Merawat Kesantunan dalam Sensitifitas Ummat
SLEMAN — Perkembangan ilmu pengetehuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Berikutnya pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran.
Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang. Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet.
Sekarang ini masuk pada revolusi industri keempat (4.0) ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Dengan adanya kemudahan seolah-olah membuat dunia tanpa sekat, termasuk dalam arus informasi beredar dengan cepat ke seluruh pelosok dunia.
Menyebarnya informasi yang tidak terbatas membuat ummat sensitif dan seringkali melakukan hal-hal yang menyebabkan hilangnya kesantunan ummat. Dari dasar itulah Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman dalam pengajian ramadhan PDM Sleman mengambil tema “Merawat Kesantuanan dalam Sensitifitas pada 27 Mei 2018 bertempat di Rumah Dinas Bupati Sleman.
Hadir sebagai pembicara Drs. Hajriyanto Y. Thohari, M.A dan Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy. Hajriyanto dalam kesempatan ini menjelaskan urgensi pastisipasi aktif Muhammadiyah dalam penyelenggaraan Negara.
Beliau menjelaskan bahwa secara historis banyak aktivis Muhammadiyah menjadi bagian dari Indonesia. Sebut saja Ki Bagus Hadikusumo, Haji Juanda, Jendral Sudirman, Kasman Singodimejo, dan lain-lain. Peran mereka sangat besar dalam pembangunan negara ini, oleh karenanya kita sebagai generasi dan kader Muhammadiyah punya kewajiban historis untuk mengikuti mengikuti mereka untuk mengambil peran terhadap Bangsa.
Sementara itu Dr. Ma’mun menjelaskan tentang kesadaran politik dan kesantunan ummat perlu dimunculkan dalam situasi seperti ini.
Ia menjelaskan kesantunan ini perlu dijaga dan dirawat bersama sebagi wujud komitmen Muhammadiyah dalam menjunjung prinsip Darul Ahdi wa Syahadah.
Dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari PDM, PDA, PCM, PCA, PCM/PCA, dan seluruh ORTOM, kegiatan ini berjalan lancar dan sukses. Pesan terakhir yang di sampaikan Hajriyanto Y Thohari adalah, ketika kita tidak bergerak maka jangan salahkan ketika ungkapan Becik Ketitik Olo Ketoro berubah menjadi Becik Ketampik Olo Ketompo (Kebenaran akan di tolak, dan keburukan akan diterima). []Zal
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow