Pelatihan Revitalisasi Masjid dan Musholla: Masjid Ujung Tombak Persyarikatan

Pelatihan Revitalisasi Masjid dan Musholla: Masjid Ujung Tombak Persyarikatan

Smallest Font
Largest Font

BANTUL – Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY menyelenggarakan “Pelatihan Revitalisasi Masjid dan Musholla” bagi takmir masjid dan musholla, pimpinan cabang dan ranting Muhammadiyah secara daring, Sabtu (17/7).

Pelatihan dihadiri 170-an peserta menghadirkan narasumber Kusnadi Ikhwani (Masjid Al-Falah Sragen, owner 40 Resto Ayam SAKO), Gita Danupranata (Ketua PWM DIY), Gatot Supangkat (LP3M UMY), dan Jarot Wahyudi (Ketua Tim Optimalisasi Masjid dan Musholla Muhammadiyah). Materi yang disampaikan terkait revitalisasi masjid melalui program pengabdian masyarakat, manajemen masjid, dan rencana tindak lanjut (RTL).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Takmir masjid musholla Muhammadiyah adalah garda depan, sedangkan PWM dan Tim Optimalisasi (TOP) Masjid Musholla sebagai fasilitatornya. Masjid sebagai tombak persyarikatan dan keberadaannya dirasakan oleh umat. Sebagai garda depan, maka harus mampu melayani jama’ah. Ini awal ikhtiar kita, perjuangan untuk menjadikan masjid sebagai pelayan umat,” kata Gita Danupranata dalam sambutannya.

Sebagai garda depan, lanjuta Gita, masjid perlu mendapat sentuhan ide-ide segar yang kreatif, inovatif, dan inspiratif dalam melayani masyarakat. “Karena itu, kita perlu belajar dari masjid-masjid yang sudah maju dan berkembang dalam pelayanan ummat seperti Masjid Al-Falah Sragen,” tambahnya.

Masjid juga harus dapat menjadi pusat peradaban umat yang menyejahterakan masyarakat sekitarnya, bukan sekedar tempat ritual ibadah dalam pengertian sempit. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pelatihan manajemen masjid dan musholla bagi takmir, pimpinan ranting dan cabang Muhammadiyah se-DIY.

Menurut Gatot Supangkat, program pengabdian berbasis persyarikatan Muhammadiyah ini untuk menyatukan pikiran warga Muhammadiyah di semua level, baik pusat, wilayah, daerah, cabang, maupun ranting. Program ini juga untuk lebih memberdayakan masyarakat dan merekatkan ukhuwwah.

“Perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah mempunyai kewajiban mendukung upaya tersebut melalui pelatihan Revitalisasi Masjid dan Musholla ini. Insya Allah pelatihan akan berkelanjutan,” tegasnya. Upaya pemberdayakan masyarakat melalui masjid dan musholla ini dapat dilaksanakan secara baik bila dapat berkolaborasi antarunsur dalam Muhammadiyah dan masyarakat.

Gatot Supangkat menekankan pentingnya menjadikan masjid dan musholla Muhammadiyah sebagai pusat dakwah bil lisan wa bil hal. Karena itu masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi masjid harus mampu menjadi pusat pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi umat.

“Ke depan kita ingin masjid dan mushola dapat menjadi pusat pembelajaran, musyawarah, merawat orang sakit, asrama, dan pengembangan dakwah. Upaya ini harus didorong terus agar masjid lebih berdaya. Karena itu mari kita manfaatkan program ini sebaik-baiknya,” kata Gatot.

Kusnadi Ikhwani mengingatkan bahwa masjid harus bisa melayani umat dan menjadi pusat peradaban. Dari masjid, kita harus bangkit dan peduli masyarakat sekitarnya. Majid harus makmur bukan sekedar tempat ibadah, masjid harus menjadi pusat kegiatan untuk memakmurkan jama’ah. Masjid harus punya daya tarik bagi warga sekitarnya. Sehingga masyarakat mau datang dan berlama-lama berada di masjid.

“Masjid yang makmur akan menerangi masyarakat dan membuat mereka bertakwa,” tandasnya. Ia mengkritik keadaan masjid yang tutup setelah shalat, tidak ramah anak, banyak larangan, tidak serius mengelola masjid, bangga dengan banyaknya kas dan saldo dan tidak peduli dengan anak-anak muda.

Di antara solusi yang ia tawarkan adalah takmir harus berani membuat program baru yang inovatif sesuai kebutuhan jama’ah, seperti menyediakan makan 3 kali sehari pada jam makan. Pasti masjid akan ramai dikunjungi orang. Biarkan mereka datang untuk makan, kemudian kita ajak mereka sholat berjama’ah lalu berikan taushiyah.

“Komunikasikan program ini kepada orang-orang kaya, aghniya’, pasti mereka tertarik untuk membantu, yakinkan bahwa memberi makan kepada tamu Allah pahalanya berlimpah,” katanya.

Pada sesi terakhir, Jarot Wahyudi membawakan materi Rencana Tindak Lanjut (RTL). Ia mengajak peserta untuk berhimpun dalam Forum Komunikasi Masjid dan Musholla Muhammadiyah (Forkom 3M). Forum akan bertemu dua minggu sekali secara virtual untuk berbagi informasi dan saling menguatkan satu sama lain.

Jarot menyebut tiga tugas utama takmir masjid, yaitu mengelola, memakmurkan, dan mengembangkan (idaroh, imaroh dan ri’ayah).  Bersama dengan Forkom 3M akan disusun Buku Panduan Pengelolaan Masjid yang baik. Juga akan diberikan pelatihan dan pendampingan manajemen masjid. Dalam forum RTL tersebut disepakati perlu memilih satu masjid di setiap daerah yang dapat dijadikan contoh bagi masjid-masjid yang lain.

“Kami berharap, dengan RTL ini dapat mewujudkan cita-cita, yaitu masjid Muhammadiyah sebagai pusat peradaban dan dakwah,” tegas Jarot Wahyudi.  (*)

Wartawan: Affatur Rasyidah
Editor: Robby H. Abror
Selain mengirimkan wartawan untuk meliput acara tersebut, mediamu.com juga menerima bahan berita dari Tiara dan Jarot

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow