Perjalanan, Perjuangan dan Kontribusi Panjang Kokam

Perjalanan, Perjuangan dan Kontribusi Panjang Kokam

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Anggota DPD RI Dapil DIY, Drs M Afnan Hadikusumo, mengapresiasi apa yang ditulis Iwan Setiawan. Karena, hal itu untuk bisa menumbuhkan budaya membaca di kalangan generasi muda.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Bagi Afnan, budaya literasi di Indonesia adalah nomor 62 sedunia di bawah Vietnam. “Kita sukanya mendengar dan membaca sangat jarang,” jelas Afnan Hadikusumo, yang menambahkan kita sulit untuk mengubah tradisi itu.

Berbicara soal buku sejarah Kokam yang dibahas di sela-sela hitung mundur H-30 Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVII yang akan diadakan di Yogyakarta pada 26-28 November 2018, Afnan Hadikusumo berharap Pemuda Muhammadiyah bisa menghayati Kokam, yang berbeda dengan lainnya: tidak pakai nalar dan logika.

Hitung mundur 30 hari Muktamar Pemuda Muhammadiyah itu, jadi momen di malam itu. Kebetulan, angka 30 juga pas dengan nomornya Drs M Afnan Hadikusumo untuk maju sebagai calon DPD RI Dapil DIY tahun 2019.

“Mudah-mudahan dengan membaca buku ini bisa mengetahui kandungan dan nilai-nilai buku itu,” kata Afnan.

Di sisi lain, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, H Akhid W. Rahmanto, menyampaikan, Kokam adalah kesatuan paramiliter dari Pemuda Muhammadiyah yang disiapkan untuk menjaga Muhammadiyah dan bangsa.

Diterangkan Akhid, anggota Kokam memakai baju doreng dengan baret warna merah di kepala. Baret merah adalah simbol sejarah lahirnya Kokam pada zaman bergerak tahun 1965, yang memiliki kedekatan dengan Resimen Para Komando Angkata Darat (RPKAD), pasukan elite TNI AD.

Dalam acara membedah buku sejarah “Kokam: Kesatuan Muhammadiyah di Zaman Bergerak” yang ditulis Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) DIY, Iwan Setiawan, M.Si, Akhid membedah perjalanan, perjuangan dan kontribusi panjang dari Kokam untuk bangsa dan persyarikatan Muhammadiyah.

“Sehingga kita bisa membuktikan bahwa Kokam adalah pejuang sejati Islam dan NKRI,” tandas Akhid di gedung DPD RI Perwakilan DIY, Jl. Kusumanegara No. 133 Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018) malam.

Menurut senior Kokam DIY, Akhid Widi Rahmanto, Komandan Kokam adalah Ketua Pemuda Muhammadiyah. “Komandan Kokam ya ketua Pemuda Muhammadiyah, kalau di tingkat wilayah komandan Kokam adalah mas Iwan, sedangkan kang Darojat sebagai komandan operasional atau Danops,” kata Akhid.

Ditegaskan Akhid, yang memiliki komando hanyalah komandan. Sedangkan Danops hanya membantu komandan atau Ketua Pemuda Muhammadiyah. “Danops kan setara dengan wakil ketua dan hanya membantu komandan sehingga tidak memiliki komando,” papar Akhid.

Dikatakan Ghifari Yuris, buku ini hadir di saat yang tepat. “Rasa memiliki Kokam dan kebanggaan bangkit kembali,” tandas Ghifari.

Di sisi lain, seperti disampaikan sejarawan Ghifari Yuris, dalam keadaan darurat komando Kokam juga bisa diambilalih oleh pimpinan Muhammadiyah.

“Kokam memang di bawah Pemuda Muhammadiyah, namun dalam hal-hal tertentu atau darurat komando bisa diambil alih oleh pimpinan Muhammadiyah,” kata Ghifari, yang mencontohkan peristiwa tahun 1965, di mana Kokam langsung dibawah instruksi Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Ahmad Badawi dan komandannya Ketua PWM DKI Jakarta HS Prodjokusumo.

Disampaikan H Ashad K Jaya, Kokam didirikan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial yang terjadi di negeri tercinta ini.

Seperti halnya masalah disintegrasi yang dilakukan oleh pihak komunis pada tahun 1963 lalu. “Oleh karena itu, Kokam didirikan untuk menjawab problem disintegrasi pada masa itu,” ujar Ashad K Jaya.

Dalam sejarah Indonesia, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) pernah ikut menggoreskan tinta perjuangan. Terutama pada awal-awal berdirinya pada 1 Oktober 1965, saat Partai Komunis Indonesia (PKI) berencana merebut kekuasaan.

Kini, seperti disampaikan Ashad, Kokam harus menjadi simbol amar makruf nahi munkarnya Muhammadiyah dan selalu diasosiasikan menjadi pasukan penjaga Muhammadiyah.

 

“Kokam ini kita akselerasi juga selalu jadi asosiasinya pasukan penjaga Muhammadiyah,” ungkap Ashad.

Buku yang ditulis Iwan Setiawan tentang “Kokam: Kesatuan Muhammadiyah di Zaman Bergerak” ini memberi kontribusi bagi proses menjadi Kokam.

Dengan buku ini, anggota Kokam dapat membaca sejarah organisasi dan makna menjadi Kokam. Dan setiap anggota Kokam harus membaca buku ini.

Buku Kokam ini adalah usaha merangkum kisah-kisah sejarah. Juga berkaitan semangat membela bangsa dan agama dengan perantaraan Kokam.

Seperti disampaikan Darojat Nur Achmad,  Kokam adalah satuan program pembinaan dan pengembangan sumber daya kader Pemuda Muhammadiyah di bidang pelayanan bantuan kemanusiaan berbasis bencana atau musibah dan belanegara.

Selain menjawab persoalan disintegrasi, Kokam juga harus selalu siap siaga. “Kokam juga harus sanggup untuk memberikan waktu, tenaga, pikiran dan apa pun yang dibutuhkan dalam membantu agama kita sendiri,” tandas Darojat Nur Ahmad.

Adapun Muktamar Pemuda Muhammadiyah merupakan agenda nasional. “Sekaligus forum permusyawaratan tertinggi dalam struktur Pemuda Muhammadiyah,” tambah Muhammad Zulfi Ifani, Koordinator Seksi Media dan Publikasi panitia lokal Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVII.

Di akhir diskusi itu, ada beberapa poin yang memberi masukan dan tambahan informasi berkaitan dengan isi buku Kokam. Tentu, hal itu menjadi catatan bagi penulis buku itu, untuk menelaah ulang isi buku Kokam.

Kecintaan kepada Kokam yang membulatkan tekad Iwan menulis risalah tersebut. Bagi Iwan, generasi muda dan penerus Kokam di era milenial perlu memahami besarnya sejarah organisasi yang mereka tinggali.

“Kisah sejarah akan menguatkan seseorang dalam memahami dirinya dan menjadikan seseorang bangga atas apa yang dia ikuti,” kata Iwan. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow