SAMARA antara Muhammadiyah, Kader, dan Jodoh
YOGYAKARTA — Pernikahan adalah salah satu hal yang terpenting dalam agama Islam, sebab pernikahan merupakan ibadah yang terlama diantara ibadah lainnya, yakni seumur hidup. Pernikahan juga menjadi pintu untuk membangun keluarga, dan keluarga menjadi bagian terpenting dalam membangun masyarakat Islam, dimana keturunan baru dilahirkan, lalu dibesarkan dan dididik, serta seterusnya membentuk generasi.
Islam sangat concern dalam membangun keluarga yang baik. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam pun sama, sangat fokus untuk membangun keluarga baik yang disebut dengan keluarga sakinah, dimulai dari perjodohan atau pernikahannya. Di lapangan, tepatnya di tengah-tengah lingkup persyarikatan, banyak sekali anak-anak muda Muhammadiyah yang kesulitan untuk mendapatkan jodoh. Berangkat dari masalah itu, Majelis Pelayanan Sosial bersama dengan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) dan Pimpinan Wilayah Nasyiatul ‘Aisyiyah (PWNA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berinisiatif untuk membentuk suatu biro jodoh, yang kemudian dinamai Biro Jodoh SAMARA.
Demikian tadi pengantar yang disampaikan oleh Ketua MPS PWM DIY, Ridwan Furqoni, selaku narasumber dalam Kajian Malam Sabtu, bertemakan: “Perjodohan Muhammadiyah itu Mudah”, Jumat (5/8), di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah DIY. Adapun, Kajian Malam Sabtu merupakan kegiatan rutin dari Angkatan Muda Muhammadiyah DIY, dengan topik atau bahasan yang aktual terkait keislaman dan kemuhammadiyahan, sepekan sekali tiap hari Jumat.
Lanjut Ridwan, Biro Jodoh SAMARA bentukan MPS, PWPM, dan PWNA DIY pada awalnya, bertujuan untuk membantu teman-teman kader muda Muhammadiyah yang kesulitan mencari jodoh. Namun, seiring perkembangannya, layanan biro jodoh ini terbuka untuk masyarakat umum, tidak terbatas pada warga Muhammadiyah saja.
Biro Jodoh SAMARA berusaha untuk mempertemukan harapan calon laki-laki dan perempuan yang akan menikah. Dimulai dengan mengisi formulir yang tersedia online di situs pelayanansosial.com, lalu akan dipilihkan mana yang cocok, kriterianya apa yang cocok antara calon laki-laki dan perempuan. Apabila keduanya ada kecocokan, akan ditukarkan biodatanya. Bila sudah saling melihat, lalu ada ketertarikan untuk dilanjutkan, masuk ke tahap dua, yakni pertemuan, dimana ereka bisa saling bertemu untuk mengobrol atau semacamnya.
Setelah itu, mereka diberi waktu untuk berpikir, apakah mau lanjut atau tidak. Jika keduanya saling cocok dan ingin lanjut, beranjak ke tahap tiga, yaitu keduanya dipertemukan kembali bersama dengan wali keluarganya masing-masing calon, sama seperti sebelumnya, baik wali keluarga dengan calon mengobrol satu sama lain. Bila berhasil, mereka diberi kesempatan untuk berdiskusi terkait penentuan waktu akad nikah.
Diakui oleh Ridwan, proses pencarian jodoh ini mengalami banyak tantangan, “seperti ada yang sudah gugur di tahap biodata, gugur setelah pertemuan pertama, bahkan ada yang gugur setelah pertemuan keluarga. “ ungkapnya.
Terkait masalah kesiapan mental, ekonomi, dan lain-lain, Ridwan menilai, seseorang harus mandiri secara ekonomi dan kematangan mental sejak awal sebelum menikah. Dalam suatu kasus, terdapat beberapa orang yang antara usia biologis dan mentalnya tidak selalu linier, misalnya: seseorang yang berusia 20 tahun namun segi mental sudah matang dan ekonominya sudah mapan, dan satu orang lagi yang berusia 30 tahun akan tetapi mentalnya masih kekanak-kanakan.
“Pernikahan itu adalah suatu kebutuhan. Namun, perlu dipersiapkan sejak awal dari segi ekonomi, kematangan mental, dan segala aspek pendukung lainnya,” jelas Ridwan.
Lewat Biro Jodoh SAMARA, Ridwan berharap bisa membantu teman-teman semaksimal mungkin dalam mencari jodoh untuk membentuk keluarga sakinah. Semakin banyak yang dijodohkan melalui biro ini, maka semakin senang pula pihak biro bisa bermanfaat dalam membantu orang beribadah untuk menyempurnakan agamanya.
Selain mencarikan jodoh, SAMARA juga menyediakan layanan pendampingan keilmuan, lewat Kajian SAMARA. Kajian dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom, setiap Kamis malam dua kali sebulan dan topiknya beragam, mulai dari seputar perjodohan, keluarga, mengasuh anak, dan topik-topik lainnya yang terkait.
“Alhamdulillah, peserta kajian bisa mencapai angka rata-rata 80-an, bahkan pernah di atas 100 dan paling sedikit 50 peserta. Tergantung topik dan pembicaranya, rata-rata jumlah peserta bisa berubah,” ujar Ridwan. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow