Muhammadiyah With You #361: Self-Talk Ubah Emosi Negatif Menjadi Positif

Muhammadiyah With You #361: Self-Talk Ubah Emosi Negatif Menjadi Positif

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Manusia kerap berbicara dengan dirinya sendiri atau self-talk. Hal tersebut efektif untuk mengelola pikiran dan emosinya.

Pernyataan ini disampaikan Kumala Windya, M.Psi., Psikolog, dalam Pesantren Covid Muhammadiyah: Muhammadiyah With You #361, Selasa (21/9), dengan tema “Mengubah Negative Self-Talk Menjadi Positive Self Talk”.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

Menurut Kumala, self-talk dipengaruhi pikiran alam bawah sadar manusia. Sering dilakukan dengan mengungkapkan pikiran, pertanyaan, atau ide. Jika diucapkan dalam hati atau disuarakan secara lantang menjadi sugesti bagi diri sendiri.

Self-talk juga sering dilakukan, tetapi tidak disadari, rata-rata sebanyak 60.000 kali per hari.

Psikologi PPLM Kemenpora ini, menambahkan, dalam otak terdapat beberapa bagian. Misalnya, otak depan merupakan pusat berpikir dalam hal penalaran, konsentrasi, dan pengambilan keputusan.

Lalu limbik yang berperan sebagai pusat emosi dan memori jangka panjang serta batang otak yang berguna sebagai pertahanan diri, insting, dan refleks. Sebanyak 77 persen self-talk negatif terjadi dalam batang otak.

Kumala menuturkan, yang orang pikirkan dapat berpengaruh pada emosi dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika memikirkan satu kata dalam pikiran, akan berdampak pada emosi dan perilaku. “Seperti itulah, salah satu bentuk self-talk,” katanya.

Self-talk pada praktiknya tidak akan efektif kalau seseorang terlalu fokus pada masa lalu dan masa depan, atau focus pada kelemahan

Juga tidak akan efektif ketika hanya fokus pada hasil dan terlalu menuntut hasil sempurna. Self-talk akan efektif jika bisa fokus pada masa sekarang, kemampuan, serta kelebihan.

Self-talk juga efektif saat percaya proses dan ikhlas atau bersyukur dengan hasilnya. Karena itu, dia menekankan agar fokus pada sesuatu yang dapat dikontrol supaya self-talk dapat dilakukan dengan efektif.

Kumala memaparkan jenis-jenis dari self-talk:

  • Negatif, biasanya sering pesimis dan kurang percaya diri dengan dirinya sendiri. Ini harus dihindari.
  • Positif, kerap optimis, percaya diri, dan berpikir cemerlang. “Lebih efektif menggunakan kata ganti orang kedua atau ketiga, dari pada aku atau saya,” ungkapnya.
  • Instruksional, tergantung pada saraf motorik dalam otak. Ketika ada orang yang suka menunda suatu pekerjaan, self-talk jenis ini bisa digunakan. Contohnya, berhitung 1-5 dalam diri sendiri.

Selain jenis-jenis tersebut, terdapat juga level self-talk, yaitu: negative self-talk, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sering pesimis, kurang percaya diri, bahkan putus asa terhadap suatu hal dan dikatakan berulang-ulang.

Menyadari kebutuhan untuk berubah, artinya menyadari bahwa dirinya harus berubah dan jika tidak dilakukan akan merasa bersalah. Memilih untuk berubah, mempunyai pilihan untuk berubah atau melakukan sesuatu.

Bagaimana kalau self-talk tidak berhasil menghadirkan emosi positif? Kumala lantas memberikan solusinya.

Pertama, bernapas dengan mengambil jarak dari situasi, pikiran dan emosi agar dapat mengubah respons reaktif menjadi responsif. Kedua, gunakan kata-kata yang tepat pada diri sendiri, bisa juga ditambah dengan tapping pada bagian tubuh tertentu. Ketiga, melepaskan emosi negatif, biarkan itu mengalir dan lepaskanlah dengan cara yang tepat. (*)

 Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Affan Safani Adham

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow