Pusat Layanan Lansia Terpadu, Amal Usaha Baru MPS PWM DIY

Pusat Layanan Lansia Terpadu, Amal Usaha Baru MPS PWM DIY

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), khususnya di Kabupaten Bantul, termasuk paling tinggi di Indonesia. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia (LKSLU) mendapat amanah untuk bertanggung jawab terkait hal itu melalui amal usaha Pusat Layanan Lansia Terpadu Muhammadiyah DIY.

Salah satu programnya adalah Pelatihan Pendamping Lansia (Senior Care Giver Training) di Gedung Tabligh Institute Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kasihan, Bantul, Sabtu (25/12).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Bertema “Lansia Mandiri, Sejahtera, dan Bahagia”, kegiatan ini didukung Lazismu PWM DIY dan Pusat Studi Dinamika Sosial Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Kegiatan dihadiri sekitar 20 peserta yang merupakan perwakilan beberapa organisasi otonom (ortom) dari pimpinan-pimpinan daerah se-DIY, termasuk mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.

Pada sesi pembukaan, Dwi Bagus Irawan, Ketua LKSLU Pusat Lansia Terpadu Muhammadiyah, menjelaskan bahwa lembaga ini baru saja didirikan PWM DIY dan diberi naungan di bawah Majelis Pelayanan Sosial (MPS).

Spirit pusat layanan untuk lansia didorong kesadaran kondisi masyarakat bahwa yatim bukan terbatas secara biologis, juga yatim sosial. Salah satunya adalah fenomena maraknya lansia yang telantar. Kegiatan ini akan terus berlanjut agar terdapat pelatihan lebih spesifik dan profesional.

MPS PWM DIY melalui Sekretaris Majelis, Dani Kurniawan, A.Md., S.Kom.I., mengatakan, lansia atau orang yang lebih tua kalau di Muhammadiyah disebut senior. “Oleh karenanya, program ini juga disebut Muhammadiyah Senior Care,” jelasnya.

Diksi “senior” dipertimbangkan untuk lebih menghargai sebagai orang yang sudah memiliki banyak pengalaman. Apalagi saat ini, istilah “lansia” umumnya dianggap lemah dan butuh bantuan, padahal sebenarnya masih bisa produktif dan punya gairah aktif.

Sering kali, keluarga orang lansia sekadar menyuruh diam saja, hanya istirahat dan makan. “Ternyata itu persepsi tidak tepat, malah membatasi,” ungkap Dani. Persepsi tersebut perlu ditata ulang. Lansia mestinya mendapat pendampingan dan didorong untuk sehat, dan sejahtera sesuai keinginannya.

Sambutan terakhir dari Dr. Abdul Ghofar, M.Si., Wakil Ketua PWM DIY yang membidangi MPS. Senada dengan penuturan Dani, ia menunjukkan bahwa mindset masyarakat bahwa lansia tidak bisa apa-apa memang keliru.

Abdul yang mengaku sudah tergolong lansia berbagi cerita pengalamannya. “Saya sudah harusnya pensiun, tapi nggak mau pensiun,” terang laki-laki berusia hampir 67 tahun itu. Pada akhir paparannya, ia membuka kegiatan ini secara resmi.

Kegiatan berlangsung dari pagi hingga sore hari dengan menghadirkan tiga narasumber. Kupasan materinya tertuang dalam berita terpisah.

Para narasumber adalah Muhammad Rifa’at Adiakarti Farid, S.Sos., M.A. (Ketua Divisi Pelayanan Lansia MPS PWM DIY), Solikhah, SKM, M.Kes. Dr.PH. (Sekretaris Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY), serta Rochana Ruliyandari, S.E., M.Kes. (Ketua Pusat Studi Dinamika Sosial UAD).

Kepada mediamu.com, Ridwan Furqoni, M.P.I., Ketua MPS PWM DIY, menginformasikan bahwa program ini merupakan rangkaian program jangka panjang dengan dua tujuan, yakni membangun kepeduliaan terhadap lansia dan meningkatkan skill untuk mendampingi lansia. 

“Kalau peduli tapi nggak punya skill kan susah, punya skill tapi nggak peduli ya gimana,” jelasnya.

Upaya ini baru dimulai sejak 2018 dan akan terus didorong. Hadirnya Pusat Layanan Lansia Terpadu harapannya dapat memfasilitasi para lansia, lebih-lebih memberikan solusi atas kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. (*)

Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow