MDMC Adakan Pelatihan di 7 Kota tentang Perubahan Perilaku Hadapi Bencana
KULONPROGO – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan “Pelatihan Perubahan Perilaku dan Lokakarya Perencanaan Program di Sekolah Referensi” pada Kamis-Jumat (28-30/10) dan Rabu-Kamis (3-4/11).
Kegiatan tersebut hasil kerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Australia, sebagai upaya mencari cara baru yang lebih efektif bagi masyarakat menghadapi bencana sehingga dampaknya minimal.
Menurut Nur Kholis, Sekretaris MDMC PP, jumlah relawan Muhammadiyah sangat banyak, dengan kelebihan berbeda-beda. Pelatihan yang diberikan kepada para relawan juga bermacam-macam jenisnya.
“Tapi kalau ada bencana, korban dan dampaknya tetap saja banyak,” katanya.
Langkah yang diambil adalah menargetkan perubahan perilaku masyarakat yang terdepan dan paling rentan agar siap menghadapi bencana apapun. Karena itulah muncul inisiatif Program UBAH (Usaha Berubah Hadapi Covid-19).
Pandemi Covid-19 ini dijadikan lahan eksperimen, bukannya tanpa alasan. “Kita sekarang masih berusaha survive dengan pandemi. Kita gunakan momen ini. Karena pas pandemi ada doktrin bahwa kita bisa bertahan kalau perilaku berubah,” jelas Nur Kholis.
Pada saat yang bersamaan, kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di enam titik kota dan kabupaten di Indonesia. Yakni, Sikka (NTT), Lombok Timur (NTB), Denpasar (Bali), Pamekasan (Jawa Timur), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Sidoarjo (Jawa Timur).
Seluruh pelatihan menargetkan warga sekolah, karena sekolah merupakan komunitas tertutup. Selain itu, kebijakan terbaru mengenai pembelajaran tatap muka menuntut sekolah untuk siap mengelola pencegahan bencana, termasuk penularan virus Covid-19.
Kegiatan ini memiliki dampak jangka pendek dan panjang. Jangka pendek, untuk memastikan warga sekolah melakukan perubahan perilaku. Ini terlihat simpel, tapi tidak mudah untuk berkomitmen.
“Untuk jangka panjang tiga bulan ke depan untuk menjadikan kita bersama siap menghadapi bencana yang lain,” imbuh Arif.
Masyarakat, kata Arif, perlu menjadikan pandemi Covid-19 sebagai “madrasah belajar” agar siap terhadap ancaman lain seperti tanah longsor, gempa, dan banjir. (*)
Wartawan: Ahimsa W. Swadeshi
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow