MPS DIY Gagas Program Pengasuhan Anak Yatim Terdampak Pandemi
YOGYA – Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PWM DIY, Ridwan Furqoni, M.P.I., mengungkapkan bahwa masa pandemi Covid-29 ini telah “melahirkan” banyak anak yatim-piatu baru. Hal tersebut disampaikan pada Pengajian Konsolidasi Organisasi yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY secara online, Jum’at (24/9).
Memilih tema “Tajdid Pengasuhan Anak Yatim di Masa Pandemi” pengajian ini diikuti sekitar 200 peserta keluarga besar Muhammadiyah, termasuk organisasi otonom se-DIY. Acara diawali
pengantar H. Gita Danu Pranata, S.E., M.M., Ketua PWM DIY.
Dua pemateri adalah Dr. Jasra Putra, SFil.I., M.Pd. (Komisioner KPAI/Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Wakil Ketua MPS PP Muhammadiyah) dan Ridwan Furqoni, S.Pd.I., M.P.I. (Ketua MPS PWM DIY). Materi Jasra Putra dalam berita terpisah di mediamu.com.
Ridwan Furqoni memaparkan, berdasarkan data dari kompas.id pada 23 Agustus 2021, tercatat 30.912 anak yatim baru di Indonesia selama masa pandemi Covid-19 berlangsung. Sedangkan data MPS PWM DIY menyebutkan, di provinsi DIY ada 932 anak yatim per 24 September 2021.
“Hal ini tentunya menimbulkan permasalahan besar bagi para anak yatim, yaitu kehilangan pengasuhan,” tutur Ridwan.
Pengasuhan bagi anak yatim-piatu sangat penting sebagai bentuk proses interaksi antara orang tua dan anak dalam mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, dan spiritual dari anak itu sendiri.
Dengan kehilangan orang tua, anak-anak yatim ini juga kehilangan seorang pelindung dan penjaga bagi mereka. “Dan juga kehilangan seorang pemberi kehangatan, kelekatan, kenyamanan, dan kasih sayang di rumahnya,” ucap Ridwan.
Bagi anak, orang tua adalah sosok idola, teladan dan pembimbing. Kehilangan orang tua menimbulkan dampak yang besar terhadap anak-anak tersebut.
Kemudian, apa yang dibutuhkan saat anak menjadi yatim? Ridwan turut memberikan jawabannya. Yakni, seorang pengganti peran dari orang tuanya. Pengganti peran tersebut diharapkan bisa memberikan dukungan mental, psikososial, spiritualitas dan finansial untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.
Maka dari itu, dalam menindaklanjuti pengasuhan para anak yatim baru di DIY, MPS PWM DIY menggagas program pengasuhan untuk anak yatim. Skema yang disusun MPS DIY mulai pendataan secara daring dibantu para keluarga, tetangga, teman, relawan, dan lain – lain.
Data tersebut kemudian dipilah lagi berdasarkan cabang di mana domisili anak itu tinggal dan di cabang tersebut juga direkrut relawan untuk bertugas sebagai narahubung.
Berikutnya, melakukan assessment guna memperoleh informasi lengkap dan mendalam mengenai anak yatim tersebut. Sehingga diketahui apa saja kebutuhannya. “Itu sebagai dasar melakukan intervensi selanjutnya,” tandas Ridwan.
Proses assessment ini dilakukan relawan cabang masing-masing tempat anak yatim berdomisili.
Dari assessment tersebut akan muncul beberapa rekomendasi:
Pertama, santunan keluarga berkelanjutan berupa makan malam, pendidikan, kesehatan dan lainnya sesuai kebutuhannya, sementara anak tetap tinggal bersama orangtuanya yang layak memberikan pengasuhan.
Kedua, asuhan keluarga. Artinya, memberikan orang tua asuh kepada anak karena orang tua tidak lagi mampu memberikan pengasuhan yang layak. Asuhan tersebut bisa dari keluarga, tetangga, atau pimpinan persyarikatan.
Ketiga, membawa anak ke pengasuhan lembaga berupa panti asuhan, karena tidak ada yang dapat memberikan pengasuhan di rumah.
Sebagai hamba Allah yang mempunyai tugas sebagai khalifah di muka bumi ini, tentunya wajib merawat dan menyantuni anak yatim. Karena itu, Ridwan berharap MPS PWM DIY bisa berkoordinasi dengan majelis, lembaga, dan organisasi otonom di ruang lingkup persyarikatan Muhammadiyah.
“Kami juga mengusahakan ke depannya program pengasuhan ini bisa berkembang menjadi amal usaha di bidang sosial yang berbasis cabang dan ranting,” katanya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Affan Safani Adham
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow