Milad Muhammadiyah di Tamantirto Utara, Pak Gita: Selalu Menebar Nilai Utama
BANTUL – Kajian Rutin Online Senin Malam yang diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM Tamantirto Utara, Kasihan, Bantul, Senin (8/11), diselenggarakan dalam rangka Milad ke- 109 Muhammadiyah. Tema yang dipilih “Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama” dengan pembicara H. Gita Danupranata, S.E., M.M., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY).
“Sejak lahir, Muhammadiyah selalu berusaha menebar nilai utama,” kata Gita membuka materinya.
Diikuti lebih dari 50 orang melalui zoom maupun YouTube, Gita menyebut bahwa menebar nilai utama adalah spirit sekaligus semangat keberagamaan persyarikatan Muhammadiyah. Spirit itu terus diupdate dan ditularkan dengan antara lain mengingat terus semangat QS Al-‘Alaq dan Al-Ma’un.
Ia mengingatkan agar jangan sampai semangat ber-Muhammadiyah menggeser pemahaman. “Yang butuh Muhammadiyah adalah kita. Jangan sampai kebalik. Muhammadiyah tidak butuh surga, yang butuh surga adalah kita,” tegasnya.
Tema Milad Muhammadiyah “Optimis Hadapi Covid-19” sengaja tidak menggunakan diksi “pandemi”. Menurut Gita, “Pandemi sekarang jadi endemi.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi berarti wabah penyakit yang terjadi dimana-mana, sedangkan endemi hanya di suatu wilayah tertentu.
Istilah-istilah itu sebenarnya bukanlah sebuah kata baru. Keduanya adalah istilah yang sudah ada sejak lama, namun baru banyak dipahami orang karena mereka mengalami situasi itu.
“Ternyata buku SD yang saya pakai itu juga ada, tapi baru dong (paham) istilah itu,” tuturnya.
Terkadang banyak informasi yang merupakan ilmu dan telah dijelaskan oleh para ahli, namun banyak orang yang belum bisa memahami dan baru bisa memahami ketika sudah mengalami langsung peristiwa berkaitan dengan istilah itu.
Gita menyinggung kondisi kasus Covid-19 di Indonesia per 11 Oktober 2021. Patut disyukuri bahwa grafik menunjukkan Indonesia mengalami penurunan sangat signifikan, bahkan jumlah kasusnya berada di bawah Singapura.
“Ini berkat perjuangan kita, pengorbanan kita,” katanya.
Umat Islam sangat berkontribusi karena kebesaran hatinya untuk menahan ego dengan menjalankan ibadah di rumah, tidak lazim sebagaimana fiqih dalam kondisi normal.
Semakin terbukanya peluang untuk belajar hal baru merupakan salah satu hikmah pandemi Covid-19. “Kita jadi tahu. Oh, ternyata ilmu itu sangat luas, sangat banyak. Kadang kita terlalu egois melegitimasi ketika orang lain melakukan hal berbeda, sekarang kita belajar,” jelasnya.
Menghadapi Covid-19 yang membawa kondisi berbeda, terdapat setidaknya tiga kemungkinan respon yang akan diberikan seseorang. Pertama, optimis, yaitu di kondisi seperti ini seseorang makin produktif. Kedua, netral, tidak ada bedanya dengan sebelum pandemi. Atau ketiga, pesimis, yaitu prestasi dan kinerjanya menurun.
Kutipan ayat pada Al-Qur’an Surat Al-Insyirah sangat relevan untuk direfleksikan kembali, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Ayat ini mengandung kata “bersama” yang menandakan bahwa di setiap hadirnya kesulitan, dibarengi hadirnya kemudahan.
“Di saat kita menghadapi pandemi Covid ini, merasa adanya kesulitan atau bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan-kemudahan?” Gita mengajak para audiens merenungkan. Contoh paling sederhana adalah hadirnya inovasi-inovasi baru di masyarakat dengan adanya teknologi. Ini didorong karena adanya pandemi Covid-19.
Untuk kaum muslimin, cara berpikir bayani (kitab), irfani (kepekaan nurani), dan burhani (ilmu pengetahuan) menjadi relevan digunakan di masa pandemi. Terkhusus burhani, ini menjadi salah satu hal utama. Sebagai contoh, hari ini urusan ibadah tidak hanya meminta pertimbangan majelis tabligh atau tarjih, namun juga Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).
Sebagai refleksi dan motivasi, Gita menampilkan berbagai pencapaian yang sudah dilakukan PRM Tamantirto Utara dan PCM Kasihan yang terekam dalam berbagai dokumentasi. Di antaranya ialah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti Pertashop untuk melayani kebutuhan bensin dan SD Muhammadiyah Tamantirto Utara.
Ketua PWM DIY tersebut juga memberikan dorongan supaya PRM Tamantirto Utara tergerak untuk terus berkembang dengan menampilkan informasi soal “Ranting Teladan” yang difasilitasi dalam sebuah lomba tingkat nasional oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
“Apakah kita sudah menuju ke sana?” gelitik Gita. Di antara aspek yang dilihat adalah faktor keorganisasian dan kepemimpinan, kegiatan, serta amal usaha. “Kalau rapat-rapat isinya ruwet bahas masalah itu tanda pesimis. Kalau rapat rutin-rutin aja itu netral. Kalau bisa produktif bahas solusi, itu optimis,” tuturnya. (*)
Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow