Talkshow PP IPM dan LPPA PPA: Dunia Digital Ibarat Seekor Kuda
YOGYA – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) bersama Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) PP ‘Aisyiyah mengadakan talkshow “Literasi Digital: Pelajar Cerdas Digital untuk Indonesia Berkemajuan”, Sabtu (9/10). Kegiatan ini bekerja sama dengan Kementrtian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI.
Lebih dari 700 peserta mengikuti kegiatan lewat ruang teleconference dan siaran langsung melalui kanal YouTube ini. Kegiatan terbagi menjadi dua sesi: Pertama, talkshow Literasi Digital, dan Kedua, seminar dan diskusi.
Diawali sambutan Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan PP IPM, Riandy Prawita. Ia menyatakan rasa syukurnya dapat bekerja sama dengan LPPA PP ‘Aisyiyah. “Dunia hari ini mengalami krisis karena pandemi Covid-19, kita tidak boleh takut dan terus berinovasi,” katanya.
Melalui tayangan video, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., menuturkan bahwa literasi digital merupakan kemampuan paling krusial dalam menghadapi situasi covid saat ini. Ia berharap, program ini tidak hanya menjadikan masyarakat Indonesia mengenal teknologi, juga mampu mencapai tingkat intelektual yang baik.
Sambutan terakhir disampaikan Presiden RI, Joko Widodo, melalui tayangan video. Ia memaparkan besarnya tantangan di ruang digital dengan maraknya kejahatan cyber, konten negatif, berita hoax, dan lainnya. “Literasi digital adalah kerja berat, pemerintah tidak bisa sendirian. Ini membutuhkan dukungan seluruh elemen bangsa sehingga makin banyak masyarakat yang melek digital,” katanya.
Kegiatan diteruskan dengan talkshow yang menghadirkan dua narasumber, yaitu Fahd Pahdepie dan Prof. Dr. Alimatul Qibtyah, Ph.D. Masing-masing akrab dikenal sebagai influencer di kalangan generasi muda dan perempuan intelek progresif. Penuturan keduanya dapat diikuti oleh berbagai kalangan secara inklusif, karena panitia menyediakan juru bahasa isyarat.
Prof. Alim menggambarkan ruang digital dengan ilustrasi menarik, “Kalau dilihat dari kecepatannya, dunia digital ibarat seekor kuda. Yang mana kuda itu larinya sangat kencang dan kita nggak mungkin lari menyaingi kuda.”
Teknologi, katanya, harus dikendarai agar bisa ditentukan arahnya. Ia juga menyebut ruang digital seperti pisau yang dapat digunakan demi hal manfaat, tapi tidak menutup fakta bahwa juga bisa dipakai untuk melukai sesama.
Sedangkan Fahd yang merupakan CEO Inilah.com melihat perkembangan dunia digital yang luar biasa dan menilai bahwa Covid-19 memiliki peran sangat besar mempercepat hal itu. Kondisi ini bagi sebagian orang memang tidak nyaman, bahkan sempat mengagetkan. “Namun, setiap perubahan membuat kita bereksperimen pada kondisi baru. Kita jadi tahu ada hal baru yang mesti kita coba,” katanya.
Kedua narasumber berpendapat bahwa perkembangan teknologi punya kebermanfaatan begitu luas. Narasumber pertama yang merupakan lulusan Monash University menyampaikan bahwa dunia digital membuka banyak ruang bagi generasi muda untuk menjadi produktif. Dicontohkannya dengan anaknya yang sudah bisa menghasilkan uang lewat berkreasi di ruang digital.
Namun Fahd juga mengakui bahwa ada hal-hal negatif dalam dunia digital. Salah satu yang disorotinya adalah maraknya tindakan plagiarisme. Tidak hanya itu, Prof. Alim yang merupakan Komisioner Komnas Perempuan pun menyatakan bahwa dunia digital juga menjadi lahan yang digunakan sebagian orang untuk melakukan kekerasan gender.
Ia berpesan pada para pelajar yang hadir di hari itu, “Jadilah pelajar yang hidup di dunia digital dengan memiliki kebaikan dalam beretika serta mempunyai keterampilan yang memadai.”
Begitu pula, Fahd mengingatkan bahwa hari ini tidak ada ruang gelap di internet, semua hal bisa terlihat. Sehingga penting untuk tetap menyadari eksistensi diri di ruang digital. (*)
Wartawan: Ahimsa W Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow