Ketua PWM DIY: Sabar dengan Tidak Melakukan Apapun Akan Mengarah kepada Kemalasan
YOGYA – Salah satu tempat penyelenggaraan shalat ‘Idul Adha 1443 yang diselenggarakan hari Sabtu (9/7) adalah Lapangan Nogotirto, Gamping, Sleman. Diselenggarakan oleh Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Nogotirto, bertindak sebagai imam dan khatib adalah Gita Danupranata, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY.
“Pada hari ini kita berkumpul kembali, duduk bersimpuh di tanah lapang dinaungi langit membentang luas. Di tempat ini kita bersama-sama menggemakan pujian Keagungan Allah, sehingga bumi dan langit menjadi saksi suara takbir, tahlil, dan tahmid hamba hamba Allah yang beriman,” kata Gita mengawali khotbahnya di hadapan seribuan umat Islam di situ.
Penyelenggaraan shalat ‘Id di tempat ini adalah kedua kali setelah tidak diselenggarakan sejak munculnya pandemi Covid-19 di tanah air tahun 2020. Empat kali “libur” yakni dua kali shalat ‘Idul Fitri dan dua kali shalat ‘Idul Adha. Pertama kali diselenggarakan lagi pada shalat ‘Idul Fitri 1443 beberapa bulan silam.
”Denyut jantung yang fitrah, membuat kita larut berlinang air mata kegembiraan dan keharuan. Kita bergembira karena hari ini adalah hari kemenangan, dan kebahagiaan rasa haru karena kita kembali merenungkan perjuangan dan pengorbanan yang selalu seiring dengan kehidupan manusia,” lanjut Gita dalam khotbah berjudul Semangat ’Idul Qurban untuk Membangun Peradaban Indonesia yang Berkemajuan.
Sejak tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah, seluruh jama’a haji dari berbagai negara melakukan ibadah wukuf di Padang Arafah sebagai puncak prosesi ibadah haji, dengan hanya berpakaian dua helai kain putih yang tidak berjahit sebagai simbol fitrah kejadian manusia. Bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berpakaian, tidak serta merta membawa harta benda dan ilmu pengetahuan, dan pada akhirnya manusia pasti akan kembali menghadap Sang Maha Pencipta dengan pakaian tidak berjahit pula.
“Di Padang Arafah, Jamaah Haji berserah diri di hadapan Allah secara total tidak ada ucapan kecuali istighfar memohon ampun dan berdzikir kepada Allah diiringi kalimat Talbiyah,” urainya.
Wahai Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Kalimat Talbiyah melambangkan bahwa setiap Jamaah Haji di tanah haram Mekkah al-Mukarramah, telah menyandang gelar kehormatan Dzuyufullah-Dzuyufurahman. Mereka adalah “para Tamu Allah”, para tamu yang amat disayangi dan dimulyakan Allah, sungguh kasih sayang Allah Maha Dahsyat.
Ya Allah, karuniakanlah kepada mereka haji yang mabrur, dan sempurnakan sa’inya, dan ampunan dari dosa mereka, dan terimalah segala amal shalehnya, serta limpahkan kepada mereka sumber kehidupan (usaha) yang tak akan pernah merugi, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Bagi Jamaah Haji dari tanah air kita, lanjut Gita, sudah siap untuk memenuhi panggilan Allah tahun 1441 atau 2020, tetapi baru tahun ini dapat menuju tanah suci, itupun hanya kurang dari 50%, karena masih dalam suasana wabah corona yang mensyaratkan usia maksimal 65 tahun. Banyak dari jamaah haji yang akhirnya pergi ke tanah suci tidak bersama keluarga walaupun mendaftarnya bersama.
Sementara itu, umat Islam di luar kota suci Mekkah, sejak 9 Dzuhijjah, telah menyambut ‘Idul Qurban ini dengan berpuasa yaumul Arafat atau puasa hari Arafah.
Penyembelihan hewan qurban bakda shalat ‘Ied tanggal 10 Dzulhijjah dan dalam tiga hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), merupakan kewajiban bagi orang-orang mampu (manistatho). Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang mampu menyembelih qurban, lalu mereka enggan menyembelih qurban, maka janganlah mereka mendekati tempat shalat kami.
Selain harus memahami kisah Nabi Ibrahim dalam menegakkan aqidah, bangsa Indonesia khususnya umat Islam perlu mengambil ibrah proses ibadah haji. Yakni, penuh perjuangan, pengorbanan, dan memperkuat bidang muamalah duniawiyat, pengembangan sumber daya manusia untuk menghadapi tantang global demi keberlangsungan hidup dan kejayaan bangsa ini khususnya generasi muda.
Allah SWT berfirman dalam ayat 155 Surat Al-Baqarah: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Ayat di atas, kata Gita, menjelaskan tentang cobaan Allah dan kesabaran umat manusia untuk menerima cobaan tersebut. Kata sabar bukan kata yang asing di telinga kita, tetapi makna wujud sabar sangat beragam.
“Sabar tidak melakukan apapun ketika diberi cobaan akan mengarah kepada kemalasan,” tegas dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Kalimat Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan dalam Surat Al-Insyirah yang diulang dua kali, jelas Gita, sangat memandu dan memotivasi ketika menghadapi ujian. Adanya Corona-19 selama dua tahun ini, kita tetap bisa menyelesaikan hal ikhwal tentang amanah kehidupan.
“Atau bahkan banyak hal baru yang bisa kita lakukan karena Corona-19, sehingga kita memiliki kapasitas lebih dibanding sebelum adanya wabah Corona-19,” tandasnya. (*)
Bahan diperoleh mediamu.com dari Buku Khotbah Shalat ‘Idul Adha PHBI PRM Nogotirto
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow