Di Balik Politik, Sapardiyono Prihatin Muhammadiyah Jadi Penonton di Pilpres
SLEMAN - Sejak didirikan pada 18 November 1912, Muhammadiyah telah menjalankan peran politik kebangsaan yang luar biasa, terutama ketika terlibat dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Muhammadiyah sejak dulu mempunyai peran yang luar biasa terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara ini untuk memikirkan negara kita kedepan seperti apa dan sebagainya,” ucap Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) D.I. Yogyakarta, Dr. Sapardiyono, S.Hut., M.H. dalam Launching Program Di Balik Politik Pemuda Muhammadiyah DIY, Ahad (14/1).
Dalam perjalanannya, banyak sekali tokoh Muhammadiyah yang terlibat dan memiliki andil dalam membentuk Negara Indonesia. Seperti, kita mengenal Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Abdul Kahar Muzakkar yang berdiskusi dengan hebat di BPUPKI dan PPKI tentang bagaimana negara akan dibangun dan juga merumuskan Pancasila sebagai dasarnya negara.
Lalu, ada K.H. Mas Mansyur, Ketua Umum PP Muhammadiyah 1937-1942 yang dikenal sebagai bagian dari Empat Serangkai, sejajar dengan Soekarno, Moh. Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Serta masih banyak lagi kiprah tokoh Muhammadiyah lainnya di dunia politik.
Namun, seiring berjalannya waktu Muhammadiyah mengalami sedikit kemunduran di bidang politik dan fakta ini harus diakui. Contoh paling nyata, terkait pemilihan Presiden dan Wakil Presiden saat ini, tak ada satupun keenam calon yang lahir dari rahim Muhammadiyah.
Menurut Sapardiyono, situasi ini memprihatinkan. Karena setiap saat mereka memenuhi ruang publik untuk bicara tentang masa depan bangsa ini, di saat yang sama Muhammadiyah tidak ikut serta membicarakan itu dan malah menjadi penonton.
Lebih memprihatinkan lagi kalau kemudian persyarikatan seolah menjadi pemandu sorak dan bertepuk tangan kalau capres dan cawapres dari non-Muhammadiyah berbicara tentang bangsa dan negara.
"Padahal dulu kita itu merumuskan Pancasila. Bahkan, Muhammadiyah sejak dulu mempunyai peran yang luar biasa terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara ini untuk memikirkan negara kita," imbuh Sapardiyono.
Maka dari itu, di periode ini sedikit demi sedikit peran Muhammadiyah dalam politik harus mulai dibangun kembali. Oleh karenanya, Sapardiyono mengapresiasi usaha dari PWPM DIY ini untuk mengadakan Program Di Balik Politik.
"Mudah-mudahan ini menjadi trigger entry point kita ke depan untuk kembali tampil menjadi kader-kader bangsa yang diperhitungkan kembali di level nasional dan seterusnya," harapnya.
Lewat Di Balik Politik, Sapardiyono juga optimis kader-kader muda Muhammadiyah bisa menjadi orang inti dalam kontestasi Pemilu dan juga Pilpres, beberapa tahun ke depan
"Anak muda semuanya. Mudah-mudahan 5, 10, dan 15 tahun yang akan datang, adik-adik tidak hanya menjadi pendukung dari pasangan-pasangan calon itu. Tapi, menjadi orang-orang inti atau bahkan duduk di antara mereka untuk berbicara tentang bangsa dan negara ke depan," tegasnya. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow