Ovamir Anjum pada Konferensi Mufasir Muhammadiyah: Al-Quran Bicara Pada Semua Zaman.
SURAKARTA - Cendekiawan muslim asal Amerika Serikat, Ovamir Anjum, hadir dan memberikan pemaparannya dalam kuliah umum Konferensi Mufasir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (12/11). Pada kesempatannya Anjum menuturkan bahwa sebenarnya Al-Quran tak hanya berbicara pada zaman dulu, tapi zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
Anjum percaya bahwa Al-Quran bukan sekadar buku yang diagungkan karena keindahannya atau nilai pahala di dalamnya; sebaliknya, kitab suci ini adalah panduan yang membutuhkan pendekatan praktis dan aktif untuk bisa memecahkan masalah di dunia nyata.
Lebih lanjut, Anjum lalu mencontohkan pendekatannya dengan membedah kandungan makna Surat Al-Baqarah, terutama pada ayat 84-85 yang menjelaskan kronik perjanjian Allah dengan Kaum Yahudi.
Anjum menjelaskan bahwa dari kejadian kaum Yahudi di masa lalu bisa diambil ibrah untuk hari ini. Dahulu sebelum Rasulullah Saw datang ke kota Madinah, ada tiga suku Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraidhah, yang tinggal bersama dua suku Arab, yaitu Aus dan Khazraj. Aus dan Khazraj membentuk aliansi dengan suku-suku Yahudi, dan mereka saling berperang.
“Suku-suku Yahudi ini tidak hanya menghasut dan membiayai perang, tetapi juga mendapatkan keuntungan darinya, bahkan mereka aktif terlibat dalam peperangan,” terang Peneliti Yaqeen Institute dan Pengajar Studi Islam di Universitas Toledo ini.
Allah SWT menegur tiga suku Yahudi tersebut karena bertentangan dengan prinsip-prinsip iman yang mereka yakini, lanjut Anjum menerangkan. Meskipun mereka mengakui Allah dan mengikuti ajaran Nabi Musa serta para Nabi lainnya, tapi kenyataannya mereka terlibat dalam perselisihan dan perang. Allah Swt. menunjukkan bahwa mereka memilih untuk mempercayai sebagian kitab Allah (Taurat) dan menolak sebagian lainnya.
Dalam analisisnya Anjum beranggapan kejadian seperti yang dialami Kaum Yahudi tersebut bisa saja menimpa Umat Islam di zaman ini. Menurutnya, sejarah bisa berulang, pelakunya bisa berbeda namun kejadianya bisa jadi sama. Namun demikian, ia optimis bahwa umat Islam saat ini tidak akan mudah terjerumus dalam kezaliman.
“Jadi, saya harus mengatakan bahwa umat ini yang kita miliki memiliki “mesin”. “Mesin” dari umat ini adalah cinta kepada Allah,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Anjum juga mengakui kekagumannya pada Muhammadiyah dan umat Islam di Indonesia. Menurutnya ada berkah tersendiri yang melimpah pada umat islam di Indonesia. Ia menyaksikan sendiri, di manapun berada ia selalu melihat orang beribadah.
“Ini semua ini berkah yang Allah berikan,” ucapnya.
Tak lupa, Anjum mengajak Muhammadiyah dan umat Islam Indonesia untuk tetap terhubung dan tidak melupakan saudara seiman yang menghadapi kesulitan di seluruh dunia.
“Dan ingatlah kita tidak bisa meninggalkan atau melupakan Muslim di Gaza atau di India yang menghadapi genosida, atau di Bohemia atau di tempat lain, karena itu adalah petunjuk dari Nabi Muhammad dan perjanjian yang Allah berikan kepada kita bahwa kita seperti satu tubuh,” tandasnya.
Berita ini disadur mediamu.com dari muhammadiyah.or.id dengan artikel berjudul Cendekiawan Muslim Asal Amerika Serikat ini Mengaku Kagum dengan Muhammadiyah dan Islam di Indonesia
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow