Refreshing Ideologi Jilid Dua Inspirasi Mental Spiritual Menuju Kejayaan Muallimin

Refreshing Ideologi Jilid Dua Inspirasi Mental Spiritual Menuju Kejayaan Muallimin

Smallest Font
Largest Font

Setelah sukses menggelar kegiatan peneguhan kompetensi ke-Islaman dan ke-Muhammadiyahan bagi para guru, kembali digelar acara serupa jilid 2. Acara yang bertempat di komplek asrama terbaru-hasil kemitraan antara Mu’allimin dengan kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu diikuti oleh seluruh karyawan dengan pemateri yang tidak kalah inspiratifnya dengan Refreshing Ideologi Jilid 1. Para tokoh intelektual Muhammadiyah yang tampil secara marathon dalam dua hari, Kamis-Jumat (18-19/1/18) itu adalah Drs HM Alfian Darmawan, Drs HA Dahlan Rais MHum, Drs H Mukhsin Haryanto MAg, Dr H Abdul Mu’ti MEd, dan Dr H Khoiruddin Bashori MPsi.

Advertisement
Scroll To Continue with Content
  1. Alfian Darmawan.

Politisi mantan anggota fraksi PPP dan salah satu tokoh yang berkontribusi besar terhadap berdirinya UMY tersebut, menyatakan bahwa  meskipun secara kelembagaan para pegawai madrasah tertua di Indonesia ini sudah relatif baik, namun secara substansial harus terus ditingkatkan secara konsisten karena tantangan ke depan yang dihadapi akan semakin kompleks dan berat.

Secara historis dan institusional,  Mu’allimin sangat berjasa karena berawal dari lembaga inilah muncul ide-ide dan tokoh tokoh yang merintis berdirinya UMY. Karya besar ini harus bisa disusul oleh karya-karya nyata dan besar selanjutnya.

Mu’allimin harus mampu menjadi tempat untuk menyemai kader-kader Muhammadiyah yang unggul dan Islami. Ke depan, Mu’allimin harus bisa menelurkan  kader-kader intelektual persyarikatan yang tangguh untuk menjadi pemimpin bangsa yang militan.

Mu’allimin harus mampu mengemban fungsi dan misi sbg wadah untuk mencetak khoiru ummah .

Sejarah Muhammadiyah dan Islam tidak lagi disangsikan sejak zaman penjajahan Belanda. Belanda yang bersifat manipulastik dan kapitalistik, musuhnya adalah Islam.

Islam itu intinya ada tiga; ibadah, muamalah, asiasyah (politik). Untuk melemahkan mereka cukuplah dibatasi dan tidak diberi kesempatan untuk memimpin (asiasyah). Untuk ibadah dan muamalah, jangan dilarang namun juga jangan dibantu.

Dan hingga dewasa inipun, baik sekolah atau rumah sakit pun, yang lebih maju adalah milik non Islam dibandingkan dengan milik umat Islam.

Dan ini menjadi tantangan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dan itu bisa dilakukan hanya dengan asiasyah (politik). Maka, semua stakeholder Mu’allimin harus memiliki kompetensi dan konsentrasi ke-Muhammadiyahan dan ke-Islaman yang baik.

Kategori orang Muhammadiyah: legal formal (punya NBM), struktural (jadi pengurus Muhammadiyah), muamalah (tidak punya NBM tapi amaliyahnya ala Muhammadiyah), kultural (tidak punya NBM, tidak pengurus tapi budayanya Muhammadiyah).

Jenis orang Muhammadiyah:

  1. Orang yang tidak cari hidup di Muhammadiyah, tapi berhikmat dan ikut membangun dan bekerja untuk kebesaran Muhammadiyah.
  2. Orang yang hidup di Muhammadiyah dan mau berjuang di Muhammadiyah.
  3. Orang yang hidup di Muhammadiyah, namun tidak peduli dengan Muhammadiyah.
  4. Orang yang cari hidup di Muhammadiyah, namun malah memusuhi Muhammadiyah.
  1. Dahlan Rais

Muhammadiyah itu berangkat dari sebuah pemikiran yang perlu direalisasikan dalam bentuk langkah nyata. Kyai Dahlan berpendapat bahwa yang penting bukanlah sekedar menghafal, tapi aplikasi atau pengalamannya. Visi atau ide2 cemerlang harus diikuti oleh aksi. Aksi tanpa visi, pasti tidak jelas. Dan ini ditentang dan menjadi kekuatan besar Muhammadiyah.

Muhammadiyah menjadi organisasi masyarakat besar karena memiliki 170 buah perguruan tinggi. Dan ini tidak mungkin ditemukan di ormas manapun.

Hidup warga Muhammadiyah berdasarkan pada tauhid. Kunci atau pilar utama Muhammadiyah itu

pencerahan umat, menggembirakan amal salih, bekerja dalam kebajikan, dan tidak berpolitik praktis.

Orang Muhammadiyah tidak terbiasa tidur siang. Karena mengacu pada dalil Qur’an, bahwa tidur siang ini tidak ada manfaatnya. Warga Muhammadiyah memiliki tipe suka bekerja keras. Meskipun, secara global kinerja kita masih relatif kalah jika dibandingkan dengan negara lain.

Pendidikan yang bermutu bagi Muhammadiyah dipandang sebagai salah satu faktor utama untuk mengadakan perubahan masyarakat ke arah kemajuan. Di Indonesia, pendidikan masyarakat yang semakin baik atau tinggi belum bisa seiring dengan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.

Itulah maka secara global, di negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam, berada di belakang. Dan ini merata terjadi di dunia Islam secara keseluruhan. Dunia muslim bukanlah pembuat, namun sebagai konsumen. Termasuk dalam proses ibadah haji, yg meraup keuntungan adalah bangsa nonmuslim, Cina.

Oleh karena itu, mestinya kita harus berpola pikir futuristik, berorientasi ke masa depan.

Namun, dari aspek akhlak, ternyata akhlak kita termasuk kedodoran jika dibandingkan dg akhlak warga negara lain. Hanya memang, dari segi seks saja kita yang masih lebih beretika. Mereka sdh terjerumus jauh ke lembah hitam.

Hal lain yang perlu ditekankan di sini adalah mengoptimalkan kreatifitas yang kita miliki utk berkarya lebih baik.

Ada tiga unsur yang perlu ada dalam konsep kreatif: kebaruan, solutif (pemecahan masalah), defergen (bersudut pandang banyak).

Syarat memajukan Mu’allimin; bangun dan himpun potensi kepemimpinan yang kuat, menjaga kekompakan semua komponen.

  1. Mukhsin Haryanto.

Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dakwah harus didesain untuk terus dinamis dalam perjuangannya menuju kemajuan. Dalam hal tersebut dakwah harus dilakukan secara bijak.

Warga  Muhammadiyah harus selalu berusaha paham  tentang tata cara dalam beribadah dan berbagai amalan dalam kehidupan sehari hari, baik ibadah yang bersifat khusus maupun ibadah umum. Pada prinsipnya, amalan dalam Islam tidak ada yang bersifat memberatkan umatnya. Meskipun terdapat tuntunan di beberapa kisah nabi, namun tidak bersifat kaku. Pada akhirnya dikembalikan kepada kemampuan masing-masing personal.

Di Muhammadiyah tidak dituntunkan untuk saling mendeskreditkan satu umat dengan umat lain, tidak boleh saling mengkafirkan, membid’ah-bid’ahkan, atau hal lain. Sebagai contoh konsep khilafah, bisa juga secara politis disalahartikan atau disalahtafsirkan, sehingga dalam aplikasinya bisa berimplikasi negatif dan merusak keharmonisan dalam pergaulan secara luas.

  1. Abdul Mu’ti.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah ini menyampaikan materi tentang peran ideologi Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa.

QS Al Maidah: 51 mengisyaratkan tentang landasan atau perintah  teologis untuk melakukan melakukan gerakan pengembangan dan kemajuan. Secara umum, semua gerakan di Muhammadiyah sesuai dengan amanah yang terkandung dalam Al Qur’an, termasuk dalam perspektif kenegaraan.

Konsep negara dalam Al Qur’an bisa dianalogikan sebagai: 1. Negeri yang penduduknya semua beriman kepada Allah dan berakhlakul karimah.

  1. Negeri yang tanahnya subur dan menghasilkan. Hasil dari ini adalah tercukupinya gizi bagi seluruh penduduknya.
  2. Negeri yang memiliki penduduk yang sehat fisik dan ilmunya.

Dari sini maka secara ideologis, bentuk negara itu sesuai dengan tuntunan Al Qur’an. Maka jika saat ini ada sekelompok orang anti negara, berarti langkah tersebut tidak sesuai dengan Qur’an.

Keberagaman yang ada dalam kenegaraan pun itu adalah sunatullah. Dan itu tertuang dalam kitab suci. Maka Islam dan Qur’an tidak alergi terhadap kebangsaan, perbedaan etnik, bahasa dan suku. Yang membedakan adalah ketaqwaannya. Dalam Al Qur’an pun tidak mementingkan nasab (keturunan). Nasib tidak bergantung pada nasab. Namun nasib kehidupan orang itu tergantung pada kasab (prestasi).

Dalam konteks kenegaraan, maka Muhammadiyah tidak alergi terhadap kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dan juga akan selalu taat pada aturan yang ada di negara tersebut. Dalam bergaul harus berbaur, tidak menjaga eksklusivisme personal. Bernegara berarti dalam rangka menegakkan perintah Al Qur’an. Perkara bentuknya, tak masalah, karena sudah bersinggungan langsung dengan aspek muamalah. NKRI bagi Muhammadiyah adalah bentuk yang paling ideal, karena di situlah Muhammadiyah bisa merealisasikan dan mengaplikasikan visi dan misinya.

Secara historis, dalam melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah, maka Muhammadiyah menerapkan prinsip sosial budaya dan pendidikan.

Pada dewasa ini pun Muhammadiyah berpandangan bahwa negara adalah wadah untuk mengemban misi dan visi sesuai Al Qur’an.

Peran Muhammadiyah:

  1. Peran politik. Muhammadiyah memang bukan parpol, namun warga yang berpolitik diperbolehkan. Dan politik itu merupakan lahan utk berdakwah.
  2. Peran birokrasi. Dalam konteks ini maka jika ada kader yang nyagub, nyabub, dan seterusnya akan didukung.
  3. Peran lobying. Ini bisa ditempuh dengan membangun jaringan secara luas.

Pada intinya,Muhammadiyah tidak alergi dalam berpolitik. Dan negara Pancasila merupakan wahana untuk berdakwah.

  1. Khoiruddin Bashori.

Sesi yang menerapkan model diskusi kelompok ini menghasilkan hal-hal yang terkait dengan:

  1. Hal-hal yang tidak boleh berubah di madrasah memasuki abad ke-2:
  2. Sejarah/ciri khas sebagai sekolah kader.
  3. Sekolah 6 tahun.
  4. Visi dan misi.
  5. Sistem boarding.
  6. Logo madrasah.
  7. Hal-hal yang harus diubah atau ada perubahan:
  8. Kompetensi sesuai zaman.
  9. Sistem pengelolaan (SDM, administrasi, dll.).
  10. Sistem pendidikan.
  11. Gedungnya.
  12. Libur sekolah hari Ahad.
  13. Lokasi kantor para staf.
  14. Kompetensi/keterampilan berbahasa dan baca Qur’an.
  15. Pola kepondokan dan manajemen asrama.

Menurutnya, perubahan sistem yang terjadi harus mempunyai indikator di antaranya:

  1. Faster (lebih cepat).
  2. Better (lebih baik).
  3. Cheaper (lebih murah).
  4. More simple(lebih simpel, sederhana).

Apabila perubahan yang terjadi tidak memiliki ciri-ciri tersebut, maka perubahan yang dilakukan perlu ditinjau ulang.

Secara khusus, sebagai lembaga pendidikan atau sekolah kader yang bercirikan boarding school, maka semua warga madrasah pada dasarnya adalah sebagai guru atau pendidik bagi semua santri. Semua komponen madrasah memiliki tanggung jawab yang sama meskipun dengan porsi yang berbeda dalam perspektif transfer karakter kepada siswa. (Humas News)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow