Otokritik Pak Dahlan Rais dalam Pengajian PWM DIY: Sekolah dan RS Sudah Maju, Bagaimana dengan Masjid?
YOGYA – Masjid merupakan identitas umat Islam. Perhatian kepada pengembangan masjid dan penguatan fungsinya begitu penting untuk dilakukan, termasuk oleh Muhammadiyah yang kerap mengumandangkan Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah (GJDJ).
Simpul pendatan itu disampaikan Drs. H.A. Dahlan Rais, M.Hum., Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dalam Pengajian Konsolidasi Organisasi yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY secara hybrid, Jum’at (21/1). Sebagian peserta hadir di Aula PWM DIY dan lainnya mengikuti melalui ruang zoom.
Ketua PWM DIY, H. Gita Danu Pranata, S.E., M.M., menyambut seluruh hadirin dan menyampaikan pengantar. Menurutnya, problematika Muhammadiyah di DIY sebenarnya banyak dan penuh dinamika, namun diskusi tentang masjid selalu relevan untuk dibahas.
Tema yang diangkat malam itu adalah “Revitalisasi Fungsi Masjid dan Mushala Muhammadiyah untuk Penguatan Dakwah Muhammadiyah”. Dahlan yang hadir secara daring membuka materinya dengan menyampaikan otokritik. “Kalau sekolah dan rumah sakit, Muhammadiyah itu sudah maju. Kalau soal masjid, Muhammadiyah ini agak sedikit di belakang,” katanya.
Dalam firman-Nya dalam QS An-Nur ayat 36-37, Allah SWT mengingatkan:
“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”
GJDJ menjadi tawaran gerakan yang mengundang pujian bagi Muhammadiyah. Namun, Dahlan melihat, gerakan tersebut masih jauh dari yang diharapkan. “GJDJ kita kurang memberikan penekanan, kurang menyiapkan secara menyeluruh, jadi tidak jelas siapa yang harus melaksanakan,” tuturnya.
Seloroh-seloroh tentang ibadah yang kini kerap muncul juga perlu menjadi perhatian. Ketika seseorang mengajak temannya untuk menjalankan ibadah shalat, teman itu kemudian menjawab, “Ah sebentar, shalat kan nomor dua.” Maksudnya, seperti dalam rukun Islam, nomor satu adalah syahadat dan nomor dua adalah shalat.
Gurauan seperti itu banyak muncul dan mulai dianggap lazim. Namun, Dahlan mempertanyakan, “Bagaimana kalau kemudian seloroh ini menjadi lebih dari sekadar gurauan?” Fenomena dewasa ini menunjukkan banyak orang yang tidak mau diingatkan shalat, kalaupun shalat sulit sekali di awal waktu, ada panggilan adzan tidak merasa terpanggil.
Berangkat dari keresahan itu, ia menyampaikan hal pertama dan utama yang mesti dilakukan adalah, “Harus ada gerakan cinta masjid di kalangan Muhammadiyah.” Ini perlu didorong di masjid-masjid level ranting, cabang, maupun perguruan tinggi.
Penting bagi Muhammadiyah untuk mendorong lahirnya kader-kader pecinta masjid. Supaya masjid diisi dan dihidupkan oleh mereka yang juga membawa gagasan dan cita-cita Muhammadiyah.
Iseng-iseng Dahlan bertanya, “Apakah banyak anak-anak kita dan ortom kita yang hatinya sobo masjid?” Beberapa peserta di aula PWM menggelengkan kepala saat pertanyaan ini dilemparkan.
Poin penting lainnya yang ditegaskan adalah melihat fungsi masjid sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. “Kebudayaan yang kokoh, akarnya itu agama dan ilmu,” tuturnya. Penguatan fungsi masjid akan mendorong ketaatan menjalankan ibadah, mengarahkan tumbuhnya akhlakul kharimah, serta membangkitkan semangat keilmuan.
Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa Human Development Index (HDI) dan reading interest bangsa kita masih rendah. Kemajuan teknologi membuat masyarakat Indonesia sebatas terkurung pada kesenangan bermain smartphone, tapi tidak meningkatkan kecerdasan berpikir. Oleh karenanya, itu perlu didorong, salah satunya melalui masjid.
“GJDJ yang kita banggakan agaknya melupakan hal ini,” tegas Dahlan. Mesti kembali diingat kisah ketika Rasulullah SAW hijrah pertama kali. Hal yang dibangun pertama adalah masjid sebagai pondasi peradaban, tempat berkembangnya kebudayaan Islam.
Usai Dahlan menutup materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terdapat beberapa informasi yang ditambahkan oleh Drs. H. Jarot Wahyudi, S.H., M.A., Ketua Tim Optimalisasi Pengelolaan Masjid/Mushala Muhammadiyah di DIY, selaku moderator. Di antaranya bahwa PWM DIY mulai memiliki concern dalam pengembangan masjid ramah difabel, juga bersama LPPM UMY baru saja menyusun panduan memakmurkan masjid. (*)
Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow