Rembug Gayeng PWPM DIY: Unggahan di Medsos Jangan Hanya Cari Viral
YOGYA – Dunia digital sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sayangnya, intensitas interaksi manusia yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan pemahaman tentang kompleksitas ruang digital. Mereka sering terjebak sebagai konsumen pasif.
Untuk mendorong hal tersebut, Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengadakan kegiatan Rembug Gayeng #7, Selasa (25/1). Tema yang dipilih adalah “Kader Muhammadiyah Jago Analisis Data Sosial Media: Best Practices – Tips & Trik Analisis Data dari Fanspage Facebook dan Instagram Bisnis”.
Narasumber yang dihadirkan adalah Ariful Amar, S.Pd., independent data analyst dan pendiri Adsea Indonesia. Ia mengawali materi dengan menegaskan, “Data adalah emas.” Itulah yang dilakukan perusahaan seperti Google dan Facebook dengan memanfaatkan data orang-orang di internet untuk diperjualbelikan.
Dengan data, seseorang mampu membangun sebuah kesimpulan yang dapat menghasilkan sebuah kebijaksanaan. “Muhammadiyah cukup punya banyak PR, supaya bisa membuat medsos lebih humanis, punya nilai edukasi, tidak hanya untuk viral,” tegasnya.
Ariful lebih banyak memfokuskan pada analisis media sosial instagram, yang menurutnya, lebih diakrabi anak muda di bawah umur 40 tahun. Terdapat beberapa langkah untuk dapat memulai menganalisis instagram.
Pertama, silakan menggunakan business profile. Tidak semua akun dapat melihat analisis data instagram. Hanya akun dengan status business profile yang dapat melakukan. Jadi, perlu mengatur akun terlebih dahulu melalui fitur settings untuk mengubah menjadi business profile.
Kedua, silakan membuka fitur insights dan melihat analisis data perkembangan akun instagram sesuai periode yang diperlukan. Pada pengaturan awal, biasanya yang ditampilkan adalah tujuh hari ke belakang.
Profile visit menunjukkan jumlah orang yang mengunjungi akun kita. Website taps adalah jumlah orang yang meng-klik link website yang ditampilkan di profil kita. Impression menunjukkan tingkat kesan yang dibangun akun kita.
Ketiga, mempelajari hasil capaian dari konten yang pernah dibuat. Selama ini mungkin bikin konten berdasarkan feeling atau intuisi, itu tidak menjamin efektivitas. Seseorang bisa melihat konten-konten model seperti apa yang biasa diminati para followers.
Untuk memudahkan analisis, bisa dengan membuat kategori konten. Misalnya akun bisnis berjualan mungkin memiliki functional content (berisi informasi produk dan harga), emotional content (berisi kutipan atau kata-kata inspiratif), educative content (berisi infografis atau informasi penting), atau agile content (berisi ucapan hari-hari besar).
Dengan pembagian kategori, penjual dapat menganalisis bentuk konten seperti apa yang paling diminati para followers. Juga diunggah pada saat apa, hari apa, pukul berapa.
Keempat, memahami data followers juga menjadi hal penting. Jangan sampai terpaku memiliki jumlah followers banyak karena tidak menjamin apapun. Ariful mengingatkan, “Jangan didongkrak dengan cara-cara instan.” Setiap akun memiliki keunikan followers sendiri-sendiri.
Kelima, terus mengevaluasi performa tiap konten post maupun instagram story. Analisis data selalu menampilkan capaian konten yang ditampilkan. Misalnya pada post, kita dapat melihat jumlah likes, comments, serta orang yang menyimpan post tersebut. Pada story, kita juga dapat mengintip tingkat reach, impression, dan sebagainya.
Selain memahami cara menganalisis data instagram, seseorang juga perlu mempelajari tahap-tahap seorang pelanggan semakin tertarik pada akunnya.
- Brain Awareness. Seorang pelanggan berada pada tahap mengetahui adanya brand yang dimiliki pihak tertentu.
- Tahap selanjutnya adalah pelanggan mempertimbangkan untuk mem-follow atau tidak. Biasanya mereka akan mengunjungi profil untuk memutuskannya.
- Follow (Conversion Rate). Ketika pelanggan tersebut akhirnya memutuskan follow, maka datanya akan terbaca dan menjadi bagian dari analisis data followers Ia dapat melihat konten post dan story secara intensif.
- Selanjutnya bila ia rajin untuk melihat, menanggapi, menyukai konten-konten, bahkan sering berkunjung ke akun kita, dapat diartikan ia sudah menuju tahap selanjutnya yaitu loyalitas. Ini adalah tahap paling krusial bagi sebuah akun, bagaimana mereka bisa mempertahankan loyalitas pelanggan tersebut.
Ariful menegaskan bahwa yang paling penting sebagai pengelola media sosial adalah sensitivitas. Karena feeling dan insting bukan modal yang cukup untuk memahami pasar digital.
“Bagai berjalan di tengah gelap tanpa bawa senter. Ya, gelap, nabrak-nabrak,” katanya menggambarkan pengelola media tanpa paham cara menganalisisnya. (*)
Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow