ads
Mengimbau Shalat di Rumah, Malah Disebut Dajjal

Mengimbau Shalat di Rumah, Malah Disebut Dajjal

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Pemberlakuan new normal atau normal baru oleh pemerintah tidak didasarkan pada landainya pandemi Covid-19, tapi lebih pada pertimbangan ekonomi. Oleh karena itu, warga Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya diminta jangan terlena dan jangan termakan euphoria. Panduan PP Muhammadiyah tidak berubah, dalam situasi seperti ini, lebih baik melakukan ibadah di rumah.

Demikian poin-poin yang muncul dalam “Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Surat Edaran PWM DIY Nomor 109/EDR/II.0/E/2020 Tentang Protokol Kesehatan dalam Ibadah di Masjid/Musala” secara online, Kamis 18 Juni 2020 malam. Acara yang diselenggaraan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PWM DIY diikuti sekitar 150 peserta dan dipandu Agus Yulianto dari LPCR DIY.

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

“Harus terus dipahamkan ke jama’ah bahwa pandemi Covid-19 belum mereda, bahkan menunjukkan trend meningkat. Pertimbangan munculnya new normal semata-mata faktor ekonomi, bukan meredanya penyebaran virus Corona,” tegas Ketua PWM DIY, Gita Danu Pranata.

Ia mengaku, memberi pemahaman kepada masyarakat bukan hal mudah. Contoh, ada saja jama’ah masjid yang tidak mengenakan masker, alasannya di masjid toh hanya ketemu tetangga se kampung. Bahkan, ada yang menyebut ajakan mengganti shalat di masjid dengan shalat di rumah sebagai ajakan dajjal.

“Meski situasi dan kondisi masyarakat seperti, jangan berhenti memberi penjelasan. Pelan-pelan, yang sabar. Ini demi generasi mendatang, demi anak cucu kita,” katanya.

Ia juga mengakui, mengajak jama’ah, bahkan pengurus Muhammadiyah, untuk mengikuti Edaran PP Muhammadiyah tentang Panduan Beribadah di Masa Covid-19 tidaklah mudah. Apalagi yang terpateri sejak kecil adalah beribadah utamanya di masjid.

Ketua LPCR PWM DIY Ikhwan Ahada menambahkan bahwa beragama itu bukan karena keinginan, tapi sunnah. Beribadah di rumah itu bukan mengingkari sunnah, tapi menjalankan sunnah yang lain. Ia mencontohkan, ketika terjadi hujan lebat pun disunnahkan shalat di rumah. Sekarang situasinya jauh lebih berat ketimbang hujan deras.

Sedangkan Arif Jamali Muis, Wakil Ketua PWM DIY menambahkan, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah masih menggodok edaran tentang panduan ‘Idul Adha di masa Covid-19. Kemungkinan besar sama seperti ‘Idhul Fitri, yaitu shalat ‘id di rumah saja, bukan di tanah lapang.

Untuk pelaksanaan penyembelihan ternak qurban ada beberapa alternatif. Yakni, diselembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), sehingga panitia tinggal membagi. Atau, disembelih di masjid/mushola/kampung oleh petugas profesional (jagal), sehingga pengumpulan massa bisa dimininalisasi. Atau, disembelih panitia seperti biasa tapi dengan protokol kesehatan super ketat.

“Sebenarnya intinya adalah menghindari kerumunan orang dalam jumlah banyak dan taat protokol kesehatan. Ingat, penyebaran virus Corona saat ini bukan menurun, tapi grafiknya justru naik,” kata Arif. (hr)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow