Ternyata Inilah 3 Hipotesis Umat Islam Tertinggal di Sains dan Teknologi
SLEMAN - Umat Islam pernah menguasai sains dan teknologi. Tapi, hari ini umat Islam tertinggal.
Fakta ini diungkapkan Dr. Dyah Titis Kusuma Wardani, S.E., MIDEC., Ph.D dalam Studium Generale Madrasah Mubaligh Progresif Muhammadiyah (MMPM) pada Kamis (23/5) di Gedung Siti Walidah Lt.4 UNISA Yogyakarta.
Studium Generale ini diselenggarakan dalam rangkaian acara pembukaan MMPM 2024 yang diselenggarakan oleh Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta.
Studium Generale MMPM 2024 dipandu oleh Zaim Hanif, Kabid TKK PK IMM FEB UMY selaku moderator. Mengusung tema, “Aksentuasi Nalar Islam Progresif”, Studium Generale MMPM 2024 menyoroti pentingnya integrasi Islam – Ilmu Pengetahuan dan Islam dalam menyelesaikan problematika masyarakat modern.
Dyah Titis Kusuma Wardani dalam sesi penyampaian materinya menguraikan masalah ketertinggalan umat Islam dalam bidang sains dan teknologi hari ini. Hal itu bisa dilihat dari sumbangsih dunia Islam hari ini sangat kecil dalam inovasi saintifik.
Saat ini, negara – negara barat lebih mendominasi dalam memberikan sumbangsih pemikiran, inovasi, dan pembaharuan saintifik. Pada titik ini, integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan menjadi sangat penting dalam dunia Islam modern.
“Sekitar abad kedelapan dan ketigabelas negara Islam berada dalam garda terdepan penguasaan sains dan teknologi dengan banyak melahirkan temuan – temuan. Akan tetapi, hari ini dunia Islam semakin tertinggal dibidang sains dan teknologi dari negara – negara barat.
Oleh karena itu, integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan harus menjadi perhatian serius agar kita mampu mewujudkan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alaamiin,” ujar peneliti senior di CISIC (Center For Integrative Science and Islamic Civilization) UMY itu.
Dyah juga memaparkan tiga hipotesis ketertinggalan sains dan teknologi umat Islam berdasarkan beberapa pendapat ahli. Pertama, kemunduran umat Islam berawal dari dominannya kekuatan politik ulama dan pergeseran perhatian yang ekstrim, dari sains dan teknologi ke persoalan-persoalan agama.
Kedua, kemunduran umat Islam berawal dari penghancuran infrastruktur dan kelembagaan oleh Pasukan Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan.
Ketiga, kemunduran umat Islam berawal dari perkembangan eksternal, berupa kemajuan sains dan teknologi di Barat pada abad XVI sampai XVIII. Umat Islam mulai terjebak dalam ketergantungan impor output saintifik dari Barat. Ketergantungan ini kemudian menjadi semakin parah seiring dengan kolonialisme Barat di dunia Islam.
Selanjutnya, Dyah juga memaparkan beberapa tantangan yang dihadapi oleh Umat Islam dalam mengejar ketertinggalan ini. Tantangan itu bisa dilihat dari kesalahpahaman antara agama dan sains, kurangnya komunikasi antara ilmuwan dan cendekiawan agama, tantangan dalam menerapkan prinsip – prinsip Islam pada masalah ilmiah, dan tantangan penggunaan sains untuk tujuan tidak etis. (*)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow