diraih adalah sebagai tanda terima kasih kepada para pendiri BDW dan Pimpinan Muhammadiyah yang telah berjuang membesarkan BDW.
Adiwarman mengingatkan untuk selalu bersiap dengan perubahan yang terjadi di depan mata, yakni perubahan teknologi ke arah digitalisasi. Ini membawa berkah tersendiri bagi bank-bank kecil dan BPR. Karena fintech dan bank-bank besar memerlukan mereka untuk melengkapi ekosistem, yaitu izin menghimpun dana masyarakat.
“Disinilah posisi bank seperti BDW ini menjadi strategis dalam melengkapi ekosistem yang sedang dibangun oleh unicorn besar dalam hal ini fintech tersebut,” ucapnya.
Di sisi lain, ia mengingatkan agar waspada, jangan sampai BDW menjadi bagian dari ekosistem tersebut. Apa yang telah dibangun dan diperjuangkan oleh para Pimpinan Muhammadiyah terhadap BDW ini sangat disayangkan bila kemudian dijual dan dilepas kepada para unicorn besar untuk sekedar kesenangan sesaat.
Narasumber kedua, M. Ghufron Mustaqim, menjelaskan banyak hal seputar tantangan bisnis di era digital. Kata kunci dari bisnis di era digital adalah “mudah”. Hal tersebut bisa dilihat dari teknologi yang berkembang sekarang telah memudahkan masyarakat untuk berbisnis.
Sebagai contoh, adanya e-commerce atau toko online yang notabene merupakan pembaharuan dari aktivitas di pasar tradisional atau mall. Karena keduanya memiliki keterbatasan atau limitasi terutama dari segi lapak penjual, maka adanya toko online ini memudahkan masyarakat untuk menjual atau membeli suatu produk di sana.
Tidak hanya itu, keberadaan aplikasi pengantar makanan juga memudahkan para penjual makanan untuk memasarkan produknya, tidak harus buka restoran atau semacamnya. Para konsumen juga dimudahkan karena tidak harus keluar untuk membeli makanan.
Para pelaku startup yang menggunakan teknologi dalam bisnisnya mengadopsi beberapa prinsip atau mindset. Seperti, menjadi pemimpin di pasar, memvalidasi pelayanan produk ke konsumen, berinovasi, dan perekrutan orang-orang yang ahli. BDW harus mengadopsi prinsip tersebut.
Terutama dalam berinovasi ketika go to market, ia mengimbau agar jangan terlalu mencari kesempurnaan. Yang terpenting adalah interaksi terkait produk atau pelayanan setelah diluncurkan. Bila terdapat masukan atau ulasan, harus diperbaiki sehingga produk atau pelayanan itu akan semakin sempurna.
“Karena, time to market menjadi kunci. Yang besar akan kalah dengan yang ulet dan yang tua juga akan kalah dengan yang muda yang energik. Ini adalah masalah mindset,” imbuhnya.
BDW juga harus mampu merekrut orang yang terampil. Tiap perusahaan teknologi biasanya memiliki tantangan untuk mencari orang-orang luar yang lebih pintar daripada orang-orang lama di dalamnya. Dengan mindset itu, perusahaan bisa merekrut orang-orang yang terbaik, karena perusahaan selalu bergantung pada orang-orang yang menggerakkan di dalamnya untuk dapat melewati berbagai persoalan yang datang.
Di usia ke-28 tahun, BDW diharapkan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dimana sekarang serba digital.
“BDW harus bisa lincah seperti startup, namun tetap tidak keluar dari jalur dan paham akan urgensinya sebagai aset penting di bidang ekonomi perbankan milik Muhammadiyah. Semoga akan ada banyak inovasi perbankan syariah di Muhammadiyah,” harap Ghufron. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow