Ketua PP Muhammadiyah: Seni Budaya Medium Muhammadiyah untuk Milenial
BANTUL — Dakwah melalui medium seni dan budaya masih belum digandrungi oleh sebagian warga Muhammadiyah, dan belum masif bila dibandingkan dengan pilar dakwah lainnya, seperti pendidikan, layanan sosial, dan ekonomi. Padahal, seni dan budaya itu sendiri sama pentingnya dengan tiga pilar tersebut untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada masyarakat.
Di hari ke – 2 Muhammadiyah Jogja Expo #2, Jumat (7/10), syiar dakwah dengan seni dan budaya semakin digencarkan, melalui pementasan Campursari Islam (CSI) Kalimasada dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gunungkidul. Lantunan syair lagu Jawa bernuansa islami yang dibawakan oleh CSI Kalimasada membuat suasana syahdu dirasakan langsung oleh para pengunjung yang hadir di Halaman Kampus Utama UAD.
Perpaduan antara dakwah dan seni budaya ini semakin terasa dengan diselenggarakannya Pengajian Akbar bersama dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes. Pengajian bersama Ketua PP Muhammadiyah ini dihadiri oleh warga Muhammadiyah se – DIY dan para pengunjung.
Agus saat menyampaikan tausyiahnya, mengutip perkataan almarhum Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc. yang mengatakan bahwa budaya dalam hal ini karya seni hukumnya mubah selama tidak mengarah kepada kerusakan, bahaya, dan kedurhakaan, berdasarkan putusan Majelis Tarjih dalam forum Muktamar tahun 1995 di Banda Aceh. Termasuk meliputi nada musik, menurut Buya Yunahar, dzatnya bisa jadi halal atau haram tergantung tujuan dan materi liriknya.
“Kalau nada itu mengantarkan orang kepada keimanan dan islam jadi semakin baik, maka nada itu menjadi halal. Tapi, jika nada itu dibawa untuk kemaksiatan, itu menjadi haram,” ujar Agus.
Agus mencontohkan lagu – lagu religi yang dinyanyikan oleh para musisi di Indonesia. Di mana dalam lirik lagu religi tersebut, terdapat lirik yang mengandung pesan dakwah bagi yang mendengarkan, seperti kerinduan kepada Rasulullah SAW, selalu ingat akan kematian yang kapanpun dapat menjemput, dan masih banyak lagi.
Mengutip hadis diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang berbunyi “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan”. Maka, keindahan tersebut dapat mengantarkan orang – orang itu semakin bagus keimanannya, seperti yang disampaikan lagu – lagu religi tersebut.
Seni dan budaya ini juga menjadi medium bagi Muhammadiyah untuk bisa mendekatkan diri dengan anak muda dan mengajaknya untuk ikut berpartisipasi dalam agenda persyarikatan. Agus menekankan Muhammadiyah itu harus juga diterima oleh anak – anak muda dan milenial. Oleh karena itu pada Muktamar ke – 48, Muhammadiyah berkolaborasi dengan Eross Chandra, gitaris grup band Sheila on 7 yang merupakan alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, untuk mengaransemen lagu “Derap Berkemajuan” yang liriknya ditulis oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si.
“Respon anak – anak muda yang mendengarkan lagu Muktamar 48 sangat positif dan bisa diterima oleh mereka. Seperti inilah cara Muhammadiyah supaya dekat dengan anak – anak muda dan generasi milenial,” ujar Agus.
Artinya, spirit Muktamar kali ini adalah untuk mengajak anak muda untuk ber-Muhammadiyah. Hal ini mengingat KH. Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah, murid – muridnya itu yang ikut bergabung masih sangat muda dan beberapa tahun kemudian KH. Mas Mansur menjadi Ketua Umum, usianya juga muda kala itu.
Maka, Agus menegaskan bahwa Muktamar 48 mengandung pesan, kembali mengajak anak – anak muda dan kaum milenial untuk bergabung dan berperan di persyarikatan Muhammadiyah. “Kita ingin mengakomodir generasi muda untuk Muktamar yang luar biasa ini,” tegasnya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow