Kajian Baitul Hikmah PDM Yogyakarta: Passion Itu Anugerah Allah
YOGYA – Jika ada orang yang berkhidmat dan bermahabbah kepada Allah, maka akan diberi hadiah oleh Allah. Hadiahnya tidak dapat dirinci, tetap tidak dapat dihalangi oleh siapapun.
Pemberian Allah kepada hamba-Nya pasti terjadi. Tidak ada yang dapat mengubah, karena sudah merupakan hukum yang berjalan dan janji Allah pasti tepat.
“Tinggal bagaimana kita mau menangkapnya atau tidak. Tergantung pada kemauan kita sendiri,” kata Ustadz Dr. H.M. Damami Zein, M.Ag. dalam Kajian Baitul Hikmah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, Ahad (9/1).
Kajian tersebut membahas Kitab Al Hikam karya Ibnu Atho’illah As-Sakandari, mengambil tema “Anugerah Allah kepada Hamba yang Dipilih-Nya Mesti Berlaku”.
Ustadz Damami yang juga Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu mengutip Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 20, bahwa Allah siap membantu kaum-kaum yang berkhidmat maupun bermahabbah kepada-Nya dan tidak ada satupun yang mampu menghalangi. Anugerah Allah tersebut pasti terjadi kepada hamba yang dipilih.
Damami Zein menjelaskan dua sikap manusia kepada Allah. Pertama, golongan pengabdi, yang berarti sikapnya masih sebatas mengabdi kepada-Nya. Kedua, golongan pencinta, tingkatnya lebih tinggi dari pengabdi. Namun kedua golongan tersebut sama-sama akan mendapatkan bantuan berupa anugerah Allah yang tak pernah terhalangi.
“Keduanya diberi rasa gembira, semuanya diberikan anugerah. Tidak hanya yang levelnya tinggi, golongan rendah juga sama,” jelasnya.
Bagaimana pembagian golongan pengabdi dan pencinta? Menurut Damami, keterpanggilan menjadi kunci untuk mengetahui seseorang masuk golongan mana. Keterpanggilan atau rasa hati terpanggil bersifat personal, sehingga berbeda tiap orang, tidak bisa dipukul rata.
Keterpanggilan berbeda dengan ketertarikan. Ketertarikan berasal dari proses tanggapan terhadap objek atau sasaran yang membuat seseorang terfokus pada objek di luar diri. Keterpanggilan berasal dari dalam diri yang ingin diimplementasikan keluar diri.
Muatan keterpanggilan ada banyak macamnya. Dalam konteks bertuhan, dibagi dalam dua golongan besar: bersifat jasmaniah dan ruhaniah.
Dalam praktiknya, setiap orang memiliki “ruh” keterpanggilan hidup atau passion. Bila sudah ditemukan perlu dipelihara dan disuburkan. Hal ini sangat penting untuk menentukan arah kehidupan di esok hari.
Sebagai contoh, ketika anak menemukan passionnya dalam bidang tertentu, orangtua harus mendukung dan mengarahkan, tidak boleh menghalangi atau malah memaksa melakukan hal lain. Hal itu akan mematikan passion yang merupakan anugerah atau hadiah dari Allah.
Tidak hanya itu, dalam menentukan pekerjaan utama atau saat menjalani proses pekerjaan, bingkai keterpanggilan hidup menjadi teman atau pembimbingnya. Ini akan memudahkan proses dan orang yang merasa terpanggil jadi gembira serta ringan dalam pekerjaannya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow