DPD IMM DIY Soroti Fenomena Gender dan “Biren” dalam Musywil XII ‘Aisyiyah

DPD IMM DIY Soroti Fenomena Gender dan “Biren” dalam Musywil XII ‘Aisyiyah

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN – Musyawarah Wilayah (Musywil) XII ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta telah ditutup pada hari Ahad (19/2) dan menetapkan Widiastuti, S.Ag., M.M. sebagai ketua dan Jamilatus Saudah, S.P. sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) D.I. Yogyakarta masa bakti 2022-2027. Selain menetapkan ketua dan sekretaris, ditetapkan juga beberapa nama formatur untuk menyusun struktur kepemimpinan sekaligus program kerja PWA DIY lima tahun mendatang.

Sebagai salah satu organisasi otonom, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta juga turut terlibat dalam proses musyawarah. Pada sidang Musywil ‘Aisyiyah ini, DPD IMM DIY mengutus Laili Isna Fatkhurrahmah selaku Sekretaris Bidang Immawati dan Yeyen Febrilia selaku Sekretaris Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Dalam kesempatan penyampaian laporan ortom dan tanggapan serta saran kepada kinerja PWA, Laili Isna memaparkan tentang progres Pusat Studi Mernissi IMM DIY yang telah melangsungkan agenda Mernissi Bootcamp beberapa waktu lalu.

Didirikannya Pusat Studi Mernissi IMM DIY, terang Isna, adalah ikhtiar IMM untuk melahirkan kesadaran kader guna melakukan berbagai upaya demi tercapainya keadilan gender di berbagai ranah baik di ranah keluarga, masyarakat, kebangsaan, utamanya di tubuh IMM sendiri. Salah satu bentuk program lanjutan dari Mernissi Bootcamp demi mencapai tujuan itu adalah dengan membentuk focal point yang berfokus pada pendampingan kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual.

“IMM mengharapkan dukungan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY dalam melancarkan agenda-agenda keperempuanan dan pendampingan terhadap kasus-kasus kekerasan seksual di Yogyakarta,” kata Isna.

Lebih lanjut, Isna juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi sorotan IMM DIY. Dua hal di antaranya yakni fenomena gender dan fenomena biren ‘rabi leren’, yakni hilangnya kemauan kader untuk melanjutkan pengabdian dan perjuangan setelah dirinya menikah. Menurut Isna, fenomena biren adalah bentuk kegagalan kader Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

“Fenomena biren adalah bentuk kegagalan kader Muhammadiyah dalam memahami serta menginterpretasikan tauhid dan perjuangan Muhammadiyah, terutama ‘Aisyiyah, sebagai wadah kader-kader muda perempuan untuk melangsungkan perjuangan dakwah Persyarikatan. Fenomena ini harus menjadi perhatian ‘Aisyiyah utamanya untuk memastikan regenerasi kepemimpinan ‘Aisyiyah di masa yang akan datang,” tegas Isna. (*)

 Materi berita ini diterima Mediamu.id dari DPD IMM D.I. Yogyakarta

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Mediamu Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow