Wakil Ketua PWM DIY: Pasutri Aktivis harus Saling Mengisi

Wakil Ketua PWM DIY: Pasutri Aktivis harus Saling Mengisi

Smallest Font
Largest Font

SLEMAN – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Iwan Setiawan, S.Pd.I., M.S.I. menyebutkan jika Jogja ini istimewa. Selain karena angkringan, budaya, banyaknya lembaga pendidikan, dan lain sebagainya, tentunya juga karena Muhammadiyah, mengingat sebagai tempat lahir dan pusat gerakan dakwah membuat siapapun ingin dikader di Jogja.

Hal itu disampaikan dalam Amanatnya pada Pembukaan Musyawarah Wilayah (Musywil) Nasyiatul ‘Aisyiyah DIY, hari Sabtu (11/3), di Auditorium Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya, Jalan Kaliurang Km 12,5 Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Jogja ini sesuatu yang istimewa, kalau kita lihat semua kader yang ada di Indonesia tentu banyak yang ingin dikader di Jogja ini,” tutur Iwan.

Sehingga, ketika berbicara terkait kader, tidak perlu memikirkan bahwa ketua umum Ortom itu haruslah orang Jogja. Sebab, banyak sekali Ketua Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah berasal dari luar Jogja.

“Dengan fakta itu, bisa dibilang kalau Jogja ini adalah melting pot,” imbuhnya.

Pada kesempatan ini juga, Iwan menyampaikan dua hal pokok PWM DIY dari hasil Musywil XIII pada Februari lalu, yang menjadi bagian dari program kerja secara keseluruhan.

Pertama, menumbuhkan pusat – pusat keunggulan yang ada di DIY ini. Baik itu berkaitan dengan Amal Usaha Muhammadiyah atau juga di luar itu. Artinya, sekolah, rumah sakit, dan amal usaha ekonomi menjadi pusat keunggulan.

“Terutama sekolah, untuk SD/MI insyaallah unggul, begitu juga dengan Universitas dan Perguruan Tinggi tidak kalah dengan swasta yang lain. Selanjutnya, semoga SMP/MTs, SMA, SMK, dan MA kita juga bisa menjadi pusat keunggulan,” ujar Iwan.

Kedua, PWM DIY mencoba agar Muhammadiyah ini bisa menghasilkan suatu yang dinamakan “sekoci – sekoci” perkaderan di persyarikatan. Maksud dari sekoci itu, sebenarnya banyak kader ortom punya kemampuan yang sejauh dipandang bisa didistribusikan di dalam banyak hal. Kalau Buya Syafii Maarif menyampaikan, ada yang menjadi kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa.

“Kita mau jadi apapun juga, hati kita ini adalah hatinya orang Muhammadiyah dan dimanapun kita ditempatkan, hati kita ada di dalam Muhammadiyah,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY periode 2014-2018 ini.

Kemudian, bicara tentang perempuan berdaya untuk DIY yang berkemajuan yang menjadi tema Musywil NA DIY tahun 2023 ini, Iwan mengutip potongan Surat An-Nisa ayat 34, yang berbunyi sebagai berikut:

اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri)

Bila ditafsirkan di masa sekarang, bisa dikatakan jika Laki – laki itu adalah penanggung jawab bagi perempuan. Mengingat dalam Islam sejarah terkait peran laki – laki dan perempuan sangat panjang dan dari tahun ke tahun peran perempuan bisa sejajar dengan laki – laki.

“Bahkan sekarang ini, laki – laki dan perempuan memiliki kesetaraan yang sama untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Terutama, di sektor publik, laki – laki dan perempuan itu punya hak yang sama berkaitan dengan urusan jabatan,” pungkas Suami dari Ketua PWNA DIY Nunung Damayanti itu.

Adapun, PR bagi Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah tidak jauh dari soal perkaderan. Iwan sadar betul jika setelah pandemi ini mencari kader itu tidak mudah. Maka, Iwan menyampaikan PR yang pertama adalah menghidupkan Cabang dan Ranting, dan menurutnya banyak struktur yang perlu diberi semangat.

PR Kedua, berkaitan dengan relasi suami dan istri yang sama – sama aktif di persyarikatan ini bisa saling mengisi. Artinya, bagaimana belajar bersama antar aktivis baik laki – laki dan perempuan sehingga bisa menjalin relasi yang baik.

Terakhir, yang merupakan hal sederhana. Bahwasanya, pemuda itu adalah harapan dari pemudi. Bagaimana teman – teman Pemuda dan Nasyiah punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan jodoh di manapun juga.

“Tidak harus aktivis ortom, tetapi yang terpenting mempunyai calon suami dan istri yang memahami aktivitas masing – masing,” jelas Iwan.

Di akhir sambutannya, Iwan berharap dengan adanya Musywil NA DIY ini, salah satu tujuannya adalah memupuk rasa cinta terhadap ortom yang dicintai. Ketika rasa cinta bisa masuk, maka seperti dalam Muqaddimah AD/ART Muhammadiyah, di baris paling akhir di mana terdapat tujuan bermuhammadiyah, yaitu untuk mengantarkan warga Muhammadiyah ke dalam surga jannatun na’im.

“Maka, semoga ketika kita menjadi aktivis ini merupakan jalan kita untuk diantarkan diri kita ke surga jannatun na’im,” tutup Iwan. (*)


Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow