PKA Seri 11: Binaan UMKM Lazismu Harus Naik Kelas

PKA Seri 11: Binaan UMKM Lazismu Harus Naik Kelas

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sasaran bidik Lazismu DIY dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Amil (PKA). Pada seri ke-11 menghadirkan Ibu Nur Aisyah Haifani, anggota Majelis dan Kewirausahaan PWM DIY, Jum’at (16/7) secara daring. Tema yang diangkat adalah Pemberdayaan UMKM.

Sebelum mengikuti acara, pelaku UMKM harus memiliki kesiapan dan mental agar bisa fokus dalam pengembangan usaha. Usaha peyek, tempe bacem, yang dilakukan ibu-ibu ‘Aisyiah harus didorong untuk naik kelas. Kegiatan ini juga melibatkan KUBI UAD untuk terlibat dalam pendampingan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Ada beberapa macam pendampingan UMKM, yakni dengan metode training, metode mentoring, dan metode coaching. Hal yang biasa dilakukan dalam pendampingan dengan memberikan motivasi kewirausahaan, pemasaran strategis, pemasaran online (digital marketing), dan berbagai bidang pendampingan lainnya.

Syarat bagi pelaku UMKM agar mendapatkan pendampingan harus jelas memiliki usaha, semangat untuk sukses dan bersedia bersinergi. Sehingga bisa tercapai tujuan pendampingan yaitu UMKM bisa naik kelas.

“Yang penting kita harus tahu dulu apakah pelaku usaha itu sudah siap mental atau belum? Jangan sampai memberikan modal kemudian dialihkan fungsi untuk membayar utang atau memenuhi kebutuhan,” kata Nur Aisyah Haifani yang juga pemilik Salon Azzahra Spa Muslimah.

Menaikkan kelas UMKM dapat terwujud dengan beberapa cara. Pertama adalah pentahelix UMKM. Yaitu, konsep pembangunan melalui beberapa unsur seperti akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media yang bekerjasama untuk mencapai peningkatan dan percepatan pembangunan.

Pentahelix menjadi jargon penting, karena ada misi dan visi yang terkandung di dalamnya yakni kompak, saling support, kerjasama dalam membangun target sasaran. Lewat kemitraan yang kuat dan iklim kondusif sektor apapun bisa dilakukan, baik itu pariwisata, usaha kecil menengah, koperasi, ataupun franchise. Bahkan ketika anggaran desa melalui strategi pentahelix akan menghasilkan gagasan dan ide-ide kreatif, inovatif, dan berkesinambungan.

Komunitas UMKM seperti BDSP (Business Development Services Providers) membantu menggerakan pelaku UMKM agar hulu dan hilirnya berjalan dengan baik. Termasuk melakukan pendampingan pada aspek produksi, pemasaran, akses permodalan, akses pembiayaan hingga aspek teknologi tepat guna dan marketing online.

Kedua adalah strategi 3 Go. Go Modern, pelaku UMKM memiliki jiwa entrepreneurship dengan mengembangkan inovasi, memiliki orientasi naik kelas dan mengelola usaha dengan professional. Go Digital, harus memiliki online shop di e-commerce dan bergabung di platform informasi digital. Go Global, mengikuti market place global, pameran internasional, dan berkontribusi melalui ekspor produk-produk unggulan,

“Melalui pendampingin dengan strategi ini harapannya Lazismu bisa memaksimalkan program dan bisa bersaing dengan yang lain. Lazismu DIY sebagai kantor perwakilan tingkat wilayah segera merancang program pemberdayaan lebih matang dan bisa diturunkan ke tingkat daerah, cabang, dan ranting,” jelasnya.

Untuk pemberdayaan UMKM, Lazismu sudah berjalan sampai ke tingkat cabang. Kantor Lazismu se-DIY diperkirakan mencapai 120 kantor dan memiliki binaan UMKM. “Ini menjadi PR besar bagi Lazismu agar bisa benar-benar memberdayakan, harus fokus dan bekerjasama dengan beberapa mitra seperti AUM wilayah DIY. Insya Allah program pemberdayaan ini menjadi program unggulan Lazismu dan mensejahterakan masyarakat lebih banyak,” kata Divisi Program Lazismu DIY, Muhammad Rizal Firdaus. (*)

Wartawan/Editor: Heru Prasetya

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow